Logo
>

Nvidia dan Tesla Jatuh, Wall Street Terpuruk

Dari 11 sektor dalam indeks S&P 500, enam sektor mengalami penurunan, dengan sektor teknologi informasi memimpin pelemahan

Ditulis oleh Yunila Wati
Nvidia dan Tesla Jatuh, Wall Street Terpuruk
Seseorang sedang mengamati papan pantau IHSG di BEI. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar saham Wall Street mengalami tekanan besar pada perdagangan Kamis dinihari WIB, 27 Maret 2025,, dengan indeks utama ditutup melemah tajam akibat kejatuhan saham-saham teknologi terkemuka seperti Nvidia dan Tesla. Investor tampak gelisah menjelang pengumuman tarif impor otomotif yang dijanjikan Presiden AS Donald Trump, yang berpotensi memperburuk ketegangan perdagangan global dan mengganggu rantai pasok industri.

    Indeks S&P 500 berakhir turun 1,12 persen atau kehilangan 64,45 poin ke level 5.712,20, sementara Nasdaq Composite mencatat pelemahan lebih dalam, anjlok 2,04 persen atau 372,84 poin ke 17.899,02. Indeks Dow Jones Industrial Average juga merosot 132,71 poin atau 0,31 persen ke 42.454,79.

    Dari 11 sektor dalam indeks S&P 500, enam sektor mengalami penurunan, dengan sektor teknologi informasi memimpin pelemahan sebesar 2,46 persen, diikuti oleh jasa komunikasi yang melemah 2,04 persen.

    Kekhawatiran investor meningkat setelah Trump menegaskan rencananya untuk mengumumkan kebijakan tarif impor otomotif dalam konferensi pers yang dijadwalkan pada Rabu. Langkah ini dikhawatirkan akan meningkatkan harga kendaraan dan menekan produksi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Para analis industri otomotif memperkirakan kebijakan ini dapat memicu dampak berantai terhadap ekonomi, terutama jika mitra dagang AS merespons dengan kebijakan balasan.

    Tekanan terbesar datang dari saham-saham teknologi dan otomotif. Saham Tesla anjlok 5,6 persen, sementara General Motors turun 3,1 persen seiring kekhawatiran bahwa tarif baru akan berdampak negatif pada industri kendaraan listrik dan konvensional. Saham Nvidia juga mengalami pukulan berat, merosot hampir 6 persen, sementara Broadcom turun hampir 5 persen, menyebabkan indeks semikonduktor PHLX kehilangan 3,3 persen.

    Penurunan ini menandakan semakin besarnya kekhawatiran investor terhadap dampak tarif terhadap rantai pasok industri chip, yang sangat bergantung pada hubungan perdagangan global.

    Di tengah ketidakpastian kebijakan tarif, survei terbaru menunjukkan penurunan optimisme di kalangan eksekutif bisnis, terutama terkait kenaikan harga yang mungkin terjadi akibat kebijakan ini. Data ekonomi juga menunjukkan peningkatan tak terduga dalam pesanan barang tahan lama buatan AS pada bulan lalu, mengindikasikan adanya upaya pelaku bisnis untuk meningkatkan persediaan sebelum kebijakan tarif resmi diberlakukan.

    Sementara itu, Barclays menurunkan target indeks S&P 500 dari 6.600 ke 5.900 poin, mencerminkan kekhawatiran bahwa gejolak di pasar akan terus berlanjut. Sejauh tahun ini, indeks S&P 500 telah turun sekitar 3 persen, sedangkan Nasdaq mengalami penurunan lebih dalam, melemah lebih dari 7 persen.

    Fokus pasar saat ini tertuju pada data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang dijadwalkan rilis pada Jumat. Indikator ini menjadi acuan utama Federal Reserve dalam menentukan kebijakan suku bunga ke depan. Presiden Federal Reserve Minneapolis, Neel Kashkari, mengungkapkan bahwa ia belum dapat memastikan dampak dari kebijakan tarif Trump, tetapi memperingatkan kemungkinan kenaikan inflasi yang dapat memicu suku bunga lebih tinggi.

