KABARBURSA.COM - Mata uang rupiah ditutup menguat 9 poin di level Rp16.740 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 26 September 2025. Penguatan ini terjadi akibat beberapa sentimen.
Analis mata uang, Ibrahim Assuabi mengatakan menguatnya rupiah tidak lepas setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump setelah mengumumkan serangkaian tarif perdagangan, terutama tarif 100 persen untuk semua impor farmasi.
"Langkah ini meningkatkan ketidakpastian atas dampak ekonomi dari tarif Trump, dan memicu pergerakan risk-off di pasar keuangan yang lebih luas," ujar dia dalam keterangannya.
Selain itu, sentimen juga datang dari data produk domestik bruto kuartal II yang menunjukkan ekonomi AS tumbuh jauh lebih cepat dari perkiraan, sementara data klaim pengangguran mingguan juga menunjukkan beberapa perbaikan.
"Data tersebut disertai dengan sejumlah pernyataan hati-hati dari pejabat The Fed, dengan Ketua The Fed Jerome Powell yang memuji peningkatan risiko ekonomi akibat inflasi yang stagnan dan melemahnya pasar tenaga kerja,"ungkapnya.
Menurut Ibrahim, fokus kini tertuju pada data indeks harga PCE AS yang merupakan tolok ukur inflasi pilihan The Fed, untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk tentang suku bunga.
Data tersebut, kata dia, akan dirilis Jumat malam dan diperkirakan akan menunjukkan inflasi inti tetap stabil di bulan Agustus.
"Inflasi inti PCE juga diperkirakan akan tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen. Inflasi yang tetap stabil mengurangi dorongan The Fed untuk memangkas suku bunga, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi yang meningkat terkait tarif perdagangan Trump," pungkasnya.