KABARBURSA.COM - Eks Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso, disebut-sebut bakal segera menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Informasi ini diperoleh KabarBursa dari sumber internal BRI yang mengetahui proses transisi tersebut.
“Sunarso bakal jadi Dirut BSI,” ujar seorang sumber KabarBursa.com di lingkungan internal BRI.
Sunarso sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama BRI sejak 2019 hingga Maret 2025. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan dengan kode emiten BBRI ini mengakselerasi ekspansi segmen mikro dan ultra mikro, termasuk membentuk holding bersama Pegadaian dan PNM.
Jika kabar ini benar, maka Sunarso akan menggantikan Bob Tyasika Ananta yang saat ini menjabat Pelaksana Tugas Dirut BSI. Bob sebelumnya juga berasal dari ekosistem bank Himbara dan menjabat sebagai Direktur Human Capital & Kepatuhan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sejak 2020.
Perpindahan ini bisa menjadi bagian dari konsolidasi talenta keuangan syariah nasional, mengingat BSI merupakan bank syariah terbesar di Indonesia.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Kementerian BUMN maupun manajemen BSI. KabarBursa akan memperbarui laporan ini setelah memperoleh konfirmasi lebih lanjut.
Profil Sunarso
Sunarso bukanlah nama baru di lingkungan lBRI). Karier panjangnya di bank milik negara ini sudah dimulai jauh sebelum ia resmi menduduki posisi Direktur Utama pada Senin, 2 September 2019. Sebelumnya, ia telah ditunjuk sebagai Wakil Direktur Utama BRI sejak 3 Januari 2019, dan bahkan sempat menjabat posisi yang sama pada periode 2015 hingga Oktober 2017.
Pada Oktober 2017, Sunarso sempat meninggalkan BRI untuk memimpin PT Pegadaian (Persero) sebagai Direktur Utama. Namun masa perpisahan itu tak berlangsung lama. Setelah 14 bulan, ia kembali ke “rumah lamanya”—Bank BRI—pada awal Januari 2019.
Kariernya di industri perbankan dimulai sebagai analis kredit di Bank Dagang Negara. Di sana, ia juga menjalani peran sebagai asisten relationship manager hingga akhirnya menjadi relationship manager antara tahun 1991 dan 1996. Tahun 1999, Sunarso hijrah ke Bank Mandiri. Di sinilah kariernya mulai menanjak cepat. Ia dipercaya mengemban berbagai posisi strategis, mulai dari senior officer, assistant vice president, hingga mencapai jabatan Executive Vice President Group Head Agro-Based Corporate Banking.
Pada tahun 2010 hingga 2015, Sunarso duduk di jajaran direksi Bank Mandiri sebagai Direktur Commercial & Business Banking. Dari situ, ia melangkah ke BRI sebagai Wakil Direktur Utama dan terus melanjutkan kiprah strategisnya di dunia perbankan.
Transformasi digital Pegadaian menjadi salah satu warisan kuat Sunarso. Dalam waktu yang relatif singkat—hanya 14 bulan memimpin perusahaan gadai pelat merah itu—Sunarso berhasil membawa Pegadaian ke panggung penghargaan nasional. Ia memimpin digitalisasi dengan membangun aplikasi Pegadaian Digital Service, merintis program sosial-ekonomi seperti Sampah Jadi Emas, serta menciptakan The Gade Coffee and Gold sebagai strategi branding yang segar dan modern.
Kepemimpinannya di Pegadaian menghasilkan beragam penghargaan institusi maupun pribadi. Antara lain The Most Promising Company in Strategic Marketing dari BUMN Marketeers Award 2018, CEO Terbaik versi 7 Sky Media Award, hingga Most Admired CEO Award 2018 dari Warta Ekonomi. Ia juga meraih penghargaan atas tata kelola data melalui DataGovAi Award, serta membawa Pegadaian jadi Perusahaan Terbaik dalam penerapan Good Corporate Governance.
