KABARBURSA.COM - Pemangkasan suku bunga yang rencananya akan dilakukan Federal Reserve atau The Fed, diperkirakan tidak akan lebih dari 3 persen. Data pekerja Amerika Serikat (AS) yang melambat, diperkirakan menjadi salah satu penyebabnya.
Howard Marks dari Oaktree Capital Management LP memprediksi bahwa suku bunga AS akan berada dalam kisaran antara 3 persen dan 4 persen setelah penurunan oleh Federal Reserve.
Marks, dalam konferensi di Melbourne, Kamis, 5 September 2024, menyatakan, “The Fed akan mundur dari suku bunga darurat lima seperempat, lima setengah, dan turun ke level tiga persen.”
“Keyakinan saya adalah bahwa kita akan tetap berada di angka tiga dan tidak akan kembali ke angka nol atau setengah atau satu,” tambah Marks, menekankan bahwa suku bunga tidak akan mengalami penurunan ekstrem.
Perekrutan Pegawai AS Melambat
Perekrutan pegawai di Amerika Serikat melemah pada Agustus, jauh di bawah ekspektasi sebelumnya, setelah data penggajian Juli mengalami revisi ke bawah.
Perkembangan ini semakin memicu perdebatan panas terkait seberapa besar Federal Reserve (The Fed) perlu menurunkan suku bunga untuk menghadapi kondisi ekonomi saat ini.
Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja yang dirilis Jumat 6 September 2024 menunjukkan kenaikan dalam penggajian non-pertanian hanya sebesar 142.000, sementara dua bulan sebelumnya telah direvisi ke bawah.
Tingkat pengangguran mengalami penurunan menjadi 4,2 persen, yang merupakan penurunan pertama dalam lima bulan terakhir. Sementara itu, pendapatan rata-rata per jam naik sebesar 0,4 persen.
Penurunan ini memperbesar spekulasi bahwa para pejabat Federal Reserve mungkin harus memangkas suku bunga hingga setengah poin persentase pada pertemuan mendatang demi melindungi ekonomi dari melemahnya laju perekrutan.
Imbal hasil Treasury pun turun, sementara kontrak berjangka S&P 500 tetap berada di zona merah, dan nilai dolar terus merosot.
Laporan lain juga menunjukkan tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja. Meski gelombang PHK mulai mereda, banyak perusahaan masih memilih menahan diri dari rencana ekspansi, terhambat oleh tingginya biaya pinjaman serta ketidakpastian menjelang pemilihan presiden mendatang.
Laporan The Fed tentang bisnis regional, yang diterbitkan pada Rabu, mengungkapkan bahwa para pemberi kerja kini lebih selektif dalam merekrut, beberapa bahkan mengurangi jam kerja dan membiarkan posisi kosong tidak terisi.
Perekrutan terbesar datang dari sektor kesehatan dan bantuan sosial, diikuti oleh konstruksi dan pemerintah. Indeks difusi, yang mengukur penyebaran pertumbuhan pekerjaan, juga menunjukkan peningkatan.
Namun, tingkat partisipasi tenaga kerja persentase populasi yang bekerja atau aktif mencari pekerjaan—masih stagnan di angka 62,7 persen pada bulan Agustus. Pekerja usia produktif, yakni mereka yang berusia antara 25 hingga 54 tahun, turun sedikit untuk pertama kalinya sejak Maret.
Data Nonfarm Payroll Perkuat Opsi Pemangkasan Suku Bunga
Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, menegaskan pentingnya untuk mulai memangkas suku bunga bulan ini, seiring dengan meningkatnya risiko pelemahan pasar tenaga kerja. Dalam pernyataannya yang akan disampaikan di Universitas Notre Dame, Indiana, Waller menyatakan bahwa ia "terbuka" terhadap kemungkinan pemotongan suku bunga yang lebih besar jika diperlukan.
“Risiko saat ini telah bergeser ke sisi pekerjaan dari mandat ganda kami,” ujar Waller, menambahkan bahwa kebijakan perlu disesuaikan dengan kondisi saat ini.
Wall Street Merosot
Wall Street mengalami penurunan pada penutupan pasar Jumat, 6 September 2024, setelah laporan pekerjaan dari Departemen Tenaga Kerja AS tidak memberikan kejelasan mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga Federal Reserve di pertemuan mendatang.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan lapangan kerja di AS pada Agustus lebih rendah dari yang diharapkan. Meskipun demikian, penurunan tingkat pengangguran menjadi 4,2 persen menunjukkan bahwa perlambatan pasar tenaga kerja masih dapat dikendalikan. Para pedagang kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September mencapai 53 persen, menurut alat FedWatch dari CME Group. Sementara itu, peluang pemangkasan sebesar 50 basis poin menurun menjadi 47 persen, setelah sebelumnya mencapai 51 persen setelah rilis data terbaru.
Saham-saham teknologi, yang sensitif terhadap perubahan suku bunga, menunjukkan performa yang beragam. Saham Apple Inc. (AAPL.O) naik 1 persen, sementara Tesla Inc. (TSLA.O) turun 2,9 persen dan Nvidia Corp. (NVDA.O) merosot 1,5 persen.
Gennadiy Goldberg, Kepala Strategi Suku Bunga di TD Securities, mengomentari situasi pasar, “Pasar benar-benar dalam keadaan kebingungan. Ini adalah kondisi yang bisa mendukung argumen untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin.”
John Williams, Presiden Federal Reserve Bank of New York, mengindikasikan bahwa ekonomi yang lebih seimbang memberikan peluang untuk pemotongan suku bunga, meskipun keputusan selanjutnya akan bergantung pada performa ekonomi di masa mendatang.
Pasar tenaga kerja tetap menjadi fokus utama setelah lonjakan tak terduga dalam tingkat pengangguran hampir sebulan yang lalu menimbulkan kekhawatiran akan resesi. Indeks Nasdaq, yang banyak dipengaruhi oleh saham teknologi, turun lebih dari 10 persen dan memasuki wilayah koreksi, memicu aksi jual di pasar global.(*)