KABARBURSA.COM - Mata uang rupiah ditutup menguat sebesar 58 poin ke level Rp16.680 terhadap dolar AS pada perdagangan Senin, 29 September 2025. Penguatan itu terjadi karena sejumlah hal.
Analis mata uang, Ibrahim Assuabi mengatakan penguatan rupiah sore ini tidak lepas dari kesiapan pasar menghadapi potensi penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS) pada pekan ini di tengah upaya bipartisan untuk meloloskan RUU pendanaan.
"Pendanaan untuk operasi federal AS akan berakhir pada tengah malam tanggal 30 September, karena Kongres belum memiliki dana pengganti atau perpanjangan," ujar dia dalam keterangannya.
Negosiasi bipartisan mengenai RUU pendanaan masih berlangsung. Ibrahim menyebut, Partai Republik terlihat mendorong RUU pendanaan sementara hingga November, sementara Partai Demokrat menuntut Kongres untuk membatalkan pemotongan anggaran layanan kesehatan dan Medicaid baru-baru ini sebelum RUU pendanaan lainnya dapat disetujui.
Ibrahim bilang, para pemimpin Kongres dari kedua partai dijadwalkan bertemu Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada hari Senin untuk pembicaraan mediasi.
"Penutupan pemerintah dapat menunda rilis data penggajian non-pertanian utama yang akan dirilis akhir pekan ini, dan juga berpotensi mengganggu aktivitas ekonomi jika dibiarkan tidak terselesaikan dalam jangka waktu yang lama," ungkapnya.
Sentimen lainnya yang mempengaruhi nilai tukar rupiah menurut Ibrahim adalah ketegangan geopolitik yang kembali memanas setelah Rusia menggempur Kyiv dan wilayah lain di Ukraina pada Minggu pagi dalam salah satu serangan terdahsyat di ibu kota sejak perang skala penuh dimulai.
Sementara itu, lanjut dia, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memberlakukan kembali embargo senjata dan sanksi lainnya terhadap Iran atas program nuklirnya.
"Menyusul proses yang dipicu oleh kekuatan-kekuatan Eropa yang telah diperingatkan oleh Teheran akan ditanggapi dengan respons keras," jelasnya.