KABARBURSA.COM – Indeks utama Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Senin, 29 September 2025, dengan Nasdaq memimpin kenaikan seiring investor memborong saham teknologi besar dan mengabaikan ketidakpastian terkait potensi penutupan sebagian pemerintah AS serta pernyataan bernada hawkish dari pejabat Federal Reserve.
Sektor teknologi menjadi pendorong terbesar bagi S&P 500 setelah investor bertaruh pada pertumbuhan dari kecerdasan buatan dan ekspektasi bahwa The Fed akan terus memangkas suku bunga meski masih menghadapi tekanan inflasi dan ketidakpastian pasar tenaga kerja.
Fokus utama pekan ini adalah kebuntuan antara Partai Republik dan Demokrat mengenai pendanaan yang berpotensi memicu penutupan pemerintah mulai Rabu, bertepatan dengan dimulainya tahun fiskal baru. Bahkan Kementerian Tenaga Kerja telah bersiap untuk kemungkinan penundaan laporan tenaga kerja September jika shutdown terjadi, meski hal itu bukan penggerak utama pasar.
“Investor masih berpegang pada sisi positif,” kata Lindsey Bell, Kepala Strategi di 248 Ventures, Charlotte, North Carolina. Ia merujuk pada harapan pemangkasan suku bunga serta tanda ketahanan ekonomi dari data perumahan dan konsumsi. “Pasar tidak akan melonjak terlalu tinggi karena risiko ini masih ada. Namun investor bisa melihat potensi shutdown sebagai sesuatu yang akan segera terselesaikan, sehingga fokus kembali pada hal yang lebih penting seperti laporan laba, kebijakan moneter, dan investasi AI.”
Menurut Burns McKinney, Manajer Portofolio di NFJ Investment Group, Dallas, ancaman shutdown kemungkinan hanya menahan kenaikan dan menjaga volume perdagangan tetap tipis. “Alasan satu-satunya shutdown bisa benar-benar menggerakkan pasar adalah jika berdampak pada laba perusahaan. Secara historis, shutdown hanya berlangsung singkat dan tidak berpengaruh pada profitabilitas, sehingga investor cenderung berpandangan jauh ke depan,” ujarnya.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 68,78 poin atau 0,15 persen ke 46.316,07. S&P 500 menguat 17,51 poin atau 0,26 persen menjadi 6.661,21, sementara Nasdaq Composite menanjak 107,09 poin atau 0,48 persen ke 22.591,15.
Investor juga mencermati komentar pejabat Fed terkait potensi hilangnya visibilitas ekonomi jika penutupan terjadi. Presiden Fed Cleveland, Beth Hammack, yang dikenal hawkish, menegaskan kebijakan moneter perlu tetap ketat untuk mendinginkan inflasi. Sedangkan Presiden Fed St. Louis, Alberto Musalem, menyatakan terbuka terhadap pemangkasan suku bunga lebih lanjut, namun menekankan perlunya sikap hati-hati karena inflasi masih sekitar satu poin persentase di atas target 2 persen.
Meski demikian, pelaku pasar tetap memperkirakan peluang 89 persen terjadinya pemangkasan 25 basis poin pada pertemuan Fed berikutnya, menurut CME FedWatch. Dari 11 sektor utama S&P 500, sembilan ditutup menguat. Sektor energi menjadi pemberat dengan penurunan 1,9 persen seiring harga minyak jatuh lebih dari 3 persen, sementara sektor konsumsi non-primer memimpin kenaikan dengan tambahan 0,6 persen. Untuk kontribusi poin, sektor teknologi jadi motor utama lewat kenaikan Nvidia sebesar 2 persen dan Microsoft 0,6 persen.
Electronic Arts melonjak 4,5 persen setelah setuju untuk diakuisisi dalam kesepakatan senilai 55 miliar dolar AS. “Transaksi ini menjadi konfirmasi bahwa pasar M&A kembali terbuka,” ujar Bell. Saham Lam Research naik 2 persen setelah Deutsche Bank menaikkan rekomendasi menjadi “buy” dari “hold”. AppLovin juga melesat 6,3 persen ke rekor baru setelah Morgan Stanley menaikkan target harga menjadi 750 dolar AS dari 480 dolar AS.
Selain itu, saham perusahaan terkait ganja di AS naik setelah Presiden Donald Trump membagikan video yang menyoroti manfaat kesehatan cannabidiol. Canopy Growth melonjak 17 persen, Cronos Group hampir 13 persen, dan Tilray Brands terbang 60,9 persen.
Data perdagangan menunjukkan saham yang naik lebih banyak dibanding yang turun dengan rasio 1,38 banding 1 di NYSE. S&P 500 mencatat 38 rekor baru 52 pekan dan enam terendah baru, sedangkan Nasdaq membukukan 116 rekor baru dan 74 terendah baru. Volume perdagangan di bursa AS mencapai 17,91 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata 20 hari terakhir sebesar 18,25 miliar saham. (*)