KABARBURSA.COM - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menggelar pertemuan dengan sub holding Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk mengakselerasi program-program Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang menjadi bagian SHU PHE sebagai upaya mempercepat capaian target yang telah ditetapkan.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto meminta agar KKKS mulai mempersiapkan pelaksanaan program 2025, Dia meminta KKKS bersama SHU PHE mulai memetakan apa yang perlu disiapkan sejak awal, agar program dapat dijalankan pada pemerintahan Presiden terpilih, Prabowo Subianto, di Januari 2025 nanti.
“Kami mengajak untuk saling terbuka dengan kejernihan pikiran dan keteguhan hati agar diskusi dapat berjalan dengan semangat kolaborasi dan result oriented untuk dapat memberikan kontribusi paling optimal bagi produksi migas nasional. Saat ini yang menjadi konsentrasi adalah produksi, produksi, dan produksi. Gas sudah mulai incline, minyak kita masih struggle,” kata Dwi dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 28 September 2024.
Dwi menuturkan, Pertamina telah menguasai mayoritas blok migas di Indonesia. Dengan begitu, peran Pertamina di upstream sangat dominan. Sementara pemerintah dan SKK Migas sangat bergantung akan agresivitas Pertamina.
Dwi juga menuturkan, pertemuan ini harus ditindaklanjuti dalam kegiatan focus group discussion (FGD) untuk untuk mendiskusikan mekanisme kemitraan pertamina dengan pihak lain itu apa.
“Mungkin perubahan-perubahan regulasi perlu kita lakukan supaya harapan pemerintah bisa terpenuhi, karena capaian lifting migas akan sangat ditentukan oleh kinerja KKKS yang ada di bawah Pertamina,” jelasnya.
Terkait komersialisasi, Dwi minta agar ada organisasi yang menangani hal tersebut sehingga dapat memperkuat aspek legal. “Kuncinya, tidak boleh ada produksi yang terganggu karena masalah administrasi komersialisasi”, pintanya.
Lebih lanjut, Dwi mengingatkan Pertamina ihwal pentingnya manajemen aset lantaran aset yang dikelola Pertamina milik negara. Sehingga, kata dia, harus ditangani dengan baik.
Dia juga menilai, KKKS harus memiliki organisasi khusus yang ditugaskan soal ini, termasuk dalam lingkup SHU PHE. Aset harus tercatat dengan baik dan memiliki pengamanan.
“Keberhasilan target pemboran sumur pengembangan yang saat ini ditargetkan bisa direalisasikan sekitar 932 sumur pengembangan di 2024. Terkait pemboran pengembangan kontribusi KKKS dalam lingkup Pertamina sangat besar. Ini juga harus menjadi perhatian bagaimana bisa mengejar hingga akhir tahun agar target bisa dicapai. Terkait kebutuhan fiskal term, kami siap untuk memperjuangkannya”, ujar Dwi.
Sermentara itu, Direktur Utama PHE, Chalid Salim menyebut, aspek drilling saat ini terus melakukan upaya agar bisa mengejar dari aspek kuantitas maupun kualitas. Dia juga menyebut perkembangan terkait isu komersialisasi dan permohonan persetujuan terkait PJBG kepada SKK Migas.
Chalid menuturkan, Pertamina telah memberikan perhatian terhadap manajemen aset termasuk pengamanannya. Dia juga menyebut potensi LPG yang ada di PHE ONWJ, Senoro dan Jambi Merang beserta progress yang ada, antara lain di Jambi Merang sudah dilakukan kajian. Adapun untuk Senoro saat ini sedang dalam beauty contest.
Pada kesempatan tersebut, Chalid juga menjabarkan perkembangan terkait pengelolaan CO2 yang saat ini sudah menjalin kemitraan dengan perusahaan Jepang Japex, yaitu untuk di Jambi Merang dan Sukowati.
Adapun untuk EOR, dia menyampaikan sedang menjajaki kemitraan dengan Sinopec dan sudah ada shortlist 5 lapangan kandidat, 4 di Pertamina EP dan 1 di ONWJ.
Chalid pada pertemuan tersebut menyampaikan terima kasih atas kerja sama dengan SKK Migas yang sangat baik, terutama dalam perbaikan fiskal dan insentif. “Sekali lagi mohon dukungannya, karena sangat berpengaruh terhadap proyek-proyek ke depannya,” tutupnya.
Catatan Produksi Gas
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menorehkan rekor produksi gas baru sebesar 7.399 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) pada tanggal 4 September 2024. Catatan produksi gas baru tersebut melampaui rekor sebelumnya di tanggal 17 Agustus 2024 yang sebesar 7.212 MMSCFD.
Adapun produksi gas dipacu kala Tangguh LNG beroperasi penuh dengan 3 train pada April 2024 lalu. Sejak saat itu, produksi gas tiap bulan meningkat dan berhasil mencatatkan rekor tertingginya pada tanggal 31 Agustus lalu dan berhasil memproduksi LNG sebanyak 1.300 m3/jam, 106 persen dari kapasitasnya.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D Suryodipuro, mengatakan capaian tersebut tak terlepas dari keberhasilan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) BP yang mengoperasikan Tangguh LNG dengan optimal.
“Kami melihat secara perlahan BP mampu melakukan melaksanakan operasional dengan optimal, dampaknya tentu saja produksi gas terus meningkat dan produksi gas secara nasional bisa mencapai rekor tertinggi,” kata Hudi dalam keterangan tertulis yang diterima KabarBursa, Selasa, 10 September 2024.(*)