KABARBURSA.COM - Komitmen Korea Selatan untuk mempererat hubungan digital dengan Indonesia dan negara-negara ASEAN semakin nyata. Dalam ajang 2025 ASEAN-KOREA Digital Business Partnership yang digelar di Jakarta, Korea memboyong 30 perusahaan teknologi ternama ke Indonesia sebagai bagian dari upaya memperluas jejaring kerja sama di sektor digital.
Acara ini dirancang sebagai wadah untuk mendorong kolaborasi lintas negara di bidang kecerdasan buatan (AI), layanan kesehatan digital, hingga keamanan siber. Tujuan utamanya adalah menciptakan ekosistem digital yang tangguh dan saling terhubung antara Korea dan negara-negara ASEAN.
Direktur Utama Badan Pengembangan Industri Teknologi Informasi Korea (NIPA), Park Yunkyu, menyampaikan bahwa kemitraan digital antara kedua pihak telah dirintis sejak 2023, dan akan semakin diperkuat pada tahun ini.
Menurutnya, Korea telah menempatkan sektor digital sebagai sektor strategis nasional sejak awal tahun 2000-an dan terus melaju untuk menjadi negara digital terdepan.
“ASEAN, termasuk Indonesia, berkembang sangat cepat dalam sektor digital. Kami yakin bahwa Korea dan ASEAN akan menjadi mitra yang semakin kuat, dengan kecerdasan buatan sebagai penghubung utamanya,” ujar Park dalam sambutannya, Selasa 10 Juni 2025.
Ia juga menegaskan kesiapan NIPA untuk memberikan dukungan penuh dalam pengembangan infrastruktur digital, termasuk layanan kesehatan di Indonesia. Ia berharap pertemuan ini membuka jalan bagi kerja sama yang lebih erat, terutama melalui peran aktif sektor swasta.
“Saya berharap kerja sama antara sektor swasta dapat lebih diaktifkan, dan ini akan menjadi waktu yang berharga untuk memperluas peluang kemakmuran bersama kedua negara,” imbuhnya.
Nilai Positif Investasi Sektor AI di RI
Pakar komunikasi digital dari Universitas Indonesia (UI), Firman Kurniawan, menilai positif investasi global di sektor kecerdasan buatan. Menurutnya, hal ini dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi digital di Tanah Air.
“Di banyak negara, AI terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” ujar Firman kepada Kabarbursa.com, Rabu, 13 November 2024.
Berdasarkan survei “State of Artificial Intelligence 2024” yang dirilis oleh Searce, sebanyak hampir satu dari sepuluh bisnis global diperkirakan akan menghabiskan lebih dari USD25 juta untuk inisiatif AI pada tahun 2024. Sekitar 33 persen bisnis di Inggris dan 35 persen di Amerika Serikat (AS) menginvestasikan AI untuk mendongkrak pertumbuhan pendapatan dan mencari peluang bisnis baru.
Lebih lanjut, masih merujuk data di atas, sebanyak 92 persen dari para responden menilai inisiatif AI mereka berhasil, dan 96 persen percaya bahwa adopsi AI adalah prioritas bisnis yang penting untuk tahun ini. Sementara sekitar 31 persen perusahaan mengungkapkan rencana mereka untuk meningkatkan pengeluaran untuk AI sebesar 26-50 persen pada 2024.
Untuk menangkap peluang tersebut, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah memetakan lima sektor utama yang menjadi fokus adopsi kecerdasan buatan. Peta investasi AI di Indonesia mencerminkan peluang besar dalam pengembangan sektor ini, meskipun masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi.
Peluang dan Tantangan Investasi
Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute Heru Sutadi mengingatkan bahwa investasi asing sebaiknya tidak hanya berfokus pada peluang komersial, tetapi juga pada pengembangan ekosistem teknologi yang melibatkan tenaga kerja lokal. “Kita perlu strategi jangka panjang untuk mengembangkan teknologi digital oleh talenta lokal,” katanya.
Heru menyoroti bahwa banyak investasi AI yang masuk ke Indonesia belum fokus pada pembangunan ekosistem teknologi, melainkan hanya pada penjualan produk. Ia menambahkan, Indonesia belum memiliki pusat riset AI yang dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi dampak positif bagi ekonomi.
Oleh karena itu, ia mendorong kebijakan yang mewajibkan investor asing membangun infrastruktur dan pusat riset di Indonesia, serta melibatkan tenaga kerja lokal, terutama di UMKM dan industri lokal.(*)