Logo
>

Harga Batu Bara Naik 4 Hari Beruntun, tapi Ekspor RI Merosot

Harga batu bara global naik empat hari beruntun seiring lonjakan permintaan listrik, tapi ekspor Indonesia justru turun akibat produksi China dan India yang meningkat.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Batu Bara Naik 4 Hari Beruntun, tapi Ekspor RI Merosot
Tumpukan batu bara di kawasan operasional PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Ekspor batu bara RI ke China dan India anjlok karena kalah saing dengan batu bara kalori tinggi. Foto: IG @indotambangrayamegah.

KABARBURSA.COM - Harga batu bara kembali melanjutkan tren penguatan di tengah panasnya musim panas di belahan bumi utara. 

Pada perdagangan Rabu, 2 Juli 2025, harga batu bara kontrak bulan depan di pasar ICE Newcastle ditutup di level USD112,5 per ton. Kenaikan 0,63 persen ini menjadi yang keempat secara berturut-turut dan mengantar harga ke posisi tertingginya sejak awal Februari, hampir lima bulan terakhir.

Secara total, batu bara sudah terapresiasi 6,04 persen dalam empat hari terakhir. Sentimen utama datang dari melonjaknya permintaan listrik untuk pendingin ruangan (AC), seiring gelombang panas yang melanda negara-negara seperti China. 

Suhu di Beijing, misalnya, sempat mendekati 40 derajat Celsius. Di negara yang sebagian besar pembangkit listriknya masih bergantung pada batu bara seperti China, yang tahun lalu mencatat kontribusi batu bara hingga 61,3 persen untuk kebutuhan listrik nasional, kondisi seperti ini otomatis mengerek permintaan energi fosil tersebut.

BPS: Ekspor Batu Bara RI Turun 19,1 Persen

Namun, lonjakan harga global ini belum cukup mengangkat kinerja ekspor batu bara Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor batu bara sepanjang Januari hingga Mei 2025 turun 19,1 persen secara tahunan menjadi USD10,26 miliar. 

Penurunan juga terjadi pada sisi volume, yang merosot 4,65 persen ke 156,37 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyebut anjloknya ekspor lebih disebabkan oleh naiknya produksi domestik di dua negara tujuan utama ekspor RI, China dan India. 

Kedua negara tersebut kini lebih banyak menyerap batu bara dari produksi sendiri, sehingga permintaan untuk batu bara impor, termasuk dari Indonesia, ikut tergerus.

“Produksi dari China dan India naik. Artinya, kebutuhan dalam negeri mereka bisa terpenuhi sendiri. Dampaknya, ekspor kita tertahan meskipun permintaan tetap,” kata Tri, di Gedung DPR, Rabu, 2 Juli 2025.

Tri juga mengingatkan pentingnya membuka pasar baru untuk batu bara RI, terutama ke negara-negara Asia lain di luar dua pasar utama tersebut. Diversifikasi pasar dinilai menjadi langkah strategis agar pelaku industri tidak terlalu bergantung pada satu-dua negara pembeli saja.

RI Targetkan Produksi Batu Bara 735 Juta Ton

Di sisi lain, pemerintah masih mengupayakan pencapaian target produksi nasional sebesar 735 juta ton pada 2025. Namun, hingga Mei lalu, realisasinya baru mencapai sekitar 275 juta ton. 

Tri mengakui, target tersebut mungkin sulit dicapai mengingat separuh tahun sudah terlewati dan tidak ada revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang bisa dilakukan.

Meski realisasi ekspor dan produksi belum optimal, Kementerian ESDM masih optimistis terhadap penerimaan negara. Target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor mineral dan batu bara tahun ini ditetapkan sebesar Rp124,5 triliun, naik dari target tahun lalu yang sebesar Rp113,54 triliun. 

Tri menyebut, tren kenaikan harga batu bara global saat ini bisa menjadi penopang utama untuk mencapai target tersebut.

Secara teknikal, harga batu bara masih bergerak di zona positif. Indikator RSI berada di angka 68, yang menandakan tren bullish masih kuat. Stochastic RSI juga berada di area beli dengan level 64. 

Namun, setelah empat hari reli, potensi koreksi tetap terbuka. Support terdekat berada di USD109 per ton, yang juga menjadi posisi Moving Average (MA) lima hari terakhir. Jika tertembus, harga bisa turun ke kisaran USD107 hingga USD106 per ton. 

Sementara itu, resisten jangka pendek berada di USD113 dan area psikologis kuat di USD119 per ton, yang merupakan level MA-200.

Naiknya harga batu bara dunia memang membawa angin segar di tengah tekanan ekspor. Tapi tantangannya jelas, Indonesia harus bisa mencari jalan keluar dari ketergantungan pada pasar tradisional dan memanfaatkan momentum harga untuk menjaga daya saing industri serta stabilitas penerimaan negara di tengah peta energi global yang terus berubah.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79