    Di sisi lain, ada beberapa saham yang bergerak positif. Dollar Tree mencatat kenaikan 3,1 persen setelah mengumumkan rencana untuk menjual bisnis Family Dollar senilai USD1 miliar kepada konsorsium investor private equity. Saham GameStop bahkan melonjak hampir 12 persen setelah dewan direksi menyetujui kebijakan baru yang memungkinkan perusahaan memasukkan bitcoin sebagai bagian dari cadangan kasnya.

    Meskipun lebih banyak saham yang naik dibanding yang turun di indeks S&P 500 dengan rasio 1,1 banding satu, Nasdaq masih mencatat lebih banyak titik terendah baru dibanding titik tertinggi. Bursa juga mencatat volume perdagangan yang relatif rendah, dengan 15,5 miliar saham berpindah tangan, sedikit di bawah rata-rata 20 hari terakhir sebesar 16,2 miliar saham.

    Ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan AS terus menjadi perhatian utama investor, dengan pasar masih menunggu langkah konkret dari pemerintah terkait tarif otomotif dan bagaimana dampaknya terhadap ekonomi global.

    Gerak Variatif Saham-Saham di Wall Street

    Pasar saham menunjukkan pergerakan yang beragam, dengan beberapa saham mencetak kinerja terbaik sementara yang lain mengalami tekanan signifikan. 

    Di indeks Dow Jones, saham Procter & Gamble (P&G) mencatat kenaikan tertinggi dengan lonjakan 2,29 persen, diikuti oleh McDonald's yang menguat 2,17 persen dan Coca-Cola yang bertambah 1,77 persen. Kenaikan ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap saham-saham defensif, terutama di sektor konsumsi yang tetap stabil meski ada ketidakpastian ekonomi.

    Di sisi lain, Nvidia menjadi saham dengan penurunan terdalam di Dow, melemah hingga 5,74 persen. Saham Salesforce Inc juga turun 2,64 persen, sementara Amazon.com merosot 2,23 persen. Koreksi pada saham teknologi ini menunjukkan adanya aksi ambil untung setelah reli panjang, serta kekhawatiran akan valuasi tinggi di tengah kondisi suku bunga yang masih ketat.

    Pada indeks S&P 500, saham Cintas mencatat lonjakan terbesar sebesar 5,82 persen, diikuti oleh Paychex yang naik 4,20 persen dan Molina Healthcare yang bertambah 4,16 persen. Kenaikan ini didorong oleh optimisme terhadap sektor layanan bisnis dan kesehatan, yang terus mendapatkan dorongan dari permintaan stabil dan laporan keuangan yang solid. 

    Sebaliknya, Super Micro Computer menjadi saham dengan penurunan terdalam di S&P 500, anjlok 8,86 persen. Saham Moderna juga melemah 7,00 persen, sementara Arista Networks turun 6,07 persen. Tekanan pada saham teknologi dan farmasi ini bisa disebabkan oleh prospek pertumbuhan yang dipertanyakan serta pergeseran minat investor ke sektor lain.

    Indeks Nasdaq menampilkan pergerakan yang jauh lebih ekstrem. Lion Group Holding mencatat lonjakan luar biasa hingga 5.521,62 persen, diikuti oleh Petros Pharmaceuticals yang naik 133,56 persen dan OSR Holdings yang melonjak 132,48 persen. Kenaikan ini kemungkinan besar dipicu oleh faktor spekulatif, seperti berita perusahaan atau volume perdagangan yang meningkat secara drastis. 

    Namun, di sisi lain, beberapa saham di Nasdaq mengalami penurunan tajam. Imac terpuruk 64,50 persen, diikuti oleh Acrivon Therapeutics yang turun 51,58 persen dan Benson Hill yang melemah 41,19 persen. Koreksi besar ini bisa mengindikasikan kekecewaan pasar terhadap kinerja perusahaan atau sentimen negatif yang beredar di sektor-sektor terkait.

    Secara keseluruhan, pergerakan pasar saham kali ini memperlihatkan pola rotasi sektor yang menarik. Saham-saham defensif dan sektor jasa mengalami kenaikan, sementara saham teknologi dan farmasi cenderung tertekan. Lonjakan ekstrem di Nasdaq juga menunjukkan betapa volatilnya pasar saham, dengan peluang besar bagi investor yang cermat namun juga risiko tinggi bagi yang tidak berhati-hati.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79