Rekam jejak impresif itulah yang kemudian membuat Kementerian BUMN kembali menariknya ke Bank BRI. Pada Januari 2019, ia dipercaya kembali sebagai Wakil Direktur Utama, dan tak lama kemudian diangkat sebagai Direktur Utama.
Tak hanya dikenal sebagai bankir operasional, Sunarso juga menyandang reputasi sebagai pemikir strategis. Ia pernah dinobatkan sebagai The Best SME Banker of The Year 2013 untuk kawasan Asia Pasifik oleh The Asset Magazine (Hong Kong), dan masuk dalam jajaran tokoh paling berpengaruh di Asia Tenggara versi Alpha Southeast Asia Magazine.
Kini, dengan kabar penunjukannya sebagai Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, publik menanti bagaimana Sunarso akan membawa sentuhan transformasinya ke sektor keuangan syariah nasional.
Kinerja BBRI Selama Dipimpin Sunarso
Di bawah kepemimpinan Sunarso sejak 2019, BBRI mengalami lonjakan laba yang konsisten dan signifikan—bahkan saat pandemi sempat mengguncang sektor keuangan nasional. Tren kinerja ini bukan sekadar angka, tapi mencerminkan strategi berani dan fokus kuat pada segmen UMKM serta transformasi digital yang jadi ciri khas Sunarso.
Tahun 2020 jadi titik terendah laba bersih BBRI dalam lima tahun terakhir, turun drastis ke Rp18,66 triliun dari sebelumnya Rp34,37 triliun pada 2019. Pandemi COVID-19 menghantam semua lini bisnis, tak terkecuali BBRI. Tapi yang menarik, 2021 langsung jadi tahun kebangkitan. Laba bersih tahunan kembali melonjak ke Rp31,06 triliun—hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Ini jadi indikasi kuat bahwa strategi pemulihan yang dijalankan Sunarso berhasil.
Puncak performa terlihat dalam tiga tahun terakhir. Laba bersih BBRI tembus:
- Rp51,17 triliun di 2022
- Rp60,10 triliun di 2023
- Rp60,15 triliun di 2024
Lonjakan ini bukan hanya stabil, tapi juga memperlihatkan tren pertumbuhan yang matang—hampir Rp10 triliun pertumbuhan bersih dalam dua tahun terakhir. Catatan kuartalan 2024 pun nyaris simetris, rata-rata di atas Rp15 triliun per kuartal alias mencerminkan kesinambungan kinerja perusahaan yang kuat.
Kenaikan laba tersebut juga tercermin pada pergerakan harga saham BBRI. Sejak Sunarso duduk sebagai Direktur Utama pada September 2019, saham BBRI sempat terkoreksi selama pandemi, tapi perlahan bangkit dan mencetak level tertinggi baru.
Dari kisaran Rp4.200-an saat awal ia menjabat, harga saham BBRI sempat menyentuh level di atas Rp6.400 pada 2024 dan menjadikannya salah satu saham big cap paling konsisten dalam memberikan return, baik lewat kenaikan harga maupun dividen rutin. Konsistensi ini memperkuat reputasi BBRI sebagai saham favorit investor institusi, ritel, hingga asing.
Tak hanya itu, kapitalisasi pasar BBRI juga meroket. Per 31 Desember 2024, market cap BBRI menyentuh Rp550,16 triliun, didukung oleh outstanding shares sebesar 151,56 miliar lembar. Ukuran ini menempatkan BBRI sebagai salah satu emiten paling bernilai di Bursa Efek Indonesia.
Dengan performa seperti ini, sulit untuk tidak mengakui bahwa Sunarso meninggalkan warisan besar di BBRI. Ia bukan hanya menjaga stabilitas, tapi juga memperbesar skala dan nilai perusahaan dengan cara yang berkelanjutan. Kini, dengan kabar dirinya akan menakhodai Bank Syariah Indonesia, pasar menanti apakah sentuhan “transformasi dan konsolidasi” ala Sunarso bisa kembali membawa hasil yang serupa di industri keuangan syariah.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.