KABARBURSA.COM - Fitch Ratings menilai bahwa perusahaan pembiayaan dan leasing di Indonesia (FLCs) akan terus bergerak pada jalur kinerja yang lemah, namun relatif konsisten.
Tren ini bertahan meski adanya pelonggaran kebijakan moneter serta perbaikan likuiditas sistem mulai memberikan ruang bernapas. Hal ini tercatat dalam rilis resmi yang diterbitkan pada Senin 1 Desember 2025.
Serangkaian penurunan suku bunga kebijakan diproyeksikan menekan biaya pendanaan secara signifikan.
Namun, persaingan ketat untuk memperoleh debitur berkualitas tetap membatasi imbal hasil pembiayaan dan mempersempit peluang perbaikan margin bunga bersih.
Permintaan kredit diperkirakan masih tertahan, seiring penjualan mobil roda empat (4W) yang kemungkinan masih lesu pada 2026 akibat daya beli konsumen yang terbatas.
Fitch memproyeksikan pertumbuhan piutang pembiayaan hanya akan berada di kisaran single digit pada 2026. Meski demikian, porsi pembiayaan kendaraan listrik (EV) diperkirakan meningkat, dengan pangsa EV menembus lebih dari 10 persen dari total penjualan mobil pada Juni 2025 (2024: 7 persen).
Kehadiran EV dengan harga lebih rendah berpotensi menarik segmen konsumen mass market yang memiliki risiko lebih tinggi, sehingga memberikan tekanan pada nilai agunan. Fitch menilai kekhawatiran terkait kualitas pembiayaan akan menahan agresivitas ekspansi FLCs, apalagi kualitas aset antarperusahaan masih beragam.
Rasio pembiayaan bermasalah (NPF) tercatat stabil di 2,5 persen per Juni 2025 (2024: 2,7 persen), namun net charge-off tahunan meningkat menjadi 4,8 persen pada 1H25 (2024: 4,4 persen). Perusahaan yang tumbuh agresif sepanjang 2024 kini menghadapi tekanan yang lebih besar.
Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan lima kali hingga mencapai 4,75 persen pada Oktober 2025, dan diperkirakan turun lagi ke 4,50 persen pada akhir 2026. Kebijakan pemerintah, termasuk pengurangan penerbitan SRBI dan penempatan deposito Rp200 triliun di bank BUMN, turut memperkuat akses likuiditas bagi FLCs.
Penurunan suku bunga acuan juga menekan imbal hasil obligasi, sementara penerbitan surat utang FLC berperingkat Fitch menunjukkan tren pemangkasan kupon sepanjang 2025. Suku bunga AS yang lebih rendah diperkirakan meningkatkan daya tarik pendanaan luar negeri.
Fitch menegaskan bahwa peringkat mayoritas FLC di Indonesia tetap didukung oleh ekspektasi adanya dukungan dari pemegang saham bank atau korporasi dengan kekuatan finansial lebih besar, baik domestik maupun internasional.(*)