Logo
>

Stok AS Kalahkan Kelangkaan Libya, Minyak Bergairah Lagi

Ditulis oleh Yunila Wati
Stok AS Kalahkan Kelangkaan Libya, Minyak Bergairah Lagi

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak berjangka kembali menguat pada Kamis, 29 Agustus 2024 siang, setelah mengalami penurunan selama dua sesi berturut-turut. Penguatan ini didorong oleh kekhawatiran terhadap pasokan minyak dari Libya, yang menjadi fokus pasar.

    Minyak mentah berjangka Brent, yang merupakan patokan internasional, naik sebesar 17 sen atau 0,22 persen menjadi USD78,82 per barel pada pukul 13.21 WIB. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, bertambah 24 sen atau 0,32 persen menjadi USD74,76 per barel.

    Pada hari sebelumnya, kedua kontrak minyak ini sempat merosot lebih dari 1 persen, setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat berkurang sebanyak 846.000 barel menjadi 425,2 juta barel, lebih kecil dari ekspektasi penurunan sebesar 2,3 juta barel yang diperkirakan oleh para analis dalam jajak pendapat Reuters.

    Kekhawatiran atas gangguan pasokan dari Libya, salah satu anggota Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC), juga turut mempengaruhi pasar. Beberapa ladang minyak di Libya terpaksa menghentikan produksi akibat perebutan kendali bank sentral, dengan perkiraan gangguan output mencapai antara 900.000 hingga 1 juta barel per hari selama beberapa pekan.

    Analis Phillip Nova, Priyanka Sachdeva, mencatat bahwa masalah pasokan dari Libya serta meningkatnya kekhawatiran geopolitik dapat membuat pasar minyak tetap waspada dan berpotensi membatasi penurunan harga lebih lanjut.

    Penutupan Ladang Minyak

    Penutupan ladang minyak di Libya semakin meluas, terutama di ladang Sarir yang hampir sepenuhnya terhenti pada Rabu, 28 Agustus 2024. Langkah ini terjadi di tengah perselisihan politik mengenai kendali atas bank sentral dan pendapatan minyak, khususnya di wilayah Timur Libya.

    Otoritas setempat mengumumkan penghentian semua produksi dan ekspor minyak sebagai tanggapan atas pemecatan kepala Bank Sentral Libya, Sadiq al-Kabir, yang dilakukan oleh Dewan Kepresidenan berbasis di Tripoli.

    Ladang Sarir sebelumnya memproduksi sekitar 209.000 barel per hari (bpd), dan penghentian ini memperparah gangguan yang juga terjadi di ladang-ladang minyak lainnya, seperti Sharara, El Feel, Amal, Nafoora, dan Abu Attifel.

    Situasi ini menyebabkan keadaan force majeure diumumkan untuk ekspor minyak dari ladang Sharara, yang memiliki kapasitas produksi 300.000 bpd. Sebelum gangguan ini, Libya, yang merupakan anggota OPEC, memproduksi sekitar 1,18 juta barel minyak per hari pada bulan Juli.

    Ketegangan politik di Libya ini juga memicu perhatian internasional, termasuk dari Amerika Serikat, yang melalui pertemuan dengan Khalifa Haftar, kepala Tentara Nasional Libya, mendesak semua pihak di Libya untuk terlibat dalam dialog konstruktif yang didukung oleh Misi Dukungan PBB di Libya.

    Meskipun gangguan pasokan minyak dari Libya dapat berdampak pada pasar minyak global, kekhawatiran ini dikalahkan oleh kekhawatiran yang lebih besar tentang permintaan minyak dari China dan risiko perlambatan ekonomi global yang lebih luas. Akibatnya, harga minyak Brent turun 1,2 persen menjadi USD78,35 per barel pada 10:39 GMT.

    Seperti diberitakan sebelumnya, pada Rabu, 28 Agustus 2024 harga minyak mengalami penurunan lebih dari 1 persen. Penurunan ini disebabkan oleh dua faktor utama: berkurangnya stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan dan kekhawatiran terkait permintaan dari China.

    Minyak Brent turun 90 sen (1,13 persen) menjadi USD78,65 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD1,01 (1,34 persen) menjadi USD74,52 per barel. Ini terjadi setelah penurunan lebih dari 2 persen pada Selasa, 27 Agustus 2024, setelah sebelumnya sempat mengalami kenaikan signifikan sebesar 7 persen dalam tiga hari sebelumnya, di mana Brent menyentuh lebih dari USD81 per barel dan WTI mencapai USD77 per barel.

    Data dari Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan bahwa stok minyak mentah hanya berkurang sebesar 846 ribu barel, menjadi 425,2 juta barel pada minggu sebelumnya, jauh di bawah ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan sebesar 2,3 juta barel. Meskipun aktivitas pemurnian minyak meningkat, ini tidak cukup untuk mengimbangi penurunan stok yang minimal. Menurut Matt Smith, analis utama minyak di Kpler, penurunan yang kecil ini dipengaruhi oleh impor yang kuat dan penurunan ekspor yang sedikit.

    Selain itu, kekhawatiran terhadap permintaan dari China juga memberikan tekanan pada harga minyak. Data terbaru menunjukkan ekonomi China yang melemah dan permintaan minyak yang melambat dari kilang-kilang di negara tersebut. Amarpreet Singh, analis di Barclays, menyatakan bahwa permintaan di China tetap lesu, dan rebound yang diharapkan pada paruh kedua tahun ini belum menunjukkan tanda-tanda yang kredibel.

    Namun, meski harga minyak turun, ancaman terhadap pasokan global masih membayangi pasar, membatasi penurunan harga. Potensi kehilangan produksi minyak dari Libya dan kemungkinan eskalasi konflik di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan kelompok militan yang didukung Iran seperti Hizbullah di Lebanon, tetap menjadi risiko yang dapat mempengaruhi pasar minyak global.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79