KABARBURSA.COM - Saham-saham di Asia bersiap untuk melemah setelah sesi perdagangan yang lesu di Wall Street. Para pedagang kini menantikan laporan keuangan Nvidia Corp. untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai apakah antusiasme terhadap kecerdasan buatan (AI) yang telah mendorong pasar saham masih memiliki momentum untuk bertahan.
Pada perdagangan awal, indeks saham acuan di Tokyo, Hong Kong, dan Sydney mencatatkan penurunan, sementara saham-saham AS juga mengalami sedikit penurunan. Nvidia, sebagai salah satu produsen chip terbesar di dunia, akan mengumumkan laporan laba setelah sesi perdagangan pada hari Rabu, 28 Agustus 2024 dan para investor ingin melihat apakah perusahaan yang menjadi favorit di sektor AI ini mampu setidaknya memenuhi ekspektasi pasar yang cukup tinggi.
Para investor juga bersiap untuk kemungkinan pergerakan signifikan pada saham Nvidia setelah perusahaan yang bernilai sekitar USD3,2 triliun ini, dipimpin oleh Jensen Huang, merilis laporan laba mereka. Aktivitas perdagangan di pasar opsi menunjukkan bahwa ada kemungkinan pergerakan harga hampir 10 persen ke kedua arah pasca pengumuman tersebut. Saham Nvidia telah mengalami kenaikan sekitar 160 persen sepanjang tahun ini dan naik 1.000 persen sejak mencapai titik terendah pada Oktober 2022.
Menurut Chris Senyek dari Wolfe Research, hasil kinerja Nvidia akan menjadi penentu arah pasar sebelum adanya laporan pekerjaan AS yang penting pada 6 September mendatang.
"Kami tetap optimis, namun risiko saat ini lebih condong ke arah penurunan dalam jangka waktu yang sangat dekat," kata Senyek. "Secara musiman, kita memasuki periode yang biasanya lebih lemah, yang semakin diperkuat pada tahun-tahun pemilihan."
Di pasar lainnya, Bitcoin mengalami penurunan di bawah level USD60.000 pada Rabu, 28 Agustus 2024, pagi sebagai bagian dari kemunduran pasar kripto yang lebih luas, yang juga mencakup penurunan tajam pada Ether, token kripto terbesar kedua. Di sisi lain, harga minyak justru mengalami kenaikan.
Sementara itu, pada hari Selasa, 27 Agustus 2024, indeks S&P 500 naik sedikit ke sekitar 5.625, sedangkan Nasdaq 100 meningkat 0,3 persen. Indeks yang mencerminkan kinerja produsen chip utama, yang diawasi ketat oleh investor, naik 1,1 persen. Saham Nvidia sendiri naik sebesar 1,5 persen, sementara Super Micro Computer Inc. turun 2,6 oersen setelah Hindenburg Research mengumumkan akan melakukan short selling pada produsen peralatan server tersebut.
Imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun naik satu basis poin menjadi 3,83 persen, dan lelang obligasi dua tahun senilai USD69 miliar diterima dengan baik oleh pasar.
Dengan berbagai pertanyaan yang muncul seputar kebijakan Federal Reserve, kondisi ekonomi, dan pemilihan presiden AS yang akan datang, ada satu hal yang tampaknya cukup jelas di Wall Street: pengeluaran untuk AI masih menjadi salah satu faktor utama yang diperhatikan oleh pasar.
Kekhawatiran terkait pengembalian investasi pada sektor ini baru-baru ini telah menyebabkan aksi jual saham-saham teknologi, meskipun penurunan tersebut dengan cepat dimanfaatkan sebagai peluang pembelian. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perangkat keras dan chip AI telah memimpin kebangkitan Nasdaq 100 dari level terendahnya di bulan Agustus, dengan Nvidia mencatatkan kenaikan sekitar 30 persen.
Nvidia, yang kini memiliki bobot lebih dari 6 persen dalam kapitalisasi pasar S&P 500, telah menjadi komponen yang semakin signifikan dalam menentukan arah tren dan momentum pasar, seperti yang dikatakan oleh Matt Stucky dari Northwestern Mutual Wealth Management kepada BloombergSurveillance.
Jika produsen chip utama ini gagal memenuhi harapan, atau bahkan hanya sekadar memenuhi ekspektasi, "saya rasa itu akan menciptakan lingkungan pasar yang lebih menghindari risiko," tambahnya.
Rata-rata analis memproyeksikan bahwa Nvidia akan melaporkan pertumbuhan pendapatan lebih dari 70 persen untuk kuartal saat ini, dengan beberapa bahkan memperkirakan lonjakan yang lebih besar. Hasil dan prospek Nvidia juga akan menjadi barometer bagi belanja AI di sebagian besar sektor teknologi.
Di sisi ekonomi, data terbaru menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen di AS naik ke level tertinggi dalam enam bulan pada bulan Agustus, didorong oleh pandangan yang lebih optimis terhadap ekonomi dan inflasi, meskipun ada penurunan optimisme mengenai pasar tenaga kerja.
Meskipun S&P 500 hampir kembali ke level tertinggi sepanjang masa setelah pernyataan dovish dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, baru-baru ini, premi risiko yang mendasarinya masih agak lebih besar dibandingkan sebelum koreksi Juli dimulai, dan narasi "AI" yang sebelumnya mendominasi masih belum sepenuhnya pulih, menurut Jonas Goltermann dari Capital Economics.
"Selama ekonomi AS berhasil mencapai soft landing, seperti yang kami perkirakan, dan antusiasme terhadap AI terus meningkat, kami memperkirakan S&P 500 akan mencapai 6.000 pada akhir tahun ini," tutupnya. (*)