KABARBURSA.COM - Sumitomo Corp telah mengajukan rencana restrukturisasi utang di pengadilan Inggris terkait proyek tambang nikel dan kobalt Ambatovy di Madagaskar.
Rencana ini diharapkan mampu mengatasi kerusakan peralatan pabrik dan menjamin perbaikan lainnya, ujar Sumitomo dalam pernyataannya pada Kamis.
Konglomerat asal Jepang ini mencatatkan penurunan nilai aset sebesar 89 miliar yen (USD617 juta) pada awal tahun ini. Sumitomo memegang 54 persen saham dalam proyek tersebut.
Melimpahnya pasokan nikel murah dari Indonesia membuat harga logam ini yang menjadi bahan utama baterai kendaraan listrik anjlok hingga setengahnya sejak akhir 2022, memaksa banyak produsen untuk memangkas produksi.
Sementara itu, RI Incar Investor Eropa demi Hilirisasi Nikel, Salah Satunya BASF Ada Isu Penyelundupan Nikel RI ke China, Menteri ESDM Buka Suara Raksasa pertambangan dunia, BHP Group Ltd, pada Juli lalu mengumumkan penutupan unit bisnis Nickel West yang merugi di Australia, setidaknya hingga awal 2027.
Anglo American Plc kini tengah menjajaki opsi untuk menjual atau menutup unit nikelnya, sementara Glencore Plc sudah menghentikan operasi penambangannya di Kaledonia Baru.
Tinggalkan Pomalaa
Namun, pandemi Covid-19 menyebabkan penundaan dalam proses perizinan dan diskusi dengan PT Vale Indonesia, sehingga memaksa perusahaan untuk mencari alternatif lain. SMM tidak dapat melanjutkan negosiasi dengan PT Vale Indonesia, seperti dinyatakan dalam pengumuman resmi SMM pada 2022 lalu
SMM menyimpulkan bahwa mereka tidak memiliki pilihan selain menghentikan penelitian karena kesulitan dalam mempertahankan tim internal dan eksternal tanpa prospek kemajuan di masa depan.
Proyek smelter nikel di Pomalaa merupakan inti dari strategi jangka panjang SMM untuk memproduksi 150.000 ton nikel per tahun.
Proyek ini juga dianggap sebagai bagian dari rencana bisnis tiga tahunan yang diumumkan pada tahun 2021 untuk meningkatkan nilai perusahaan. Meskipun keputusan ini disayangkan, SMM berkomitmen untuk terus mengamankan sumber daya nikel dan memperkuat rantai nilai bisnisnya, termasuk mineral, peleburan, pemurnian, dan material, serta memastikan pasokan nikel yang stabil.
Dampak keputusan ini terhadap kinerja perusahaan diperkirakan minimal hingga 31 Maret 2023, dan akan mempengaruhi hasil perusahaan hanya sedikit untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Maret 2022 dan 31 Maret 2023.
Sebelumnya, pada September 2021, Vale Indonesia mengungkapkan bahwa mereka masih mengevaluasi penggunaan bijih nikel kadar tinggi (saprolit) untuk proyek smelter ini. Direktur Vale Indonesia, Dani Widjaja, dalam Public Expose Live 2021, mengungkapkan bahwa Vale sedang menyelesaikan studi lanjutan dan proses perizinan untuk pabrik HPAL di Pomalaa, dengan menggandeng mitra dari Jepang, yakni SMM.
Rencana kapasitas produksi nikel untuk smelter HPAL di Pomalaa awalnya diperkirakan mencapai sekitar 40 ribu ton per tahun.
Sementara, kini PT Vale Indonesia saat ini fokus pada tiga proyek smelter nikel dengan total investasi mencapai USD 5 miliar atau sekitar Rp 74 triliun (dengan asumsi kurs Rp 14.800 per USD). Proyek-proyek tersebut mencakup smelter HPAL di Pomalaa, smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah, dan ekspansi smelter yang sudah ada di Sorowako, Sulawesi Selatan.
Harga nikel global kini merosot mendekati titik terendah dalam tiga tahun terakhir, disebabkan oleh lonjakan pasokan nikel dari Indonesia. Penurunan tajam harga nikel ini terutama disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan yang melimpah dan permintaan yang stagnan. INSG memproyeksikan bahwa harga nikel akan terus berada di bawah tekanan dalam waktu dekat, seiring dengan meningkatnya surplus global dan perlambatan ekonomi dunia.
Efisiensi di perusahaan tambang dan pabrik smelter yang ada di Indonesia. Selain itu, dia juga menyarankan pemerintah untuk mempertimbangkan moratorium terhadap pembangunan smelter nikel baru dan menghentikan sementara pembangunan pabrik smelter yang sedang berjalan.
Upaya ini dianggap krusial untuk menghentikan banjir pasokan nikel yang sedang melanda pasar global. Rizal mencatat, beberapa perusahaan saat ini masih dalam tahap konstruksi smelter, dan jika proyek-proyek ini selesai, dapat menambah suplai nikel hingga hampir 12 juta ton, yang berpotensi membanjiri pasar global. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.