KABARBURSA.COM - Harga emas dunia kembali tergelincir pada perdagangan Jumat WIB, 3 Oktober 2025, meski sempat mencetak rekor intraday. Pasar yang awalnya dikejutkan oleh lonjakan harga ke level tertinggi sepanjang sejarah, akhirnya harus menerima pelemahan.
Komentar pejabat Federal Reserve menegaskan sikap hati-hati terhadap prospek pemangkasan suku bunga lanjutan.
Emas spot ditutup turun 0,5 persen menjadi USD3.845,78 per ons pada pukul 01.15 WIB, sementara emas berjangka AS kontrak Desember melemah lebih dalam, 0,8 persen ke USD3.868,1 per ons.
Padahal di awal sesi, harga logam mulia ini sempat menyentuh USD3.896,49 per ons, rekor intraday baru yang tercipta di tengah meningkatnya kekhawatiran atas penutupan pemerintahan (government shutdown) Amerika Serikat.
Sentimen berbalik ketika Presiden Federal Reserve Bank of Dallas Lorie Logan, menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga bulan lalu sudah cukup sebagai langkah “asuransi” bagi pasar tenaga kerja. Namun, ia menambahkan, The Fed perlu “berhati-hati” sebelum melakukan pelonggaran lebih lanjut.
Pernyataan itu sontak menekan harga emas, karena pasar membaca sinyal bahwa bank sentral tidak ingin terburu-buru menurunkan suku bunga lebih agresif.
Meski demikian, mayoritas pelaku pasar masih memperkirakan hampir pasti, yaitu 99 persen, bahwa The Fed akan kembali memangkas suku bunga dalam pertemuan bulan ini. Harapan tersebut masih menjadi penopang harga emas di level tinggi, mengingat aset ini dikenal sensitif terhadap dinamika kebijakan moneter dan biasanya menguat di lingkungan suku bunga rendah.
Harga Emas Meroket 47 Persen di Sepanjang 2025
Sepanjang tahun 2025, harga emas telah meroket sekitar 47 persen, ditopang berlapis faktor. Mulai dari ketidakpastian global akibat tensi perdagangan dan tarif impor, hingga gejolak geopolitik yang tak kunjung reda.
Shutdown pemerintahan AS yang memasuki hari kedua turut memberi pijakan bullish karena menunda publikasi data penting, termasuk laporan ketenagakerjaan non-pertanian (NFP). Bahkan, klaim pengangguran mingguan yang menjadi tolok ukur utama kondisi pasar tenaga kerja juga tidak dirilis. Ini yang menambah atmosfer ketidakpastian ekonomi.
Dalam catatannya, lembaga keuangan StoneX menyebut bahwa tensi perdagangan, tarif, dan ketidakpastian geopolitik terus menopang daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Proyeksi Sachs Terhadap Emas
Senada, Goldman Sachs menegaskan emas masih menjadi komoditas andalan dengan proyeksi ambisius, yaitu USD4.000 per ons pada pertengahan 2026 dan USD4.300 per ons di akhir 2026. Bahkan dengan risiko kenaikan yang semakin kuat.
Tidak hanya emas, logam mulia lain juga mengalami tekanan. Perak spot merosot 1,4 persen menjadi USD46,67 per ons. Paladium turun 1 persen ke USD1.231,94, sementara platinum relatif stabil di USD1.558,55.
Koreksi kompak di pasar logam berharga ini menunjukkan sentimen investor yang terjebak di antara prospek pelonggaran moneter The Fed, bayangan ketidakpastian politik, serta kebutuhan untuk mengamankan keuntungan setelah reli panjang.
Secara keseluruhan, pelemahan emas pada Kamis menegaskan betapa rapuhnya keseimbangan pasar antara optimisme suku bunga rendah dan kehati-hatian bank sentral.
Kilau emas memang sedikit meredup, tetapi fondasi fundamentalnya tetap kokoh, menandakan bahwa tren bullish jangka menengah hingga panjang belum kehilangan pijakan.(*)