KABARBURSA.COM - Perekonomian Indonesia kembali menunjukkan kekuatannya di tengah stagnasi ekonomi global dan gejolak pasar keuangan. Pada triwulan I-2024, ekonomi nasional mencatat pertumbuhan sebesar 5,1 persen (year-on-year), didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pertumbuhan ini kontras dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang masih dibayangi oleh pelemahan. International Monetary Fund (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,1 persen, sementara Bank Dunia memprediksi hanya 2,4 persen, lebih rendah dari kinerja perekonomian global 2023.
Meski ekonomi Indonesia relatif baik dibandingkan negara-negara G20 maupun ASEAN, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan bahwa situasi global masih penuh risiko. Ia menegaskan bahwa proyeksi ekonomi dunia diperkirakan masih suram hingga tahun depan. Tantangan dan risiko ekonomi global diperkirakan akan tetap signifikan hingga 2025.
Ada enam tantangan besar yang harus dihadapi dunia ke depan: suku bunga tinggi, restriksi perdagangan yang semakin ketat, volatilitas harga komoditas, ketegangan geopolitik, penuaan populasi dunia, dan dampak buruk perubahan iklim.
"Implikasi dari kebijakan di negara-negara maju untuk merespons inflasi tinggi, likuiditas ketat, dan suku bunga yang meningkat menyebabkan tekanan capital outflow dan peningkatan biaya utang atau cost of borrowing. Ini dialami semua negara, baik di AS maupun di Eropa, serta dampaknya yang meluas ke seluruh dunia," kata Sri Mulyani.
Dari dalam negeri, nilai tukar rupiah dan tingginya suku bunga saat ini juga menjadi ancaman. Jika kondisi ini terus berlanjut, dampak buruk seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan melemahnya daya beli bisa menghantam Indonesia.
Pemerintah tetap optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 akan mencapai sekitar 5 persen. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ini terutama didorong oleh sektor konsumsi, kinerja ekspor, dan manufaktur.
"Iya, pertumbuhan ekonomi masih sekitar 5 persen. World Bank melihat Indonesia masih di atas 5 persen, optimis," kata Airlangga saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, hari ini.
Airlangga menjelaskan bahwa laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2024 juga didorong oleh faktor musiman seperti momentum Lebaran. Selain itu, penjualan di industri makanan dan minuman masih tumbuh positif.
"Penjualan makanan dan minuman naik 15 persen. Penjualan mobil tertunda karena mereka berharap ada fasilitas tambahan dari pemerintah," ucapnya.
Namun, Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 akan melambat. Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan berada pada kisaran 4,9 persen hingga 5 persen, lebih rendah dibandingkan dengan kuartal I-2024 yang tumbuh sebesar 5,1 persen.
"Kita proyeksikan setelah kuartal I kemarin realisasi pertumbuhan ekonomi 5,11 persen, di kuartal II tahun ini diprediksikan 4,9 persen sampai 5 persen, jadi ada perlambatan," ujar Faisal dalam acara Midyear Review CORE Indonesia 2024, Selasa, 23 Juli 2027.
Perlambatan ini dipengaruhi oleh komponen konsumsi rumah tangga yang diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 4,8 persen hingga 4,9 persen.
Proyeksi Bank Indonesia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Managing Director of Operations of World Bank, Anna Bjerde, di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis, 25 Juli 2024. Dalam pertemuan tersebut, Bank Dunia memprediksi bahwa ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh sebesar 5 persen tahun ini, meskipun pertumbuhan ekonomi global diperkirakan terkontraksi di kisaran 2,6-2,7 persen.
"World Bank mengatakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini sekitar 2,6 sampai dengan 2,7 persen. Namun, pertumbuhan Indonesia tetap sekitar 5 persen," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Airlangga menjelaskan bahwa pejabat Bank Dunia mengapresiasi stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap berada di atas 5 persen. Pada kuartal I-2024, tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 5,11 persen, dengan tingkat inflasi sebesar 2,58 persen.
Selain itu, Bank Dunia juga mengapresiasi program-program pemerintah Indonesia yang berhasil menurunkan angka kemiskinan dan prevalensi stunting. Beberapa program tersebut termasuk pembangunan infrastruktur pertanian, irigasi yang baik, dan peningkatan pendapatan petani. Delegasi World Bank yang baru-baru ini mengunjungi Lombok melihat langsung bagaimana program irigasi berjalan dengan baik dan meningkatkan nilai tukar petani.
Presiden Jokowi juga memaparkan capaian Indonesia dalam menurunkan prevalensi stunting. Dalam 10 tahun terakhir, angka stunting menurun dari 37,5 persen menjadi 21,5 persen pada akhir tahun 2023. Selain itu, kemiskinan ekstrem juga berhasil dikurangi dari 6,2 persen menjadi 0,8 persen.
Program dana desa sebesar Rp71 triliun yang digunakan untuk berbagai kegiatan di pedesaan, termasuk untuk mengurangi stunting, juga turut disampaikan oleh Kepala Negara. Jokowi menegaskan bahwa Indonesia terus bertekad keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) menuju negara berpendapatan maju.
Selama masa kepemimpinannya, Jokowi telah menggenjot sejumlah program prioritas seperti pembangunan infrastruktur yang meliputi jalan tol, pelabuhan, dan bandara untuk mendorong konektivitas. Program hilirisasi dan ketahanan pangan serta energi bersih seperti hydro, solar, dan geothermal juga menjadi fokus utama.
"Itu sangat diapresiasi oleh Bank Dunia. Bapak Presiden menyampaikan ke depannya, ketahanan pangan dan energi hijau menjadi sangat penting karena Indonesia juga memiliki program terkait energi bersih," jelas Airlangga.(*)