KABARBURSA.COM - Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuabi menilai kenaikan harga emas global tertahan karena pasar masih bergerak konstruktif setelah tercapainya kesepakatan untuk mengakhiri penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS). Ia menjelaskan bahwa minat untuk mendorong kenaikan harga emas melemah seiring membaiknya sentimen pasar.
“Suasana pasar yang secara umum konstruktif setelah kesepakatan untuk mengakhiri penutupan pemerintah AS meredam minat untuk kenaikan harga emas lebih lanjut,” kata Ibrahim dalam keterangannya Jumat 14 November 2025.
Menurutnya, perhatian investor kini tertuju pada rilis data ekonomi AS yang sebelumnya tertunda selama penutupan pemerintahan federal.
“Investor kini berfokus pada rilis data ekonomi AS yang tertunda yang akan kembali dirilis seiring dengan dimulainya kembali operasi federal, yang diperkirakan dapat mempertajam ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada Desember,” ujarnya.
Penutupan pemerintah terlama sejak 1 Oktober berakhir setelah Presiden Donald Trump menandatangani pendanaan sementara pada Rabu malam. DPR sebelumnya mengesahkan paket tersebut dengan suara 222–209, sehingga operasi pemerintahan pulih hingga 30 Januari 2026 dan pendanaan sejumlah departemen diperpanjang hingga 30 September 2026.
Ibrahim menjelaskan bahwa prospek dovish The Fed membuat dolar AS melemah dan imbal hasil Treasury tetap rendah. Kondisi itu, kata dia, turut menopang harga emas.
“Prospek dovish The Fed membebani dolar AS dan menjaga imbal hasil Treasury tetap rendah, sehingga membatasi penurunan logam non-imbal hasil,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa tren emas secara keseluruhan masih positif.
“Sentimen pasar secara keseluruhan juga tetap condong ke arah positif untuk emas, dengan pendorong makro dan struktur teknis mendukung tren bullish yang sedang berlangsung,” ujarnya.
Sementara itu, komentar Presiden Fed Boston, Susan Collins, membuat pasar lebih berhati-hati. Collins menegaskan, “standar yang relatif tinggi untuk pelonggaran tambahan dalam waktu dekat,” serta menyebut bahwa, “sangat bijaksana untuk memastikan inflasi berada di jalur yang tepat menuju 2% sebelum melakukan kebijakan penurunan suku bunga lebih lanjut.”
Akibat pernyataan tersebut, peluang penurunan suku bunga Desember turun dari 62% menjadi 53%, berdasarkan CME FedWatch Tool.(*)