KABARBURSA.COM - Harga emas terus mencatatkan reli yang mengesankan, mencapai rekor tertinggi baru pada perdagangan Kamis waktu setempat atau Jumat dinihari WIB, 14 Maret 2025, dan semakin mendekati tonggak psikologis USD3.000 per ons.
Ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan tarif Amerika Serikat serta spekulasi pasar terhadap pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve menjadi pendorong utama lonjakan harga logam mulia ini.
Emas spot melonjak 1,6 persen ke USD2.979,76 per ons pada sesi perdagangan Kamis malam, setelah sempat menyentuh level tertinggi tahun ini untuk ke-12 kalinya. Sementara itu, emas berjangka AS mengakhiri sesi dengan kenaikan 1,5 persen di level USD2.991,3 per ons.
Sejak awal tahun, harga emas telah menguat hampir 14 persen, melanjutkan tren positif setelah mencatatkan kenaikan solid sebesar 27 persen sepanjang tahun 2024.
Menurut Chief Operating Officer Allegiance Gold Alex Ebkarian, pasar emas sedang berada dalam tren bullish jangka panjang. Ia memproyeksikan harga emas akan bergerak di kisaran USD3.000 hingga USD3.200 per ons dalam beberapa bulan ke depan.
Lonjakan ini tidak lepas dari ketidakstabilan kebijakan perdagangan AS yang dipimpin oleh Presiden Donald Trump, yang semakin mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas.
Selain faktor geopolitik, pasar juga tengah mencermati arah kebijakan moneter Federal Reserve. The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya dalam kisaran 4,25-4,50 persen dalam pertemuan pekan depan.
Namun, spekulasi mengenai pemangkasan suku bunga lanjutan masih menjadi perdebatan di kalangan investor. CEO Sprott Asset Management, John Ciampaglia, menilai ketidakpastian akibat kebijakan tarif membuat The Fed harus lebih berhati-hati dalam menentukan langkah berikutnya.
Sejauh ini, bank sentral AS telah memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin sejak September, meski menghentikan siklus pelonggaran moneternya pada Januari.
Para trader memperkirakan pemotongan suku bunga baru kemungkinan akan terjadi pada pertemuan The Fed di bulan Juni.
Sementara itu, data terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa indeks harga produsen (PPI) tetap stagnan sepanjang Februari, sementara indeks harga konsumen (CPI) mengalami kenaikan sebesar 0,2 persen setelah naik 0,5 persen pada Januari. Data ini semakin memperkuat sentimen bahwa inflasi masih dalam tren yang tidak menentu, yang pada akhirnya dapat memperkuat daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi.
Di sisi permintaan, minat terhadap emas semakin meningkat, didorong oleh arus masuk yang kuat ke dalam Exchange-Traded Fund (ETF) emas dan pembelian agresif dari bank sentral. Menurut analis Standard Chartered, Suki Cooper, ketidakpastian geopolitik serta kebijakan perdagangan yang terus berubah telah mendorong investor dan bank sentral untuk terus menambah kepemilikan emas mereka.
Hal ini tercermin dalam data dari SPDR Gold Trust, ETF emas terbesar di dunia, yang melaporkan peningkatan kepemilikan emasnya menjadi 907,82 metrik ton per 25 Februari, level tertinggi sejak Agustus 2023.
Selain itu, China terus memperkuat cadangan emasnya dengan melakukan pembelian selama empat bulan berturut-turut hingga Februari. Langkah ini menunjukkan bagaimana emas tetap menjadi aset yang sangat berharga bagi negara-negara dengan ketidakpastian ekonomi yang tinggi.
Tak hanya emas, logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan yang signifikan. Perak spot naik 1,4 persen menjadi USD33,69 per ons, dengan potensi menembus level USD34 dalam waktu dekat jika momentum tetap terjaga.
Analis FXTM Lukman Otunuga, menilai bahwa penembusan di atas level USD33,30 merupakan sinyal bullish yang kuat bagi perak. Sementara itu, platinum mencatat kenaikan 0,6 persen ke USD990,25 per ons, sedangkan paladium menguat 0,9 persen menjadi USD956,99 per ons.
