KABARBURSA.COM - Indeks bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street menguat pada perdagangan hari Jumat, 5 Juli 2024 pekan kemarin.
Tidak hanya itu, indeks S&P 500 terus bergerak positif hingga mencapai rekor tertinggi. Kenaikan tersebut didorong oleh laporan data pekerjaan terbaru yang memicu harapan investor bahwa Bank Sentral AS, yaitu Federal Reserve, akan menurunkan suku bunga.
Indeks pasar naik 0,54 persen dan ditutup pada 5.567,19, sementara Nasdaq Composite terapresiasi 0,90 persen dan berakhir di 18.352,76. Kedua indeks tersebut mencapai level tertinggi sepanjang masa dan ditutup dengan rekor. Bahkan, S&P 500 mencatat rekor penutupan ke-34 pada tahun 2024. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average tumbuh 0,17 persen, atau 67,87 poin, berakhir di 39.375,87.
Pergerakan S&P 500 tahun ini telah meningkat sebesar 16,7 persen, dengan indeks ini mencatat minggu positif keempat dalam lima minggu terakhir. Hal ini sejalan dengan prediksi investor bahwa setiap pelemahan ekonomi di akhir tahun ini akan diimbangi dengan penurunan suku bunga Federal Reserve. Di samping itu, keuntungan year to date (ytd) Nasdaq adalah 22,3 persen.
Data tenaga kerja yang dirilis pada Jumat pagi pekan kemarin menunjukkan peningkatan 206.000 dalam nonfarm payrolls di bulan Juni. Namun, terdapat sedikit kenaikan dalam tingkat pengangguran, yakni naik menjadi 4,1 persen. Para ekonom sebelumnya memperkirakan tingkat pengangguran akan tetap stabil di 4 persen.
Penurunan imbal hasil obligasi terjadi setelah laporan tersebut, yang menunjukkan ekspektasi kenaikan pengangguran. Pasar kini memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada akhir tahun ini.
Menurut FedWatch Tool dari CME Group, para investor meningkatkan taruhan mereka pada penurunan suku bunga di bulan September, dengan peluang penurunan seperempat poin meningkat sekitar 77 persen, naik dari 64 persen seminggu yang lalu.
Kepala Strategi Global di Principal Asset Management, Seema Shah, mengatakan bahwa turunnya revisi data untuk bulan-bulan sebelumnya dan kenaikan tingkat pengangguran meningkatkan peluang penurunan suku bunga oleh The Fed pada September mendatang.
“Turunnya revisi data untuk bulan-bulan sebelumnya dan kenaikan tingkat pengangguran meningkatkan peluang penurunan suku bunga oleh The Fed pada September mendatang,” ujarnya.
Shah juga menambahkan bahwa data tersebut disambut baik oleh pasar obligasi, namun juga menimbulkan sedikit kekhawatiran tentang arah ekonomi Amerika Serikat.
“Sejumlah besar data ekonomi menunjukkan pelemahan, bahkan laporan hari ini menambah gambaran tersebut,” kata Shah yang dikutip, Senin, 8 Juli 2024.
Beberapa saham utama menunjukkan pergerakan signifikan pada minggu ini. Saham Tesla tumbuh lebih dari 2 persen, dengan kenaikan mingguan mencapai sekitar 27 persen. Saham Apple melonjak lebih dari 2 persen mencapai level tertinggi sepanjang masa. Namun, saham Nvidia turun hampir 2 persen, meskipun masih menguat sekitar 1,9 persen sepanjang minggu ini.
Ketiga indeks utama mengakhiri minggu ini dengan hasil positif. Nasdaq Composite naik 3,5 persen, S&P 500 terangkat hampir 2 persen selama periode tersebut. Dow Jones berkinerja sedikit lebih rendah, naik hampir 0,7 persen.
Penguatan indeks bursa AS, terutama S&P 500 dan Nasdaq yang mencapai rekor tertinggi, mencerminkan optimisme investor terhadap potensi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve.
Data tenaga kerja yang menunjukkan peningkatan payrolls namun kenaikan tingkat pengangguran menjadi sinyal bagi The Fed untuk mungkin menyesuaikan kebijakan moneternya. Dengan kinerja saham individu yang beragam, pasar menunjukkan ketahanan dan potensi untuk pertumbuhan lebih lanjut di tengah ketidakpastian ekonomi.
Bursa Asia Dibuka Beragam
Sementara itu, bursa saham Asia diperkirakan akan dibuka bervariasi minggu ini. Kesaksian Gubernur Federal Reserve Jerome Powell di depan kongres dan data inflasi AS yang akan dirilis akhir minggu ini menjadi fokus utama para pedagang.
Kedua peristiwa tersebut diharapkan dapat memberikan indikasi lebih lanjut mengenai kemungkinan dimulainya pelonggaran kebijakan moneter pada bulan September, di tengah tanda-tanda keretakan ekonomi AS setelah laporan pekerjaan yang lemah.
Ekuitas berjangka di Australia dan China menunjukkan bahwa pasar akan tergelincir saat perdagangan dimulai. Sebaliknya, ekuitas berjangka di Jepang mengindikasikan kenaikan awal setelah yen menguat.
Selain kesaksian Powell dan data inflasi, para pedagang juga akan mengamati keputusan suku bunga di Selandia Baru dan Korea Selatan (Korsel), serta pembacaan inflasi di Amerika Selatan dan Amerika Serikat (AS). Laporan keuangan dari bank-bank besar AS, termasuk JPMorgan Chase & Co, juga akan dirilis minggu ini. (*)