KABARBURSA.COM - Bursa saham Eropa ditutup melemah pada Rabu waktu setempat atau Kamis WIB, 19 Juni 2025, dipicu kehati-hatian investor menjelang keputusan suku bunga dari bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, dan meningkatnya tensi geopolitik antara Iran dan Israel yang kian memanaskan pasar global.
Indeks STOXX 600, indeks acuan Kawasan, tertekan 0,36 persen ke level 540,33, posisi terendahnya dalam hampir sebulan terakhir.
Salah satu pendorong utama tekanan di pasar adalah konflik yang belum reda antara Iran dan Israel. Ketegangan meningkat sejak Presiden AS Donald Trump menyerukan “penyerahan tanpa syarat” dari pihak Teheran. Tuntutan ini ditolak mentah-mentah oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Kondisi tersebut lantas memunculkan spekulasi soal kemungkinan keterlibatan militer AS secara lebih langsung, yang jika terjadi, dapat berdampak besar pada harga energi dan stabilitas pasar.
Di tengah ketidakpastian tersebut, saham sektor pertahanan justru mencatat kenaikan, naik sekitar 0,6 persen, seiring meningkatnya minat investor terhadap sektor-sektor yang dianggap lebih tahan terhadap guncangan geopolitik.
Pasar juga cenderung wait and see menjelang keputusan Federal Reserve. Meski sebagian besar pelaku pasar memprediksi suku bunga tetap dipertahankan, fokus utama tertuju pada nada pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell.
Banyak investor ingin tahu bagaimana bank sentral AS membaca dampak kebijakan tarif dan ketegangan geopolitik terhadap inflasi dan arah pertumbuhan.
Analis dari Swissquote Bank Ipek Ozkardeskaya, menyebut bahwa kombinasi tekanan geopolitik dan ketidakpastian dagang membuat proyeksi pertumbuhan dan inflasi dari The Fed berisiko menjadi tidak akurat.
“Ketegangan di Timur Tengah bisa memunculkan tekanan inflasi tambahan yang sulit diprediksi,” ujarnya.
Sementara itu, di balik layar, Eropa juga tengah berupaya menghindari konflik dagang dengan Amerika Serikat. Menjelang tenggat waktu 8 Juli, sejumlah negara termasuk Uni Eropa berupaya menjalin kesepakatan baru dengan Washington.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, disebut masih berupaya mencapai titik temu paling lambat pada 9 Juli. Hingga kini, satu-satunya kesepakatan resmi yang telah difinalisasi baru perjanjian AS-Inggris yang diumumkan bulan lalu.
Bursa Kawasan Bergerak Variatif
Kinerja bursa kawasan pun bervariasi. Di Inggris, indeks FTSE 100 berhasil ditutup naik 0,11 persen ke 8.843,47. Data inflasi yang melandai sesuai ekspektasi memberi ruang bagi investor untuk berspekulasi bahwa Bank of England akan menahan suku bunga dalam pertemuan kebijakan hari Kamis.
“Dengan inflasi jasa yang masih tinggi, BoE kemungkinan belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat,” ujar Ruth Gregory, ekonom dari Capital Economics.
Di daratan Eropa, indeks DAX Jerman turun 0,50 persen menjadi 23.317,81, sedangkan CAC 40 Prancis terkoreksi 0,36 persen ke 7.656,12. Dari Swedia, bank sentral setempat memangkas suku bunga dari 2,25 persen menjadi 2,00 persen, sesuai ekspektasi.
Namun indeks acuan Stockholm justru turun 0,1 persen. Tekanan terbesar datang dari sektor kesehatan, di mana saham Novo Nordisk melemah 1 persen setelah regulator AS memutuskan mencabut dua produk andalannya, Ozempic dan Wegovy, dari daftar kekurangan pasokan. Putusan ini memicu kekhawatiran soal pasokan dan regulasi di masa mendatang.
Di sisi lain, beberapa saham mencatat pergerakan ekstrem. Saham perusahaan alih daya asal Prancis, Teleperformance (TP), anjlok 13,6 persen usai manajemen menyampaikan panduan bisnis jangka menengah yang dianggap mengecewakan pasar.
Sementara itu, Gerresheimer, perusahaan kemasan medis asal Jerman, justru melonjak 6,3 persen setelah mengonfirmasi bahwa KPS Capital Partners tengah menjajaki akuisisi bersama Warburg Pincus.
Meski pasar tengah berada dalam mode bertahan, sejumlah proyeksi tetap menunjukkan potensi pemulihan jangka menengah. Barclays, dalam catatannya, mematok target STOXX 600 di angka 620 pada akhir 2026, mengandalkan kombinasi stimulus fiskal dari pemerintah Jerman dan pemangkasan suku bunga sebagai pendorong utama.
Untuk saat ini, para pelaku pasar memilih untuk tidak banyak bergerak, menanti kepastian dari The Fed serta dinamika geopolitik yang belum menunjukkan arah yang jelas. Ketidakpastian masih menjadi narasi besar, dan pasar Eropa pun berjalan dengan sangat hati-hati.(*)