KABARBURSA.COM - Bursa saham Amerika Serikat menahan laju penguatannya pada perdagangan Rabu, 25 Juni 2025, setelah dua hari berturut-turut mencetak kenaikan.
Investor memilih bersikap hati-hati di tengah masih rentannya gencatan senjata antara Israel dan Iran serta perhatian yang tertuju pada kesaksian lanjutan Ketua The Fed Jerome Powell di Kongres.
Indeks S&P 500 ditutup nyaris tak bergerak di level 6.092,16, hanya terpaut tipis dari rekor tertinggi yang pernah dicapai pada Februari lalu. Sementara itu, Nasdaq menguat 0,31 persen ke 19.973,55 ditopang saham teknologi, dan Dow Jones justru melemah 0,25 persen ke posisi 42.982,43.
“Rasanya seperti kita kembali ke pasar bullish yang normal. Pasar sudah melewati ketidakpastian soal tarif dan ketegangan geopolitik, tapi tetap bergerak naik karena ekonomi AS ternyata masih kuat,” kata Ryan Detrick, Kepala Strategi Pasar di Carson Group, Omaha.
Salah satu sorotan utama datang dari Nvidia. Saham perusahaan chip raksasa ini kembali mencetak rekor, menjadikannya emiten paling bernilai di dunia dengan kapitalisasi pasar menembus USD3,75 triliun.
Aksi beli juga berlanjut di sektor teknologi, komunikasi, dan layanan kesehatan. Namun, sektor-sektor defensif seperti properti, kebutuhan pokok, dan utilitas cenderung tertinggal.
Menurut Detrick, rotasi sektor yang tengah terjadi justru merupakan tanda sehat dari tren kenaikan pasar.
“Kalau sektor teknologi dan komunikasi kembali memimpin, itu sinyal bahwa reli musim panas ini belum selesai,” ujarnya.
Saham Tesla dan FedEx Rontok
Meski begitu, sentimen pasar tidak sepenuhnya positif. Saham Tesla anjlok 3,8 persen setelah penjualan di Eropa mencatat penurunan selama lima bulan beruntun.
FedEx juga melemah 3,3 persen usai memberikan proyeksi laba kuartalan yang di bawah ekspektasi, dipicu oleh tekanan permintaan global akibat tarif. Rivalnya, UPS, ikut tergelincir 1,2 persen.
Di sektor barang konsumen, General Mills melaporkan panduan laba yang mengecewakan dan sahamnya jatuh lebih dari 5 persen. Sebaliknya, saham BlackBerry melonjak 12,5 persen setelah menaikkan proyeksi pendapatan berkat permintaan yang stabil di lini bisnis keamanannya.
Micron Technology juga melesat lebih dari 5 persen dalam perdagangan after-hours berkat outlook kinerja kuartal IV yang melampaui ekspektasi.
Dari sisi makroekonomi, data penjualan rumah baru menunjukkan kontraksi tajam sebesar 13,7 persen. Aplikasi kredit pemilikan rumah (KPR) pun turun seiring naiknya suku bunga hipotek. Kondisi ini memberi sinyal tekanan dari sisi permintaan konsumen terhadap sektor perumahan.
Powel Masih Tahan Suku Bunga
Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell kembali menegaskan kepada Senat bahwa bank sentral akan tetap bersabar sebelum menurunkan suku bunga.
Menurut Powell, The Fed perlu memastikan bagaimana dampak kebijakan tarif Presiden Donald Trump terhadap inflasi sebelum mengambil langkah lanjutan. Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga pada Juli sebesar 25 persen, dan sekitar 67 persen yakin penurunan pertama akan terjadi di bulan September, menurut CME FedWatch.
Investor kini menantikan dua rilis data penting dalam waktu dekat: final GDP kuartal pertama yang dijadwalkan Kamis, serta laporan PCE (Personal Consumption Expenditures) pada Jumat yang menjadi indikator utama arah inflasi dan belanja konsumen.
Secara keseluruhan, aktivitas perdagangan masih cukup lesu. Volume transaksi tercatat 16,02 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata 20 hari terakhir.
Di NYSE dan Nasdaq, saham yang turun jauh lebih banyak dibanding saham yang naik, mencerminkan sikap wait and see yang tengah mendominasi pasar.
Meskipun demikian, kekuatan saham teknologi dan siklus rotasi sektor yang terjaga memberi alasan bagi investor untuk tetap optimistis. Selama guncangan geopolitik tidak memburuk dan The Fed tidak memberi kejutan yang negatif, reli pasar musim panas ini tampaknya masih akan berlanjut.(*)