Logo
>

Sri Mulyani: Inflasi Rendah, Bukan Tanda Daya Beli Lemah

Indonesia termasuk yang mampu menjaga stabilitas harga. Banyak yang kemudian menginterpretasikan apa arti inflasi 1,6 persen ini

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Sri Mulyani: Inflasi Rendah, Bukan Tanda Daya Beli Lemah
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat berbicara dalam konferensi pers APBN KiTa di Kementerian Keuangan, Jumat, Selasa 17 Juni 2025. Foto: Yubi/KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kondisi inflasi Indonesia di awal tahun 2025 menunjukkan tren yang cukup stabil, bahkan cenderung menurun. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan agar penurunan inflasi ini tidak langsung dikaitkan dengan penurunan daya beli masyarakat.

    Menurut laporan yang disampaikan dalam Konferensi Pers APBN KiTa edisi Juni, tingkat inflasi Indonesia hingga bulan Mei tercatat sebesar 1,6 persen secara tahunan (year-on-year). Sementara secara bulanan (month-to-month) berada di angka 0,37 persen dan sejak awal tahun (year-to-date) mencapai 1,19 persen.

    "Indonesia termasuk yang mampu menjaga stabilitas harga. Banyak yang kemudian menginterpretasikan apa arti inflasi 1,6 persen ini," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Rabu 18 Juni 2025

    Ia menegaskan bahwa angka inflasi yang rendah ini justru berasal dari sektor pangan yang umumnya berfluktuasi, seperti beras dan komoditas lain, yang saat ini mengalami penurunan harga seiring datangnya masa panen.

    "Kalau kita lihat komposisi, kontribusi rendahnya inflasi kita adalah harga-harga yang biasanya bergejolak yaitu makanan itu mengalami negative growth, deflasi harga pangan karena adanya panen dan juga beberapa barang pangan kita yang terjaga," sambungnya.

    Kondisi penurunan harga pangan ini juga telah memicu pemerintah untuk tetap waspada agar tak berdampak negatif pada petani. Dukungan anggaran pun disiapkan guna memastikan harga beras dan gabah tetap terjaga secara wajar.

    "Volatile food sangat turun karena harga. Kita memberikan support anggaran untuk stabilitas harga beras dan gabah," jelas Sri Mulyani.

    Lebih lanjut, ia memproyeksikan bahwa inflasi akan cenderung terus menurun ke depan, seiring sejumlah intervensi kebijakan pemerintah seperti pemangkasan tarif jalan tol, tiket pesawat, dan jenis transportasi lainnya.

    Sri Mulyani pun mengingatkan agar media tidak keliru dalam menafsirkan rendahnya inflasi sebagai indikasi lemahnya konsumsi rumah tangga.

    "Jadi nanti teman-teman media jangan tanya, 'Bu inflasinya turun karena daya beli?' Karena ini adalah karena memang akan ada beberapa policy menurunkan administered price," tegasnya.

    Di sisi lain, ia menegaskan bahwa inflasi inti Indonesia tetap stabil di sekitar 2,4 persen. Ini menandakan bahwa permintaan domestik masih tumbuh secara alamiah, dan mencerminkan sisi permintaan tetap aktif.

    "Artinya 1,6 persen ini bagus karena dikontribusikan dari penurunan volatile food, terutama beras, jagung, yang mengalami penurunan. Dan juga dari sisi administered price yang bulan Juni nanti akan terlihat. Tapi kalau dari sisi demand, inflasi inti masih tumbuh 2,4 persen," tutup Sri Mulyani.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.