Dengan berbagai faktor fundamental yang masih mendukung reli emas, banyak investor dan analis memperkirakan bahwa harga emas dapat segera mencapai dan bahkan melampaui ambang batas USD3.000 per ons. Perkembangan kebijakan The Fed dan ketegangan perdagangan global akan tetap menjadi faktor utama yang menentukan arah pergerakan harga emas dalam beberapa bulan mendatang.
Hartadinata Abadi Bersiap Jadi Pemain Kunci Bullion Bank
Dari dalam negeri, PT Hartadinata Abadi Tbk atau HRTA terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat industri emas nasional dengan strategi ekspansi yang agresif dan inovatif. Pada tahun 2025, perusahaan ini semakin mantap menempatkan diri sebagai salah satu pemain utama dalam ekosistem Bullion Bank Indonesia, sebuah inisiatif yang bertujuan memperkuat ketahanan ekonomi melalui optimalisasi pasar emas domestik.
Direktur Utama HRTA Sandra Sunanto, mengungkapkan kebanggaannya atas kepercayaan yang diberikan kepada perusahaannya untuk berperan dalam pengembangan Bullion Bank di Indonesia. Dengan jaringan distribusi yang luas serta ekspansi ke pasar internasional, Hartadinata Abadi berupaya mendorong pertumbuhan industri emas nasional melalui inovasi, kolaborasi, dan penguatan bisnis.
Sebagai negara penghasil emas terbesar ketujuh di dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekosistem Bullion Bank. Pengembangan ini bukan hanya sebatas meningkatkan daya saing industri emas dalam negeri, tetapi juga menjadi strategi krusial dalam memperkokoh stabilitas ekonomi nasional.
HRTA sendiri telah mencatat pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan tahunan perusahaan meningkat 26,48 persen CAGR (2017-2023), sementara laba bersih tumbuh 15,68 persen CAGR pada periode yang sama.
Sementara itu, Direktur Investor Relations HRTA Thendra Chrisnanda, menjelaskan bahwa ekspansi ke pasar internasional menjadi langkah penting dalam strategi bisnis perusahaan. Meski margin ekspor lebih rendah dibandingkan penjualan domestik, strategi ini diyakini dapat memberikan pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Dengan ekspansi ini, Hartadinata Abadi dapat memperluas jangkauan serta meningkatkan daya saingnya di industri emas global, sekaligus memberikan nilai tambah bagi investor dan mitra bisnisnya.
Hartadinata Abadi juga terus memperluas kehadirannya di pasar domestik dengan mengoperasikan 85 toko ritel emas dan 105 toko gadai, serta bermitra dengan lebih dari 900 toko di seluruh Indonesia. Kehadiran yang luas ini menjadikannya sebagai salah satu pemain utama dalam industri emas nasional, dengan produk dan layanan yang mengedepankan kualitas, inovasi, serta keamanan.
Direktur Business & Operation HRTA Yudho Jatmiko, menegaskan bahwa perusahaan berkomitmen untuk terus menghadirkan produk emas yang sesuai dengan kebutuhan pasar, sekaligus memberikan manfaat yang lebih luas bagi industri emas nasional.
Dalam upayanya memperkuat peran dalam ekosistem Bullion Bank, HRTA telah menyusun enam strategi utama untuk tahun 2025. Beberapa langkah yang akan diambil meliputi peningkatan kinerja perusahaan, pembangunan citra merek yang lebih kuat, pengembangan desain perhiasan inovatif, upaya mendapatkan sertifikasi London Bullion Market Association (LBMA), sinergi dengan para penambang emas lokal, serta pengembangan pabrik terintegrasi.
Dengan strategi ini, HRTA tidak hanya menegaskan posisinya sebagai pemimpin di industri emas nasional, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan ekosistem Bullion Bank yang lebih kuat. Langkah-langkah ini juga selaras dengan visi Indonesia Emas 2045, yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat utama perdagangan emas di tingkat global.
Melalui inovasi berkelanjutan, ekspansi pasar, serta sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, HRTA siap membawa industri emas nasional ke level yang lebih tinggi. Perusahaan optimis bahwa dengan strategi yang tepat, mereka dapat terus tumbuh dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.(*)