Logo
>

Kinerja Positif Bursa Eropa di Awal 2025, Akankah Bertahan Lama?

Ditulis oleh Yunila Wati
Kinerja Positif Bursa Eropa di Awal 2025, Akankah Bertahan Lama?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Selama enam minggu pertama tahun 2025, pasar saham Eropa atau bursa Eropa mencatat kinerja terbaiknya dalam satu dekade dibandingkan Wall Street. Fenomena ini memicu optimisme di kalangan investor yang berharap bahwa lonjakan kali ini bisa menjadi awal dari akhir periode panjang ketertinggalan Eropa terhadap Amerika Serikat.

    Investor mulai memborong saham-saham Eropa, tertarik oleh kesenjangan valuasi yang semakin ekstrem antara perusahaan-perusahaan di kedua benua. Hal ini mendorong aliran dana investasi ke pasar saham Eropa mencapai tingkat tertinggi kedua dalam 25 tahun terakhir.

    Indeks-indeks utama di Frankfurt, Zurich, London, Milan, dan Paris terus mencetak rekor, mendorong STOXX 600 naik lebih dari 5,5 persen sejak awal tahun, jauh mengungguli kenaikan S&P 500 yang hanya 2,7 persen.

    Optimisme terhadap pasar saham Eropa didorong oleh beberapa faktor utama. Kemungkinan Jerman melonggarkan kebijakan fiskalnya setelah pemilu bulan ini bisa menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi kawasan.

    Selain itu, potensi meredanya ketegangan di Ukraina serta kemungkinan tarif dagang AS yang lebih rendah dari perkiraan, juga turut menjadi sentimen positif.

    Di sisi lain, pelemahan saham raksasa teknologi Wall Street akibat munculnya pesaing murah dari Tiongkok, memberi peluang bagi sektor lain untuk mengambil alih kepemimpinan pasar. Eropa, yang memiliki keunggulan di sektor otomotif dan industri siklikal lainnya, bisa mendapatkan manfaat dari pergeseran ini.

    Sejumlah analis melihat momentum ini berpotensi bertahan dalam beberapa bulan ke depan. Marc Halperin, manajer portofolio di Edmond de Rothschild AM, melihat bahwa investor global saat ini masih kurang memiliki eksposur ke saham-saham Eropa, sehingga ruang kenaikan masih terbuka lebar.

    Dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB) dan Federal Reserve yang mungkin menahan kenaikan suku bunga, prospek pemulihan ekonomi Eropa tampak semakin solid.

    Dari perspektif teknikal, beberapa indikator menunjukkan bahwa reli pasar ini bisa bertahan dalam jangka pendek. Data dari SentimenTrader menunjukkan lonjakan pada rasio advance/decline selama 10 hari serta meningkatnya jumlah saham yang diperdagangkan di atas rata-rata pergerakan 50 hari. Secara historis, pola ini sering kali mendahului periode kenaikan lebih lanjut selama satu hingga tiga bulan ke depan.

    Namun, meskipun momentum positif ini menciptakan optimisme, tantangan struktural masih menjadi hambatan bagi Eropa untuk benar-benar menyaingi dominasi Wall Street dalam jangka panjang. Sejak akhir 1980-an, pasar saham AS telah meningkat 25 kali lipat, sementara saham Eropa hanya naik kurang dari enam kali lipat.

    Valuasi saham Eropa saat ini masih berada pada diskon mendekati rekor, dengan MSCI Europe diperdagangkan pada rasio harga terhadap laba (P/E) yang 37,5 persen lebih rendah dibandingkan MSCI USA. Hal ini membuat beberapa analis, termasuk Hertta Alava dari Nordea, percaya bahwa saham-saham Eropa masih memiliki ruang untuk mengejar ketertinggalan, terutama dengan ekspektasi percepatan pertumbuhan laba perusahaan.

    Prediksi pertumbuhan laba di Eropa untuk tahun ini mencapai 7,9 persen , jauh lebih tinggi dibandingkan 1 persen  pada 2024 dan pemulihan dari kontraksi 3,9 persen pada 2023. Namun, angka ini masih tertinggal dari proyeksi pertumbuhan laba AS yang diperkirakan mencapai 14,1 persen tahun ini, setelah tumbuh lebih dari 10 persen tahun lalu.

    Michele Morganti dari Generali Investments menilai bahwa penurunan pertumbuhan laba di sektor teknologi AS serta kemungkinan stimulus ekonomi yang lebih agresif dari Tiongkok dapat membantu Eropa mempersempit kesenjangan. Namun, ia juga menyoroti beberapa kendala fundamental yang tetap membayangi, seperti ketergantungan energi yang lebih tinggi, tata kelola yang kurang efisien, pasar modal yang terfragmentasi, pertumbuhan populasi yang lebih lambat, serta investasi teknologi yang lebih kecil dibandingkan AS.

    Dengan segala faktor tersebut, pasar saham Eropa memang sedang menikmati momen cemerlangnya. Namun, apakah lonjakan ini akan bertahan lama atau hanya menjadi reli sesaat sebelum kembali tertinggal dari Wall Street? Jawabannya bergantung pada bagaimana Eropa menangani tantangan strukturalnya dan memanfaatkan momentum ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.

    Sebelumnya, pasar saham Eropa diperkirakan dibuka di zona merah seiring investor menantikan rilis laporan keuangan dari sejumlah korporasi besar.

    Indeks FTSE 100 Inggris diprediksi turun 18 poin ke level 8.555, sementara DAX Jerman melemah 67 poin ke 21.439. Indeks CAC Prancis juga diperkirakan turun 23 poin ke 7.888, sedangkan FTSE MIB Italia terkoreksi 91 poin ke 36.707, berdasarkan data dari IG.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79