Logo
>

National Australia Bank Bilang Pendapatan Nukik: Tekanan Inflasi!

Ditulis oleh Pramirvan Datu
National Australia Bank Bilang Pendapatan Nukik: Tekanan Inflasi!

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - National Australia Bank (NAB) mencatatkan penurunan pendapatan tunai kuartal ketiga sebesar 8 persen pada Jumat lalu, terdampak oleh pendapatan yang melemah serta peningkatan biaya operasional, sekaligus menunjukkan penurunan lebih lanjut pada kualitas asetnya.

    Beban hidup yang terus meroket telah menggerus pendapatan rumah tangga dan kemampuan mereka dalam memenuhi kewajiban pinjaman, memicu peningkatan tunggakan di bank.

    "Situasi ekonomi yang menantang, termasuk tekanan inflasi yang terus berlanjut, menjadi hambatan bagi para nasabah kami," ungkap CEO NAB, Andrew Irvine. Seperti dikutip di Jakarta, Jumat 16 Agustus 2024.

    Meskipun sebagian besar nasabah tetap menunjukkan ketangguhan, tak dapat dipungkiri bahwa kami melihat kualitas aset semakin tergerus pada 3Q24.

    Rasio kredit bermasalah NAB terhadap total pinjaman bruto mencapai 1,31 persen pada akhir Juni, naik 11 basis poin dari Maret. Angka ini merupakan yang tertinggi setidaknya sejak September 2021.

    Hal ini mencerminkan kemerosotan pada portofolio pinjaman bisnis dan peningkatan tunggakan dalam portofolio hipotek Australia, ujar pihak NAB.

    Sebagai bank bisnis terbesar di Australia, NAB melaporkan pendapatan tunai yang belum diaudit sebesar A$1,75 miliar untuk kuartal yang berakhir 30 Juni, dibandingkan dengan A$1,90 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    Pendapatan merosot 1 persen dibandingkan rata-rata dua kuartal sebelumnya, sementara pengeluaran naik 1 persen akibat kenaikan biaya terkait gaji.

    Biaya penurunan nilai kredit tercatat sebesar A$118 juta, lebih rendah dari estimasi konsensus sebesar A$220 juta menurut Citi.

    Meskipun pendapatan berada di bawah ekspektasi konsensus, mengingat tren keseluruhan yang sejalan dengan bank sejenis serta manajemen biaya yang baik, kami melihat potensi dampak terhadap harga saham bisa diminimalisir, tulis analis Citi.

    Saham NAB naik 1,3 persen pada 0026 GMT, sementara pasar yang lebih luas juga naik 1,3 persen dalam pembelian luas.

    Net interest margin, yang menjadi indikator utama profitabilitas, relatif stabil dengan sedikit penurunan akibat kompetisi pinjaman dan pergeseran komposisi simpanan, terimbangi oleh keuntungan dari suku bunga yang lebih tinggi.

    Rasio Common Equity Tier 1, ukuran cadangan modal bank, berada di 12,6 persen pada akhir kuartal ketiga.

    Melonjak di Atas Ekspetasi Pasar

    Inflasi di Australia telah melonjak di atas ekspektasi pasar selama tiga bulan berturut-turut hingga bulan Mei, mendorong spekulasi kenaikan suku bunga oleh Reserve Bank of Australia (RBA).

    Data pemerintah menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (IHK) bulanan naik 4 persen secara tahunan, melebihi perkiraan ekonom sebesar 3,8 persen. Ini menyebabkan dolar Australia menguat 0,4 persen, dengan para pedagang memperkirakan potensi kenaikan suku bunga pada pertemuan RBA berikutnya pada 5-6 Agustus 2024.

    Gubernur RBA Michele Bullock mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga setelah mempertahankan suku bunga acuan di level tertinggi dalam 12 tahun terakhir, yaitu 4,35 persen. Asisten Gubernur Christopher Kent menyatakan kehati-hatian terhadap risiko inflasi yang meningkat dan menyoroti pentingnya data IHK inti sebelum mempertimbangkan penurunan suku bunga.

    Di AS, Federal Reserve (The Fed) juga menghadapi tekanan untuk menilai data inflasi dengan cermat sebelum membuat keputusan suku bunga. Sementara itu, Australia menargetkan kembali inflasi ke dalam rentang 2 persen-3 persen sambil menjaga pertumbuhan lapangan kerja yang kuat.

    Pembacaan CPI yang lebih tinggi kemungkinan akan memperkuat spekulasi tentang kenaikan suku bunga oleh RBA. Proyeksi data inflasi yang akan dirilis pada Juli dan Agustus akan menjadi krusial dalam menentukan langkah selanjutnya bagi bank sentral Australia.

    RBA telah mengadopsi pendekatan hati-hati terhadap kebijakan moneter untuk menyeimbangkan pengendalian inflasi tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi. Perkiraan menunjukkan bahwa IHK mungkin baru mencapai target pada tahun 2025, sementara lonjakan harga sewa dan energi tetap menjadi fokus utama dalam analisis inflasi di Australia.

    Pertumbuhan ekonomi Australia, meskipun sedikit melambat dari puncaknya sebelum pandemi, masih menunjukkan ketahanan yang baik. Sektor ekspor, khususnya tambang dan energi, tetap menjadi pendorong utama dalam mendukung pendapatan negara. Di sisi lain, sektor perumahan dan konstruksi juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, meskipun dengan tantangan seperti harga properti yang meningkat.

    Ketahanan tenaga kerja juga menjadi cerminan positif dari kinerja ekonomi Australia, dengan tingkat pengangguran yang relatif rendah meskipun adanya fluktuasi regional. Pemerintah Australia terus mengimplementasikan kebijakan fiskal untuk mendukung pemulihan ekonomi, termasuk insentif fiskal dan dukungan bagi sektor-sektor yang terdampak secara langsung oleh pandemi.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.