Logo
>

Kabar dari AS bikin Saham-saham Asia mungkin Kurang Semangat

Ditulis oleh Syahrianto
Kabar dari AS bikin Saham-saham Asia mungkin Kurang Semangat

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dan indeks dolar mengalami penurunan menjelang rilis data pekerjaan pada Jumat, 6 September 2024, yang diperkirakan akan memberikan petunjuk penting terkait keputusan suku bunga yang akan diambil oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), pada bulan ini.

    Data pekerjaan ini menjadi fokus utama bagi pasar karena akan menjadi dasar bagi The Fed dalam menentukan besaran penurunan suku bunga, apakah 25 atau 50 basis poin.

    Sementara itu, di Asia, saham berjangka Jepang mengalami kenaikan didukung oleh stabilnya nilai yen setelah mengalami reli selama minggu ini. Namun, saham berjangka Australia menunjukkan sedikit perubahan.

    Adapun kontrak saham AS melemah setelah indeks S&P 500 ditutup lebih rendah pada Kamis, 5 September 2024. Selain itu, pasar saham Hong Kong diperkirakan akan ditutup pada Jumat, 6 September 2024 pagi akibat dampak Topan Yagi yang melanda wilayah tersebut.

    Imbal hasil Treasury AS juga mengalami penurunan pada Kamis, 5 September 2024 dengan imbal hasil obligasi 10 tahun turun tiga basis poin, memberikan tekanan tambahan terhadap dolar AS. Indeks dolar Bloombergs, yang mengukur kekuatan mata uang AS terhadap sejumlah mata uang lainnya, kembali melemah pada Jumat, 6 September 2024 pagi setelah sebelumnya turun sebesar 0,2 persen pada Kamis, 5 September 2024. Di pasar obligasi, baik obligasi Australia maupun Selandia Baru hanya menunjukkan sedikit perubahan.

    Pasar keuangan global bergerak relatif tenang menjelang rilis data Non-Farm Payrolls (NFP), yang akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kesehatan pasar tenaga kerja di AS.

    Para pelaku pasar masih memperkirakan adanya penurunan suku bunga lebih dari 100 basis poin sepanjang tahun ini, yang menunjukkan potensi penurunan suku bunga yang signifikan. Mengingat pernyataan Jerome Powell baru-baru ini yang menekankan pentingnya pasar tenaga kerja, banyak pihak di Wall Street percaya bahwa data penggajian ini akan menjadi penentu utama keputusan The Fed terkait besaran pemotongan suku bunga.

    Steve Sosnick dari Interactive Brokers menyoroti adanya risiko yang bisa muncul dari data ekonomi yang lebih buruk dari perkiraan.

    Menurutnya, jika kondisi ekonomi AS terbukti lebih lemah, meskipun The Fed siap mengambil langkah agresif, mungkin sudah terlambat untuk mencegah terjadinya pelemahan ekonomi lebih lanjut. Di sisi lain, jika data pekerjaan terlalu kuat, The Fed mungkin akan ragu untuk memangkas suku bunga secepat yang diharapkan oleh pasar.

    Di Asia, perhatian pasar juga tertuju pada potensi kebijakan kontrol ekspor baru dari pemerintahan Joe Biden yang bisa memengaruhi kemampuan China mengakses teknologi canggih, terutama di sektor kecerdasan buatan.

    Washington telah mengambil langkah-langkah untuk membatasi akses China terhadap teknologi mutakhir, seperti chip dan komponen, karena kekhawatiran akan keunggulan militer yang dapat diperoleh Beijing melalui teknologi tersebut.

    Selain itu, pasar obligasi China juga mendapat sorotan karena beberapa utang pemerintah yang sebelumnya dibeli oleh bank sentral kini mulai dijual di pasar sekunder. Langkah ini dipandang sebagai indikasi bahwa otoritas moneter sedang mencoba menekan reli harga obligasi yang terjadi belakangan ini.

    Sementara itu, dari Thailand, parlemen baru saja mengesahkan anggaran sebesar 3,75 triliun baht, yang memungkinkan Perdana Menteri baru Paetongtarn Shinawatra untuk meningkatkan pengeluaran negara. Langkah ini diambil untuk mempercepat pemulihan ekonomi Thailand yang terdampak oleh berbagai tantangan global dan domestik.

    Di pasar saham AS, S&P 500 mengalami penurunan sebesar 0,3 persen. Saham Nvidia Corp mengalami kenaikan setelah analis dari Bank of America Corp menilai bahwa penurunan harga baru-baru ini menciptakan peluang pembelian yang menjanjikan. Saham Tesla Inc juga melonjak berkat rencana peluncuran asisten pengemudi di China dan Eropa. Namun, saham Broadcom Inc merosot akibat perkiraan pendapatan yang kurang memuaskan.

    Sebelum rilis data penggajian AS, beberapa data ekonomi menunjukkan hasil yang beragam. Sektor layanan terus berkembang pada tingkat sedang, namun perusahaan hanya menambah jumlah pekerjaan yang paling sedikit sejak awal 2021. Klaim pengangguran juga menunjukkan angka yang lebih rendah dari perkiraan.

    Laporan pekerjaan yang akan dirilis diperkirakan menunjukkan peningkatan sekitar 165.000 pada penggajian, menurut survei median dari Bloombergs. Meskipun angka ini lebih tinggi dibandingkan kenaikan sederhana sebesar 114.000 pada Juli, pertumbuhan rata-rata penggajian selama tiga bulan terakhir akan turun menjadi sedikit di atas 150.000, angka terkecil sejak awal 2021.

    "Pasar masih berusaha memahami apakah ekonomi melambat terlalu banyak dan apakah The Fed sudah tertinggal dalam mengambil langkah kebijakan," ujar Chris Larkin dari E*Trade Morgan Stanley.

    Di pasar komoditas, harga minyak sedikit naik pada Jumat, 6 September 2024 setelah OPEC+ memutuskan untuk menunda rencana peningkatan produksi minyak selama dua bulan. Namun, langkah ini belum cukup untuk mengimbangi penurunan harga minyak yang cukup signifikan, terutama karena kekhawatiran akan lemahnya permintaan global.

    Di sisi lain, harga emas stabil setelah para trader mencerna data ekonomi terbaru dari AS. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.