KABARBURSA.COM - Bursa saham Amerika Serikat menutup perdagangan Jumat dinihari WIB, 3 Oktober 2025, dengan rekor baru. Walau demikian, langkahnya tetap hati-hati di tengah ketidakpastian politik akibat penutupan pemerintahan (government shutdown) yang memasuki hari kedua.
Pasar ekuitas mencatat reli yang dipimpin sektor teknologi, sementara investor menunggu lebih banyak petunjuk dari data tenaga kerja yang tertunda.
Dow Jones Industrial Average menguat 78,62 poin atau 0,17 persen ke level 46.519,72, S&P 500 naik 0,06 persen menjadi 6.715,35, dan Nasdaq Composite melonjak 0,39 persen ke 22.844,05.
Ini menjadi penutupan rekor dua hari beruntun bagi S&P 500 dan Dow. Sementara Nasdaq nyaris menembus level terbaiknya. Momentum ini lahir di tengah tarik-menarik sentiment, yaitu optimisme atas performa teknologi versus kekhawatiran dampak shutdown yang bisa lebih panjang dari perkiraan.
Teknologi Memimpin, Energi Terseret Turun
Pada penutupan tersebut, sektor teknologi naik 0,5 persen dengan saham Nvidia, Apple, dan Broadcom menjadi penggerak utama. Indeks Semikonduktor melonjak 1,9 persen ke rekor baru, menandai betapa dominannya tren chip di tengah revolusi AI.
Material turut menguat 1 persen, tetapi sektor energi justru menjadi pemberat, melemah 1 persen. Sentimen di sektor energi terguncang setelah Occidental Petroleum anjlok 7,3 persen usai menjual divisi petrokimianya ke Berkshire Hathaway milik Warren Buffett senilai USD9,7 miliar.
Di lantai Dow Jones, Caterpillar memimpin kenaikan dengan lonjakan 2,03 persen, diikuti 3M (1,79 persen) dan UnitedHealth (1,56 persen). Sebaliknya, Coca-Cola, JPMorgan, dan Verizon masing-masing melemah mendekati 1 persen.
Di S&P 500, Fair Isaac Corporation (FICO) mencuri perhatian setelah melesat hampir 18 persen menyusul rencana lisensi langsung skor kredit ke pemberi pinjaman, yang justru mengguncang saham biro kredit Equifax (-8,5 persen) dan TransUnion (-10,6 persen).
Celanese naik 6,99 persen dan Humana menguat 3,99 persen. Sementara itu, Equifax, Occidental, dan AES masuk daftar terburuk dengan penurunan lebih dari 7 persen.
Di Nasdaq, pergerakan ekstrem terjadi pada Aspire Biopharma (+97,5 persen), Dragonfly Energy (+78,6 persen), dan Concorde International (+75,1 persen). Namun, beberapa saham lain jatuh tajam, termasuk Masonglory (-85,5 persen), UniFuels (-71,2 persen), dan Nvni Group (-52,7 persen).
Tesla juga jadi sorotan, merosot 5 persen setelah kehilangan dukungan insentif pajak, meski sebelumnya melaporkan pengiriman kuartalan yang solid.
Data Tenaga Kerja dan Ekspektasi The Fed
Investor tetap menaruh perhatian besar pada arah pasar tenaga kerja. Laporan Challenger, Gray & Christmas menunjukkan pemangkasan tenaga kerja menurun di September, namun perekrutan sepanjang tahun berada di titik terendah sejak 2009.
Data ini memperkuat pandangan bahwa kondisi tenaga kerja tengah melemah, sejalan dengan laporan ADP yang lebih lemah sehari sebelumnya.
Situasi ini membuat pasar memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunga dua kali lagi tahun ini, termasuk kemungkinan pada pertemuan akhir Oktober. Namun, laporan ketenagakerjaan bulanan resmi (NFP) terpaksa ditunda akibat shutdown, menambah ketidakpastian arah kebijakan.
Dengan forward P/E S&P 500 melesat ke 23,1, valuasi pasar kini kian menantang. Rasio saham yang naik lebih banyak daripada yang turun di NYSE dan Nasdaq menunjukkan aliran optimisme masih mengalir, meski penuh kehati-hatian.
Shutdown mungkin tak selalu berdampak langsung pada pasar, tetapi dalam iklim politik yang kian terpolarisasi, risiko perpanjangan menjadi faktor yang tak bisa diabaikan.
Secara keseluruhan, Wall Street menunjukkan kekuatan di sektor teknologi yang mampu menopang indeks di level rekor. Namun, tekanan dari energi, ketidakpastian data ketenagakerjaan, dan bayangan politik tetap membatasi reli lebih agresif.
Investor kini menanti kejelasan arah dari Washington maupun langkah The Fed dalam beberapa pekan mendatang.(*)