Logo
>

Harga Minyak Turun, Risiko Konflik Timur Tengah Mereda

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Minyak Turun, Risiko Konflik Timur Tengah Mereda

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia turun pada Jumat, 29 November 2024 dengan Brent turun 55 sen menjadi USD72,73 per barel dan WTI AS turun 20 sen menjadi USD69,52 per barel. Secara mingguan, Brent turun 3,3 persen, sementara WTI melemah 3,8 persen. Dilansir dari Reuters, penurunan ini dipicu berkurangnya kekhawatiran soal gangguan pasokan akibat konflik Israel-Hezbollah.

    Meskipun konflik di Timur Tengah masih berlangsung, pasokan minyak dari wilayah tersebut sejauh ini tidak mengalami gangguan signifikan. Sementara itu, OPEC+ memutuskan menunda rapat kebijakan hingga 5 Desember dan diperkirakan akan melanjutkan pemangkasan produksi.

    Analis BMI menurunkan proyeksi harga Brent menjadi USDA76 per barel untuk 2025, mengutip lemahnya sentimen pasar dan tekanan harga. Namun, mereka memperingatkan bahwa langkah OPEC+ mungkin belum cukup untuk mengatasi surplus produksi yang diperkirakan tahun depan.

    Di sisi lain, faktor geopolitik turut memengaruhi pasar. Rusia kembali menyerang fasilitas energi Ukraina, sementara Iran berencana memasang lebih dari 6.000 alat pengayaan uranium baru. Menurut Goldman Sachs, jika sanksi terhadap Iran diperketat tahun depan, pasokan minyak dari negara tersebut bisa turun hingga 1 juta barel per hari.

    Sempat Stabil, Pasar Tunggu Sentimen Baru

    Harga minyak mentah global cenderung stabil pada penutupan perdagangan Rabu, 27 November 2024, waktu setempat. Pergerakan ini mencerminkan keseimbangan antara tekanan pasar dan meredanya kekhawatiran pasokan.

    Di satu sisi, lonjakan stok bensin di Amerika Serikat dan spekulasi kebijakan suku bunga Federal Reserve tahun depan menekan pasar. Namun, stabilitas mulai terjaga setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah meredakan ketegangan geopolitik yang sempat memicu ketakutan akan gangguan pasokan minyak global.

    Brent, sebagai patokan internasional, ditutup naik tipis 2 sen menjadi USD72,83 per barel, sementara WTI, patokan minyak mentah Amerika Serikat, turun 5 sen menjadi USD68,72 per barel. Kini, pelaku pasar menunggu sentimen baru untuk menentukan arah pergerakan harga selanjutnya.

    Data terbaru dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan peningkatan persediaan bensin. Sebelumnya, persediaan bensin hanya sebanyak 3,3 juta barel dalam satu minggu, kini naik menjadi 212,2 juta barel.

    Kenaikan ini bertentangan dengan ekspektasi analis yang sebelumnya memprediksi bahwa minyak mentah mengalami penurunan produksi sebanyak 46.000 barel, jauh melampaui prediksi penurunan 605.000 barel.

    Analis mencatat, lonjakan persediaan bensin ini tidak diiringi perubahan signifikan dalam permintaan. Padahal, diprediksi akan ada rekor jumlah perjalanan di liburan Thanksgiving kali ini. Situasi ini menekan harga minyak karena mencerminkan potensi melemahnya permintaan dalam beberapa minggu ke depan.

    Selain itu, data ekonomi AS yang menunjukkan laju inflasi yang tersendat mempersempit kemungkinan Federal Reserve untuk memangkas suku bunga lebih agresif pada 2025. Trader kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember, tetapi mereka juga melihat kemungkinan suku bunga tetap bertahan pada pertemuan berikutnya, di Januari dan Maret 2025.

    Ketidakpastian geopolitik turut membayangi pergerakan harga minyak. Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah yang ditengahi Amerika Serikat dan Prancis dan mulai berlaku pada Rabu kemarin, ikut mempengaruhi.

    Meski demikian, pasar tetap waspada. Banyak pihak yang mempertanyakan berapa lama gencatan senjata ini dapat bertahan.

    Pasar juga mencermati diskusi di antara anggota OPEC+ terkait kemungkinan menunda rencana peningkatan produksi minyak yang semula dijadwalkan pada Januari 2025. Kelompok ini, yang menyumbang sekitar setengah dari produksi minyak dunia.

    Tren pasar saham

    Namun, kali ini mereka menghadapi tantangan dari permintaan global yang melemah serta lonjakan produksi di luar OPEC+.

    Analis dari Goldman Sachs dan Morgan Stanley menggarisbawahi bahwa harga minyak saat ini dinilai undervalued, terutama mengingat risiko pasokan dari Iran yang dapat terpengaruh oleh kemungkinan sanksi baru ketika Donald Trump menjabat sebagai presiden AS.

    Selain itu, ancaman tarif 25 persen terhadap minyak mentah yang diimpor dari Meksiko dan Kanada oleh pemerintahan Trump, menambah ketidakpastian. Kebijakan ini diperkirakan akan menaikkan biaya minyak bagi penyuling AS, menekan margin keuntungan, dan berpotensi mendongkrak harga bahan bakar.

    Meski ada banyak faktor yang menekan harga, dukungan dari potensi penundaan produksi OPEC+ serta pandangan bahwa harga minyak undervalued memberikan harapan untuk pemulihan dalam jangka menengah.

    Semua ini menempatkan pasar minyak dalam situasi yang kompleks, dengan dinamika geopolitik, kebijakan moneter, dan kondisi pasokan global menjadi penentu utama arah pergerakan harga ke depan.

    Sehari sebelumnya, Selasa, 26 November 2024, harga minyak dunia sempat melemah . Penurunan ini terjadi setelah tercapainya kesepakatan gencatan senjata permanen antara Israel dan Lebanon, yang mengurangi premi risiko geopolitik pada harga minyak.

    Harga minyak Brent turun 20 sen atau 0,27 persen menjadi USD72,81 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat melemah 17 sen atau 0,25 persen ke USD68,77 per barel.

    Kabinet keamanan Israel telah menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang akan mulai berlaku pada Rabu kemarin. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kesiapan untuk melaksanakan kesepakatan tersebut dan memperingatkan akan merespons keras setiap pelanggaran oleh Hizbullah.

    “Gencatan senjata ini dapat menekan harga minyak mentah, terutama jika pemerintah Amerika Serikat mempertimbangkan untuk melonggarkan sanksi terhadap minyak Iran, pendukung utama Hizbullah,” ujar Alex Hodes, analis dari StoneX.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).