KABARBURSA.COM - Dolar AS menguat untuk sesi kedua berturut-turut pada Kamis, 29 Agustus 2024, setelah data ekonomi menunjukkan bahwa ekonomi Amerika Serikat tumbuh lebih cepat dari ekspektasi pada kuartal kedua 2024. Data tersebut memperlihatkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh pada tingkat tahunan 3,0 persen, revisi ke atas dari estimasi sebelumnya sebesar 2,8 persen.
Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan kenaikan 1,4 persen yang tercatat pada kuartal pertama. Hasil ini mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) oleh Federal Reserve bulan depan dan menambah optimisme bahwa Amerika Serikat dapat menghindari resesi atau hanya mengalami resesi ringan.
Sebagai hasil dari data ekonomi yang kuat, dolar menguat terhadap beberapa mata uang utama. Dolar mencapai level tertinggi satu minggu terhadap yen Jepang, dengan pasangan dolar/yen naik 0,1 persen ke posisi 144,77 setelah sempat mencapai 145,55. Terhadap euro, dolar juga menguat, dengan euro turun 0,4 persen menjadi USD 1,1077, mencatat penurunan mingguan terbesar sejak awal April.
Data tambahan menunjukkan bahwa klaim pengangguran mingguan turun 2.000 menjadi 231.000, mengindikasikan kondisi pasar tenaga kerja yang tetap solid. Pasar suku bunga berjangka kini memperkirakan peluang 35 persen untuk pemangkasan suku bunga sebesar 50 bp bulan depan, sedikit turun dari 37 persen pada hari sebelumnya.
Indeks Dolar (DXY), yang mengukur kinerja dolar terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,3 persen menjadi 101,35, menunjukkan peningkatan mingguan terbesar sejak awal April. Kenaikan ini memperkuat posisi dolar di tengah ekspektasi bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi lebih lama daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Menjelang akhir bulan, dolar AS mengalami penguatan yang didorong oleh arus akhir-bulan, di mana investor cenderung menutup posisi dan kemudian membeli kembali dolar untuk menyeimbangkan portofolio mereka. Analis dari Jefferies, Brad Bechtel, menyebutkan bahwa dolar mungkin akan kembali menguat ke area 103-104 pada indeks DXY setelah mengalami oversold di bawah 101.
Kenaikan ini juga dipengaruhi oleh aksi jual dolar yang dianggap berlebihan, meskipun ada ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Sepanjang Agustus, dolar telah kehilangan 2,7 persen dari nilainya, mencatat penurunan bulanan terbesar sejak November 2023. Investor saat ini menunggu rilis data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti pada hari Jumat, yang merupakan indikator inflasi utama bagi Federal Reserve.
Data ini dapat memberikan petunjuk tentang besarnya penurunan suku bunga yang mungkin terjadi pada pertemuan Federal Reserve berikutnya.
Di zona euro, euro mengalami penurunan ke level terendah 10 hari di USD1,1059 setelah sebelumnya mencapai level tertinggi 13 bulan di USD1,1201. Penurunan ini disebabkan oleh data inflasi yang lemah dari Jerman dan Spanyol. Inflasi di Jerman turun di enam negara bagian penting pada Agustus, dan di Spanyol, inflasi mencapai laju terendah dalam setahun. Data ini meningkatkan spekulasi tentang kemungkinan pelonggaran suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB).
Pasar uang kini memperkirakan pemangkasan suku bunga ECB sebesar 67 basis poin pada 2024, meningkat dari perkiraan sebelumnya sebesar 63 basis poin sebelum data inflasi diumumkan.
Tren Positif Berlanjut
Pada Rabu, 28 Agustus 2024, dolar AS menguat seiring dengan pembelian akhir bulan dan faktor teknis setelah sebelumnya jatuh ke level terendah dalam lebih dari setahun. Para trader menunggu data penting yang dapat mempengaruhi keputusan Federal Reserve terkait pelonggaran kebijakan moneter di masa depan.
Pasar valuta asing mengalami volatilitas tinggi sepanjang bulan ini, disebabkan oleh kekhawatiran mengenai potensi resesi di AS dan sinyal hawkish dari Bank of Japan, yang mempengaruhi dolar serta mata uang utama lainnya.
Dolar AS juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti laporan keuangan Nvidia, perusahaan chip kecerdasan buatan yang menarik perhatian besar di Wall Street. Pergerakan pasar saham yang signifikan dapat mempengaruhi dolar, seperti yang dikatakan oleh Karl Schamotta, Chief Market Strategist Corpay di Toronto. Para trader saat ini mengurangi eksposur mereka dan membeli dolar sebagai langkah mitigasi risiko.
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang utama, naik 0,5 persen menjadi 101,11. Ini merupakan kenaikan harian terbesar sejak pertengahan Juni 2024. Namun, meskipun mengalami kenaikan harian, dolar AS masih mencatat penurunan bulanan sebesar 2,8 persen pada Agustus, penurunan terbesar sejak November 2023. Pada sesi sebelumnya, dolar mencapai level terendah dalam 13 bulan di 100,51, yang disebabkan oleh penyesuaian ekspektasi terkait pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve.(*)