Logo
>

Kurs Dolar Naik Tipis, Pasar Cermati Kemungkinan Pemangkasan Fed Rate

Ditulis oleh Yunila Wati
Kurs Dolar Naik Tipis, Pasar Cermati Kemungkinan Pemangkasan Fed Rate

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kurs Dolar Amerika Serikat tidak mengalami banyak berubah pada penutupan perdagangan Rabu, 22 Januari 2025 waktu setempat atau Kamis, 23 Januari 2025 WIB. Dolar sebelumnya sempat turun ke level terendah dalam dua minggu.

    Saat ini, para investor terus menunggu pengumuman pasti terkait rencana tarif Presiden AS Donald Trump. Sementara, menurut dia, saat ini  pemerintahannya sedang mempertimbangkan tarif sebesar 10 persen pada barang-barang impor dari China yang rencananya akan diterapkan pada 1 Februari.

    Trump juga menyebut bahwa Meksiko dan Kanada dapat menghadapi tarif sekitar 25 persen pada tanggal yang sama. Selain itu, presiden yang memerintah untuk kali kedua ini juga mempersiapkan tarif untuk impor baru dari Eropa, meskipun tanpa penjelasan lebih lanjut.

    Pekan lalu, dolar mencapai level tertinggi dalam dua tahun terakhir di angka 110,17 yen, didorong oleh ekspektasi tarif tersebut. Namun, sejak itu dolar menunjukkan pelemahan akibat ketidakpastian rencana Trump. Sepanjang pekan ini, dolar turun sekitar 1,2 persen, dengan penurunan terjadi dalam lima dari tujuh sesi perdagangan terakhir.

    Brad Bechtel, kepala global FX di Jefferies, menyatakan bahwa koreksi ini sudah lama diantisipasi. Tidak adanya pengumuman besar terkait tarif pada hari pertama pemerintahan Trump memicu aksi ambil untung di pasar. Selain itu, pergerakan dolar juga dipengaruhi oleh ekspektasi terhadap kebijakan Federal Reserve (Fed) dan perbedaan suku bunga.

    Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik tipis 0,01 persen ke posisi 108,14 setelah sebelumnya turun ke 107,75, level terendah sejak 6 Januari. Sementara itu, euro melemah 0,08 persen ke USD1,0421.

    Beberapa pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) pada Rabu menyatakan mendukung pemangkasan suku bunga lebih lanjut, yang diperkirakan akan diumumkan pada pertemuan kebijakan pekan depan. Pasar memperkirakan peluang sebesar 96 persen untuk pemangkasan minimal 25 basis poin.

    Di sisi lain, Trump pada hari Senin menandatangani memorandum perdagangan yang memerintahkan tinjauan menyeluruh terhadap berbagai isu perdagangan hingga 1 April, tanggal yang menurut banyak pelaku pasar akan menjadi kunci untuk rencana tarif lebih lanjut. Trump juga mengancam untuk menambah tarif sebagai bagian dari sanksi terhadap Rusia jika negara itu tidak mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Ancaman tersebut juga dapat diterapkan pada negara-negara lain yang "ikut serta."

    Terhadap yen Jepang, dolar menguat 0,66 persen ke posisi 156,50 yen. Pasar memperkirakan kemungkinan 88,3 persen untuk kenaikan suku bunga minimal 25 basis poin oleh Bank of Japan pada pertemuan Jumat mendatang.

    Poundsterling melemah 0,22 persen ke USD1,2327, tertekan oleh data Kantor Statistik Nasional Inggris yang menunjukkan defisit anggaran lebih besar dari perkiraan pada Desember. Defisit tersebut meningkat akibat biaya bunga utang dan pembelian properti militer yang satu kali, memberikan tekanan fiskal bagi Menteri Keuangan Rachel Reeves.

    Dolar Kanada melemah 0,33 persen ke DC1,44 per dolar AS, mendekati level terendah lima tahun pada Selasa di DC1,4515. Penurunan ini terjadi setelah data menunjukkan inflasi yang mereda di bulan lalu, memberikan tekanan lebih lanjut terhadap mata uang tersebut.

    Analis Deutsche Bank menyatakan bahwa dolar Kanada terhadap dolar AS merupakan salah satu pasangan mata uang yang paling "kurang dihargai" dalam konteks perang dagang mata uang.

    Peso Meksiko, sebaliknya, menguat 0,83 persen terhadap dolar ke 20,466, sementara yuan China melemah 0,15 persen di perdagangan offshore ke posisi 7,28 per dolar. Pelemahan yuan terjadi setelah sebelumnya menyentuh level terkuat sejak 11 Desember pada Selasa.

    Pergerakan mata uang mencerminkan ketidakpastian global, inflasi yang mereda, serta prospek kebijakan perdagangan dan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.

    Data Inflasi Melemah

    Sementara itu, melemahnya kursndolar AS terhadap mata uang lainnya disebabkan oleh data inflasi yang turun.

    Data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS menunjukkan inflasi tahunan berdasarkan indeks harga konsumen (CPI) naik 2,9 persen hingga Desember 2024. Kenaikan ini sesuai ekspektasi pasar. Namun, inflasi inti yang tidak memperhitungkan harga makanan dan energi menunjukkan pelemahan dari bulan sebelumnya.

    Hal ini, bersamaan dengan laporan indeks harga produsen (PPI) yang diterbitkan sehari sebelumnya. Itu lah mengapa keduanya langsung memberikan tekanan pada nilai dolar.

    Menurut Uto Shinohara, analis di Mesirow Currency Management, pasar menunjukkan sensitivitas yang meningkat terhadap data ekonomi AS dan wacana tarif baru yang dibawa Presiden terpilih Donald Trump. Presiden terpilih itu dijadwalkan kembali menjabat di Gedung Putih pekan depan, Senin, 20 Januari 2025, dan analis memperkirakan kebijakan tarifnya akan membawa dampak besar terhadap pertumbuhan dan inflasi domestik.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79