Logo
>

FTSE 100 Ditutup Mendatar, Saham Energi yak Mampu Tahan Tekanan

Indeks saham utama Inggris stagnan meski harga minyak melonjak, investor cermati dampak ancaman tarif baru dari Donald Trump.

Ditulis oleh Syahrianto
FTSE 100 Ditutup Mendatar, Saham Energi yak Mampu Tahan Tekanan
Ilustrasi: Gedung yang menampilkan nama indeks pasar saham Inggris, FTSE. (Foto: AI untuk KabarBursa)

Poin Penting :

KABARBURSA.COM - Indeks FTSE 100 Inggris berakhir nyaris datar pada perdagangan Senin, 2 Juni 2025, seiring pelemahan saham sektor barang konsumsi dan kesehatan yang mengimbangi kenaikan saham-saham energi. Pelaku pasar cenderung berhati-hati pasca ancaman tarif baru dari Presiden AS Donald Trump yang kembali memicu kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global.

Indeks FTSE 100 ditutup stagnan di level 8.774,26 poin, masih kurang dari 1 persen dari rekor tertingginya yang tercatat pada Maret lalu. Saham energi utama seperti Shell dan BP masing-masing menguat hampir 1 persen, sejalan dengan lonjakan harga minyak mentah sebesar 3 persen setelah OPEC+ mengumumkan tidak akan menaikkan produksi pada Juli, mempertahankan level seperti dua bulan sebelumnya.

Saham sektor pertahanan juga mencatat kinerja positif. Babcock International melonjak 8,2 persen, sementara BAE Systems, perusahaan pertahanan terbesar di Eropa, naik 1 persen menjelang publikasi tinjauan strategis pertahanan nasional Inggris.

Indeks sektor pertambangan logam mulia menguat 6,2 persen setelah harga emas menyentuh level tertinggi dalam lebih dari tiga pekan, didorong oleh pelemahan dolar AS dan ketidakpastian perdagangan global yang berkelanjutan.

Trump sebelumnya mengumumkan rencana untuk menggandakan tarif impor baja dan aluminium dari 25 persen menjadi 50 persen. Uni Eropa pun langsung memperingatkan kemungkinan tindakan balasan.

Pasar saham Inggris mencatat kinerja kuat selama bulan Mei, ditopang oleh meredanya ketegangan perdagangan serta sikap Trump yang lebih lunak terhadap kebijakan tarif. Sentimen juga membaik setelah AS dan Inggris mengumumkan perjanjian dagang terbatas pada awal bulan lalu.

Namun, pada perdagangan Senin, saham-saham emiten besar yang banyak menghasilkan pendapatan dalam dolar seperti AstraZeneca dan Unilever menjadi penekan utama FTSE 100, seiring penguatan nilai tukar poundsterling sebesar 0,6 persen terhadap dolar AS.

Di sektor properti, jumlah persetujuan kredit pemilikan rumah dari bank-bank Inggris turun lebih besar dari perkiraan pada April dan menyentuh titik terendah dalam lebih dari setahun. Hal ini membuat indeks sektor pengembang perumahan turun 1,2 persen.

Sementara itu, survei terpisah menunjukkan kontraksi sektor manufaktur Inggris pada Mei tidak separah yang diperkirakan sebelumnya. Namun demikian, produksi, pesanan, dan lapangan kerja masih mengalami penurunan.

Di sisi lain, saham Aberdeen Group naik 4,2 persen setelah Goldman Sachs menaikkan peringkat saham perusahaan manajer aset tersebut dari “netral” menjadi “beli”.

Saham Eropa Terpleset 

Pasar saham Eropa mengawali bulan Juni dengan tekanan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan ancaman kenaikan tarif impor, yang dikhawatirkan memicu gelombang baru ketegangan perdagangan global. Indeks STOXX 600 yang mencakup kawasan Eropa melemah tipis 0,1 persen pada perdagangan Senin, 2 Juni 2025, meskipun indeks tersebut sebelumnya mencatat kenaikan sekitar 4 persen sepanjang bulan Mei.

Pada Jumat malam, Trump mengumumkan rencana untuk menggandakan tarif impor baja dan aluminium dari 25 persen menjadi 50 persen. Uni Eropa segera merespons dengan menyatakan siap membalas kebijakan tersebut. Saham-saham perusahaan baja seperti ArcelorMittal dan Aperam sempat tertekan, meski akhirnya ditutup sedikit lebih rendah.

Tekanan paling berat dialami sektor otomotif yang anjlok 2,1 persen, terbesar di antara sektor lainnya. Saham Stellantis yang terdaftar di Milan merosot 5 persen, sementara Mercedes-Benz, BMW, dan Volkswagen turun di kisaran 1,9–2,7 persen. Saham-saham barang mewah yang sangat bergantung pada ekspor global juga terkoreksi, dengan indeks sektor tersebut turun 0,8 persen.

Indeks volatilitas pasar Eropa (V2TX) melonjak 4,3 persen ke level tertingginya dalam sepekan, menandakan meningkatnya kekhawatiran investor. “Pasar jelas sedang berada dalam mode risk-off,” kata Steve Sosnick, kepala analis pasar di Interactive Brokers. 

Ia menambahkan bahwa meski retorika semacam ini mulai kehilangan pengaruhnya karena pasar sudah terbiasa, efeknya tetap belum bisa diabaikan sepenuhnya. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.