KABARBURSA.COM – Wall Street menguat tajam pada awal pekan perdagangan pendek Thanksgiving, Senin, 24 November 2025 waktu setempat.
Harapan pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve pada Desember serta sentimen positif kecerdasan buatan kembali mendorong reli saham teknologi.
Indeks Nasdaq Composite melonjak hampir 2,7 persen, menjadi kenaikan harian terbesar sejak Mei. S&P 500 menguat lebih dari 1,5 persen, melanjutkan rebound yang terjadi sejak akhir pekan lalu.
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average yang lebih sedikit berisi saham teknologi naik sekitar 0,5 persen.
Kenaikan ini menandai pemulihan lain dari koreksi yang sempat meredam reli pasar berbasis AI sepanjang tahun ini. Sejumlah analis menilai fase pelemahan yang memicu kerugian besar pada November dan meningkatkan volatilitas kini mulai mendekati akhir.
Nvidia naik lebih dari 1,5 persen, Alphabet untuk pertama kalinya ditutup di atas level rekor USD300, sementara Tesla melesat 7 persen setelah mendapat rekomendasi positif dari analis.
Bitcoin juga ikut menguat, berusaha keluar dari tekanan selama sebulan terakhir. Aset kripto terbesar itu sempat bergerak stabil di atas USD89.000 setelah jatuh mendekati USD80.000 pada akhir pekan lalu.
Investor memasuki pekan perdagangan pendek ini dengan perdebatan mengenai peluang penurunan suku bunga. Pada Senin, Christopher Waller menyusul pernyataan dovish pejabat The Fed lainnya, John Williams, yang membuka ruang pelonggaran pada Desember.
Serangkaian rilis data ekonomi yang sempat tertunda akan mulai dirilis pekan ini dan menjadi acuan pasar. Pada Selasa, investor menantikan data harga produsen dan penjualan ritel bulan September, serta indeks keyakinan konsumen November.
Dari sisi laporan keuangan, Alibaba, Kohl’s, dan Best Buy menjadi perhatian utama seiring musim laporan yang mendekati akhir.
Kebijakan tarif Presiden Donald Trump juga menjadi sorotan, seiring dimulainya pertemuan pejabat dagang Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk pertama kalinya sejak kesepakatan Juli lalu. Pasar turut mencermati bagaimana Mahkamah Agung AS akan memutuskan legalitas kebijakan tarif tersebut.
Departemen Perdagangan dan Kantor Perwakilan Dagang AS dilaporkan telah menyiapkan langkah antisipatif jika putusan tidak berpihak pada pemerintah. (*)