KABARBURSA.COM – Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, menyoroti dampak signifikan kebijakan tarif perdagangan baru Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Trump 2.0 terhadap ekspor Indonesia.
Menurutnya, langkah antisipasi dari pemerintah menjadi sangat krusial guna memitigasi tekanan terhadap perekonomian nasional.
“Kebijakan tariff perdagangan baru US di era Trump 2.0 ini kan sangat signifikan dampak tekanannya pada ekspor Indonesia ke US," ujar Misbakhun kepada media di Jakarta, Kamis, 3 April 2025.
Ia menegaskan bahwa pemerintah harus berhati-hati dalam menghitung potensi keuntungan dan kerugian dari kebijakan tersebut agar tidak berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
"Sehingga pemerintah harus melakukan konsolidasi menyeluruh para stake holder untuk menghadapi nya karena pemerintah harus tetap berhati-hati, menghitung untung rugi kebijakan tariff baru US tersebut pada kinerja perekonomian Indonesia secara keseluruhan," paparnya.
Sebagai negara dengan hubungan dagang yang erat dengan AS, Indonesia perlu mempertimbangkan berbagai opsi kebijakan guna menyesuaikan diri dengan dinamika baru yang terjadi.
DPR, kata Misbakhun, akan terus mendorong pemerintah untuk mencari solusi terbaik dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah perubahan kebijakan perdagangan global.
Indonesia Kena Tarif Impor Trump!
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengobarkan perang dagang dengan mengenakan tarif impor yang lebih tinggi terhadap puluhan negara, termasuk Indonesia.
Pada Rabu, 2 April 2025, waktu setempat, Trump secara resmi menerapkan tarif dasar sebesar 10 persen untuk semua barang impor ke AS dan tarif tambahan yang bervariasi bagi negara tertentu.
Indonesia turut masuk dalam daftar negara yang terdampak kebijakan ini. AS menyebut Indonesia menerapkan tarif sebesar 64 persen terhadap barang-barang dari AS. Sebagai respons, AS kini mengenakan tarif sebesar 32 persen untuk barang-barang asal Indonesia yang masuk ke pasar mereka.
Menanggapi kebijakan ini, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Mohamad Fadhil Hasan, menyatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang dituduh melakukan manipulasi mata uang. Padahal, menurut Bank Indonesia (BI), pelemahan rupiah terjadi akibat penguatan dolar AS.
“Sekarang pertanyaannya, apa respons Indonesia? Apakah kita akan membalas atau memilih jalur negosiasi? AS adalah negara dengan surplus perdagangan terbesar bagi Indonesia, mencapai USD18 miliar,” ujar Fadhil dalam keterangannya.
Ia menilai bahwa dampak langsung dari kebijakan ini akan terasa di AS sendiri. Kenaikan tarif yang mulai berlaku segera setelah diumumkan akan menyebabkan lonjakan harga barang impor, yang berpotensi mendorong inflasi dan menekan daya beli masyarakat kelas menengah bawah di AS.
Jika inflasi meningkat, The Federal Reserve (The Fed) kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga, yang pada akhirnya akan memperkuat dolar AS dan semakin melemahkan nilai tukar mata uang lainnya.
Terkait langkah yang sebaiknya diambil Indonesia, Fadhil menyarankan agar pemerintah lebih mengutamakan jalur negosiasi bilateral dengan AS ketimbang menerapkan tarif balasan yang bisa memperburuk situasi.
“Saran saya, lebih baik melakukan negosiasi bilateral daripada menerapkan tarif balasan,” katanya.
Trump Umumkan Tarif 10 Persen untuk Semua Impor
Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa ia akan memberlakukan tarif dasar 10 persen untuk semua impor ke AS serta tarif lebih tinggi untuk puluhan negara lainnya, termasuk beberapa mitra dagang terbesar AS. Keputusan ini semakin memperdalam perang dagang yang dimulai sejak ia kembali ke Gedung Putih.
Tarif besar-besaran ini akan membentuk penghalang baru bagi ekonomi konsumen terbesar di dunia, membalikkan kebijakan perdagangan bebas yang telah membentuk tatanan global selama beberapa dekade terakhir.
Mitra dagang AS diperkirakan akan membalas dengan tindakan serupa, yang bisa membuat harga barang mulai dari sepeda hingga anggur melonjak drastis.
Pasar berjangka AS langsung anjlok setelah pengumuman tersebut, menyusul perdagangan yang sudah bergejolak dalam beberapa minggu terakhir karena ketidakpastian tentang dampak tarif terhadap ekonomi global, inflasi, dan laba perusahaan. Saham AS telah kehilangan hampir USD5 triliun dalam nilai pasar sejak Februari.
"Ini adalah deklarasi kemerdekaan kita," kata Trump dalam acara di Rose Garden Gedung Putih.
Trump mengungkapkan bahwa impor dari China akan dikenakan tarif 34 persen, di atas tarif 20 persen yang sudah diberlakukan sebelumnya. Bahkan sekutu dekat AS tidak luput dari kebijakan ini, dengan Uni Eropa menghadapi tarif 20 persen.
Seorang pejabat Gedung Putih, yang berbicara secara anonim, mengatakan bahwa tarif tambahan ini akan mulai berlaku pada 9 April dan akan diterapkan pada sekitar 60 negara. Sementara itu, tarif dasar 10 persen akan mulai berlaku pada Sabtu.(*)