KABARBURSA.COM - Pemerintah Indonesia tengah mematangkan pengembangan sistem superapp ekspor-impor, yaitu Indonesia National Single Window (INSW), yang direncanakan akan rampung dan siap dioptimalkan pada 2025.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa INSW diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan menyederhanakan berbagai proses administratif bagi seluruh entitas usaha melalui sistem satu pintu. Hal ini mencakup kegiatan impor, ekspor, perizinan, serta pengawasan cukai.
INSW menjadi salah satu topik utama dalam Rapat Koordinasi (Rakor) yang diselenggarakan pada Kamis, 12 Desember 2024, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat. Rapat ini dihadiri oleh berbagai pihak terkait, termasuk Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.
Dalam kesempatan tersebut, Airlangga menekankan perlunya persiapan lebih lanjut dari kementerian dan lembaga terkait dengan membentuk unit khusus untuk mendukung pengembangan sistem ini.
“Beberapa pihak meminta agar masing-masing kementerian dan lembaga menyiapkan unit khusus yang fokus pada pengembangan INSW,” ujar Airlangga.
Pengembangan INSW termasuk dalam rencana kerja jangka panjang pemerintah. Saat ini, fokus utama adalah mengintegrasikan sistem ini dengan berbagai data yang tersebar di kementerian dan lembaga teknis.
Data yang akan diintegrasikan meliputi perkembangan jumlah pelabuhan ekspor-impor serta sistem sertifikasi halal, yang membutuhkan dukungan teknis dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
Selain itu, INSW juga akan terhubung dengan Sistem Informasi Mineral dan Batubara (SIMBARA), yang mencakup data ekspor-impor untuk komoditas seperti batu bara, nikel, timah, dan kelapa sawit.
“Kami mendorong percepatan integrasi ini, dengan target-target yang kami harapkan dapat diselesaikan pada 2025. Untuk sektor halal, ada toleransi hingga 2026,” kata Airlangga Hartarto.
Harapannya, sistem yang terintegrasi ini tidak hanya dapat memperbaiki efisiensi perdagangan dan logistik dalam negeri, tetapi juga menjadikan Indonesia contoh bagi negara-negara lain, khususnya di Asia Tenggara dan Afrika, dalam mengimplementasikan sistem serupa yang lebih kompleks.
Sebagai informasi, INSW adalah sistem elektronik yang dirancang untuk memfasilitasi proses perdagangan internasional dan logistik di Indonesia. Sistem ini dikelola oleh Lembaga National Single Window (LNSW), yang bertugas mengelola berbagai dokumen terkait ekspor dan impor secara elektronik, seperti dokumen kepabeanan, perizinan, karantina, dan kepelabuhanan.
INSW generasi kedua (INSW Gen-2) akan menyediakan data ekspor-impor secara real-time dan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan dokumen perdagangan melalui sistem satu pintu (single window).
Peluang Ekspor Indonesia di Tengah Perang Dagang AS-China
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menyatakan bahwa Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan potensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Hal muncul sebagai respons terhadap rencana Presiden AS terpilih, Donald Trump, yang berencana mengenakan tarif tambahan 10 persen pada produk-produk asal China setelah dilantik pada Januari 2025. Rencana tersebut memicu kekhawatiran terjadinya perang dagang baru antara dua negara besar ekonomi dunia itu.
Esther menyebut bahwa Indonesia bisa meraih keuntungan, terutama dalam sektor produk elektronik, jika mampu meningkatkan daya saing industri dalam negeri.
Menurutnya, Indonesia harus bisa menekan biaya produksi dan harga produk agar dapat mengisi kekosongan pasar AS yang ditinggalkan China. Selain itu, perjanjian perdagangan multilateral juga dinilai penting untuk memperluas akses Indonesia ke pasar internasional.
“Jika tidak ada perbaikan, Indonesia hanya akan menjadi penonton dalam kompetisi global ini,” ujar Esther,” kata Esther di Jakarta, Rabu 27 November 2024.
Esther juga mengingatkan kembali bagaimana Vietnam memanfaatkan perang dagang antara AS dan China pada 2019, yang menguntungkan negara tersebut. Kedekatan geografis dan banyaknya perjanjian perdagangan yang dimiliki Vietnam, menjadikannya sebagai tujuan transit utama produk-produk China yang akhirnya diekspor ke AS dengan label “Made in Vietnam.”
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa kebijakan tarif impor tinggi yang mungkin diterapkan Trump juga akan berdampak pada negara-negara ASEAN, termasuk Vietnam. Ia memastikan pemerintah Indonesia akan mengantisipasi kebijakan tersebut dengan langkah-langkah yang tepat.
“Tidak hanya China, negara-negara ASEAN seperti Vietnam dan lainnya mungkin juga akan menjadi sasaran tarif impor ini,” jelas Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI pada 13 November 2024. (*)