KABARBURSA.COM - Harga emas menguat tipis pada perdagangan Kamis, 3 Juli 2025, seiring data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang melemah.
Selain itu, pasar memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin memangkas suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Di tengah situasi ekonomi yang masih diliputi ketidakpastian, investor kini mengalihkan perhatian penuh pada laporan tenaga kerja resmi yang akan dirilis Kamis waktu setempat.
Harga emas spot tercatat naik 0,3 persen ke posisi USD3.348,60 per ons menjelang tengah malam WIB. Sementara itu, kontrak emas berjangka di bursa Amerika juga ditutup menguat 0,3 persen ke level USD3.359,70 per ons. Begitu menurut laporan Reuters dari Bengaluru.
Kenaikan ini didorong oleh laporan penggajian swasta ADP yang menunjukkan penurunan jumlah pekerja sektor swasta di bulan Juni. yang pertama kali terjadi dalam lebih dari dua tahun.
Data ini memunculkan asumsi bahwa pasar tenaga kerja AS mulai kehilangan momentumnya. Bagi pelaku pasar, ini menjadi sinyal penting bahwa bank sentral AS bisa mulai mempertimbangkan pelonggaran moneter lebih awal dari rencana semula.
Menanti Pernyataan Powell
Meski demikian, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell sehari sebelumnya menunjukkan sikap yang masih berhati-hati. Ia menegaskan bahwa langkah penurunan suku bunga akan diambil secara sabar, dengan keputusan yang sepenuhnya bergantung pada data terbaru.
Powell juga tidak menutup kemungkinan bahwa pemangkasan bisa saja dilakukan dalam waktu dekat, termasuk pada pertemuan bulan ini, bila kondisi memang mendukung.
"Jika laporan tenaga kerja Kamis nanti ternyata jauh lebih kuat dari perkiraan, itu bisa menjadi sinyal negatif bagi emas. Sebab, The Fed mungkin menunda penurunan suku bunga atau bahkan memangkasnya dalam skala yang lebih kecil," ujar analis senior di Kitco Metals Jim Wyckoff.
Emas selama ini dikenal sebagai aset aman atau safe haven, terutama saat ketidakpastian meningkat dan suku bunga rendah. Lingkungan semacam ini kembali mendongkrak daya tarik logam mulia, termasuk di tengah kekhawatiran fiskal yang turut membayangi pasar.
RUU Pajak Dorong Perbesar Utang
Selain faktor ketenagakerjaan, pelaku pasar juga mencermati perkembangan legislasi RUU pajak dan belanja besar-besaran yang didorong pemerintahan Trump.
RUU itu diperkirakan akan menambah sekitar USD3,3 triliun ke utang nasional dalam satu dekade mendatang dan saat ini tengah bergerak ke DPR untuk disahkan.
Belum lagi, tenggat 9 Juli yang menjadi batas waktu penting dalam kebijakan tarif AS juga menambah lapisan ketidakpastian tersendiri.
Kondisi tersebut membuat permintaan terhadap logam mulia meningkat secara lebih luas. Tak hanya emas, harga perak spot ikut terkerek naik 1,2 persen ke USD36,49 per ons.
Platinum melonjak tajam 4,6 persen ke USD1.413,40, dan paladium mencatat lonjakan lebih dari 5 persen ke USD1.157,09.
Untuk sementara, pasar logam mulia masih akan berputar di orbit laporan non-farm payrolls. Hasilnya bisa menjadi pemicu arah berikutnya, apakah emas akan terus bersinar di tengah ekspektasi pelonggaran moneter, atau justru kembali tertekan jika The Fed merasa tak perlu terburu-buru mengambil langkah.
Yang jelas, investor tengah bersiap menghadapi data krusial yang bisa menentukan sentimen global dalam beberapa pekan ke depan.(*)