Logo
>

Ekspor Terpukul, Trump Siap Gebuk Impor dari RI

Trump ancam bea masuk 32 persen untuk produk RI. Ekspor tertekan, rupiah volatil, dan ekonomi nasional diprediksi turun hingga 0,5 persen.

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Ekspor Terpukul, Trump Siap Gebuk Impor dari RI
Ilustrasi tentang tarif impor. Gambar dibuat oleh Chat GPT untuk KabarBursa.com.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM  Ketidakpastian global kembali menghantui pasar keuangan dan perekonomian Indonesia. Pengumuman mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait rencana penerapan tarif baru terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia, dinilai bisa berdampak serius terhadap prospek ekonomi nasional dan kinerja ekspor.

    Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyebut pengumuman Trump mengenai tarif impor sebesar 25 persen untuk seluruh produk dari Jepang dan Korea Selatan sebagai sinyal memanasnya kembali potensi perang dagang. Langkah Trump yang disampaikan melalui platform media sosialnya juga menyasar negara-negara lain di Asia dan Afrika.

    "Trump mengumumkan bahwa tarif sebesar 25 persen akan dikenakan pada semua barang yang berasal dari negara mereka, berlaku mulai 1 Agustus," kata Ibrahim dalam keterangannya pada Selasa, 22 Juli 2025

    Selain Jepang dan Korea Selatan, Indonesia juga masuk dalam daftar negara yang akan dikenai bea masuk sebesar 32 persen mulai 1 Agustus 2025. Keputusan ini dinilai memperkuat narasi bahwa perang dagang tidak lagi sekadar urusan ekonomi, melainkan instrumen politik luar negeri Amerika Serikat.

    "Tarif ini bukan sekadar soal ekonomi, tetapi juga strategi geopolitik dan negosiasi," ujar Ibrahim.

    Ia menilai, kebijakan Trump tersebut mencerminkan strategi ‘teori permainan’ dalam diplomasi dagang, yaitu dengan mengubah "payoff matrix" yang memaksa negara mitra, termasuk Indonesia, untuk menyesuaikan kembali strategi perdagangan dan hubungan bilateralnya.

    Bagi Indonesia, konsekuensi dari kebijakan tarif ini diperkirakan cukup signifikan. Pemerintah pun telah memperkirakan potensi penurunan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 0,3 hingga 0,5 persen.

    "Selain itu, risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sektor padat karya seperti tekstil dan alas kaki semakin besar," kata Ibrahim memperingatkan.

    Meski demikian, Indonesia masih berada dalam posisi yang relatif kuat di tengah tekanan global. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 yang awalnya diharapkan sebesar 5,2 persen, kini dikoreksi menjadi 4,7–5 persen.

    Namun, angka ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan global yang hanya 2,3 persen.

    Sentimen pasar keuangan domestik ikut terguncang. Di tengah tekanan eksternal, nilai tukar rupiah sempat bergerak liar dalam perdagangan hari ini.

    Setelah sempat melemah 40 poin di awal sesi, rupiah akhirnya ditutup menguat 34 poin di level Rp16.205 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp16.239.

    Namun Ibrahim memperkirakan volatilitas rupiah masih akan berlanjut dalam perdagangan esok hari.

    "Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.200–Rp16.250," ujarnya.

    Di sisi lain, penguatan dolar AS juga didorong oleh data ekonomi Amerika yang tetap tangguh. Sentimen ini membuat pelaku pasar mengurangi ekspektasi terhadap penurunan suku bunga oleh Federal Reserve dalam waktu dekat.

    Ancaman tarif tambahan dari Trump pun mendorong permintaan terhadap dolar sebagai aset lindung nilai di tengah kekhawatiran inflasi.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.