KABARBURSA.COM - Kementerian Keuangan China melaporkan bahwa pendapatan fiskal negara tersebut turun 2,2 persen secara tahunan (year on year/yoy) dalam periode Januari hingga September 2024. Data yang dirilis pada Jumat (25/10) itu menunjukkan penurunan pendapatan pajak sebesar 5,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, sementara komponen pendapatan bukan pajak meningkat 13,5 persen.
Kementerian juga mencatat bahwa dalam sembilan bulan pertama tahun ini, pemerintah pusat mengumpulkan pendapatan fiskal sebesar 7,17 triliun yuan, atau sekitar 1,01 triliun dolar AS. Nilai tersebut mengalami penurunan 5,5 persen (yoy). Di sisi lain, pemerintah daerah berhasil mengumpulkan pendapatan sebesar 9,13 triliun yuan, naik 0,6 persen dari periode sebelumnya.
Pengeluaran fiskal China juga tercatat mengalami kenaikan 2 persen (yoy) selama tiga kuartal pertama 2024. Pengeluaran pemerintah pusat naik 8,4 persen, sementara pengeluaran di tingkat pemerintah daerah meningkat sebesar 1 persen, menurut data Kementerian Keuangan.
00000
Strategi ekonomi China dapat dikatakan gagal total. Stimulus yang dilancarkan tidak mampu mencapai target yang disiapkan. Karena itu, China berencana untuk mengeluarkan stimulus jumbo sebagai langkah perbaikan.
Data terbaru terkait ekspor dan impor pada September 2024 menandakan tantangan besar bagi ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Ekspor China hanya meningkat sebesar 2,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya, jauh di bawah ekspektasi sebesar 6 persen dan turun dari 8,7 persen pada Agustus.
Ini merupakan laju paling lambat dalam lima bulan terakhir. Impor juga mencatatkan kenaikan yang sangat rendah, hanya 0,3 persen, lebih kecil dari proyeksi sebesar 0,9 persen. Hal ini menunjukkan pelemahan dalam sektor ekspor ulang yang merupakan bagian penting dari total ekspor China.
Salah satu sektor yang sebelumnya memberikan dorongan bagi perekonomian China yang melambat, justru mulai menunjukkan perlambatan. Penurunan ekspor ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti:
- Gangguan Eksternal: Citi mencatat adanya gangguan sementara, seperti cuaca ekstrem dan pemogokan pekerja pelabuhan di Amerika Serikat, yang mungkin mempengaruhi aktivitas ekspor China pada bulan-bulan terakhir.
- Kondisi Ekonomi Global: Pelemahan global dan kebijakan perdagangan yang semakin tidak pasti, terutama dengan kemungkinan tarif baru dari mitra dagang utama China, juga menjadi hambatan bagi ekspor China ke depan.
- Strategi Harga Produsen: Produsen China menghadapi tekanan untuk menurunkan harga produk mereka guna mengosongkan inventaris di tengah prospek ketidakpastian perdagangan, yang juga berpotensi mengurangi pendapatan ekspor.
Stimulus Lebih Besar yang Diharapkan
Dalam menghadapi tantangan ini, analis Citi memprediksi bahwa pemerintah China kemungkinan akan merilis langkah-langkah stimulus yang lebih besar dalam waktu dekat. Meskipun pemerintah telah meluncurkan serangkaian kebijakan stimulus untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, termasuk target Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan sebesar 5 persen untuk 2024, data terbaru menunjukkan bahwa stimulus yang lebih besar diperlukan untuk mempertahankan momentum tersebut.
Langkah-langkah yang diantisipasi meliputi:
- Penerbitan Obligasi Pemerintah Daerah: Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan belanja fiskal di level lokal, yang diharapkan dapat mendorong investasi infrastruktur dan proyek-proyek ekonomi.
- Dukungan untuk Pasar Properti: Pasar properti yang goyah tetap menjadi salah satu perhatian utama pemerintah. Langkah-langkah tambahan untuk mendukung sektor ini sangat diharapkan, meskipun pemerintah belum menguraikan rencana yang lebih konkret.
- Belanja Fiskal yang Lebih Besar: Dengan ekonomi yang masih menghadapi tekanan deflasi, pemerintah diharapkan menggenjot belanja publik untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor-sektor yang bisa memberikan efek langsung seperti infrastruktur dan teknologi.
Meskipun ada ekspektasi stimulus yang lebih besar, investor masih merasa kecewa dengan kurangnya langkah eksplisit yang mendukung konsumsi pribadi. Permintaan domestik, terutama belanja konsumen, tetap lesu meski ada upaya pemerintah untuk meningkatkan aktivitas ekonomi. Ketidakpastian tentang waktu dan cara implementasi langkah-langkah stimulus juga menambah kekhawatiran.
Proyeksi ke Depan
Dengan penurunan ekspor dan lemahnya pertumbuhan impor, beberapa analis, termasuk dari Citi, memperkirakan bahwa momentum ekonomi China mungkin sudah mencapai puncaknya pada bulan-bulan sebelumnya. Penurunan ekspor juga diantisipasi akan mendorong pemerintah untuk memperkuat langkah-langkah stimulus agar ekonomi tidak semakin melemah.
Secara keseluruhan, meskipun China telah mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas ekonominya, tantangan global dan domestik masih membayangi. Tanpa adanya dorongan yang lebih besar melalui stimulus fiskal yang efektif dan kebijakan yang mendukung konsumsi, risiko perlambatan ekonomi yang lebih dalam bisa semakin besar.(*)