KABARBURSA.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump, masih menyoroti kemungkinan TikTok untuk berkembang di negaranya. Meskipun sebelumnya Trump menginginkan TikTok angkat kaki, namun ia memberi sejumlah tawaran kepada platform media sosial terbesar itu.
Dari kabar terbaru yang diberitakan Reuters, Senin, 27 Januari 2025, terungkap bahwa Trump sedang berdiskusi dengan berbagai pihak mengenai masa depan platform tersebut. Trump menyatakan bahwa dirinya telah berbicara dengan banyak pihak yang berminat untuk mengakuisisi TikTok.
Keputusan final terkait hal ini akan diambil dalam waktu 30 hari, meskipun Kongres memberikan waktu 90 hari untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Di tengah tekanan pemerintah AS terhadap TikTok yang dianggap berisiko bagi keamanan nasional, salah satu rencana yang sedang dibahas adalah melibatkan perusahaan teknologi Oracle dan sejumlah investor eksternal. Dalam skema ini, Oracle tidak hanya akan bertanggung jawab atas penyimpanan data pengguna TikTok di AS, tetapi juga mengawasi pembaruan perangkat lunak dan pengelolaan data.
ByteDance, perusahaan asal China yang memiliki TikTok, dikabarkan akan tetap memegang sebagian kepemilikan perusahaan.
Namun, Trump menegaskan bahwa ia belum berbicara langsung dengan Larry Ellison, pendiri Oracle, tentang akuisisi ini. Ia juga menjelaskan bahwa diskusi dengan berbagai pihak masih berlangsung, termasuk investor besar seperti Susquehanna International Group, General Atlantic, Kohlberg Kravis Roberts (KKR), dan Sequoia Capital, yang merupakan pendukung ByteDance di AS.
Ada juga laporan bahwa grup investor lainnya, seperti yang dipimpin Frank McCourt dan YouTuber terkenal Mr. Beast (Jimmy Donaldson), tidak terlibat dalam negosiasi dengan Oracle.
Rencana ini muncul di tengah kekhawatiran AS bahwa data pengguna TikTok yang berjumlah lebih dari 170 juta orang di AS dapat disalahgunakan oleh pemerintah China. Meski demikian, TikTok mengklaim bahwa data penggunanya di AS sudah disimpan di server Oracle dan keputusan terkait moderasi konten sepenuhnya dibuat di dalam negeri.
Sebelumnya, TikTok sempat menghadapi larangan operasional di AS jika tidak dijual oleh ByteDance sesuai undang-undang yang mulai berlaku Januari 2022. Pemerintah AS kemudian memperpanjang waktu implementasi larangan tersebut untuk memberikan ruang bagi proses negosiasi.
Sementara itu, upaya mencapai kesepakatan diharapkan dapat menjawab isu keamanan nasional serta mengakomodasi tuntutan Kongres dan berbagai pihak.
Oracle, menurut laporan, berminat mengambil saham TikTok dalam jumlah yang signifikan, sementara struktur akhir dari kesepakatan ini masih bersifat fleksibel. Selain itu, gagasan Trump bahwa AS memiliki 50 persen kepemilikan dalam usaha patungan TikTok, juga disebut menjadi elemen penting dalam pembahasan ini.
TikTok Tunggu Keputusan Eksekutif
TikTok, platform berbagi video pendek yang populer, menantikan perintah eksekutif dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk mendapatkan waktu tambahan dalam menyelesaikan kesepakatan yang memungkinkan aplikasinya tetap beroperasi di wilayah AS. Langkah ini menyusul pelantikan Trump sebagai presiden pada Senin, 20 Januari 2025, di tengah sinyal dari pemerintah China yang terbuka terhadap potensi transaksi yang dapat memperpanjang eksistensi TikTok di pasar Amerika.
Pada Sabtu, 18 Januari 2025 malam, TikTok sempat tidak dapat diakses oleh pengguna di AS, hanya beberapa jam sebelum undang-undang yang mewajibkan perusahaan induknya, ByteDance, untuk menjual aplikasi tersebut, mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari 2025. Namun, layanan TikTok kembali aktif pada hari Minggu setelah Trump memberikan jaminan bahwa TikTok dan mitra bisnisnya tidak akan dikenai sanksi besar.
Meski demikian, aplikasi ini masih belum tersedia untuk diunduh melalui App Store milik Apple maupun Google Play karena kedua platform tersebut menunggu kepastian hukum terkait peraturan yang berlaku.
"Terus terang, kami tidak punya pilihan. Kita harus menyelamatkannya," kata Trump dalam sebuah rapat umum pada Minggu, 19 Januari 2025, sehari sebelum pelantikannya.
Trump juga mengisyaratkan rencana pembentukan usaha patungan yang akan memastikan TikTok tetap beroperasi di AS. Aplikasi yang populer di kalangan remaja tersebut diketahui memiliki basis pengguna aktif mencapai 170 juta orang di negeri itu.
CEO TikTok Shou Zi Chew, turut hadir dalam acara pelantikan Presiden Trump, bersama para pemimpin teknologi lainnya seperti CEO Amazon Jeff Bezos, CEO Meta Mark Zuckerberg, dan CEO Google Sundar Pichai. TikTok bahkan menjadi salah satu sponsor dalam pesta pelantikan yang diadakan oleh kelompok pemuda konservatif.
Dalam pernyataannya, Trump mengungkapkan rencana untuk menerbitkan perintah eksekutif yang akan memberikan kelonggaran kepada TikTok dari larangan sebelumnya setelah ia secara resmi menjabat. TikTok pun mengutip pernyataan ini dalam pemberitahuan yang disampaikan kepada penggunanya.
Sampai saat ini, keputusan resmi masih dinantikan, sementara pembicaraan terus berlangsung antara TikTok, ByteDance, dan berbagai pihak terkait untuk memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan demi menjamin keberlanjutan platform ini di AS.(*)