KABARBURSA.COM - Presiden Xi Jinping mengirimkan pesan yang jelas pada minggu ini bahwa Beijing siap bekerja sama dengan Presiden terpilih AS, Donald Trump, untuk menyelesaikan sengketa perdagangan yang tengah berkembang, di tengah ancaman potensi perang dagang.
Dalam surat yang disampaikan kepada Dewan Bisnis AS-Tiongkok pada Kamis, Xi menegaskan pentingnya memilih dialog ketimbang konfrontasi, dan kerja sama saling menguntungkan ketimbang pertikaian yang merugikan kedua belah pihak. Ia juga menegaskan kembali komitmennya untuk membuka pasar Tiongkok bagi perusahaan asing, termasuk bisnis dari AS.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pidatonya pada pertemuan hari Selasa dengan para pemimpin organisasi ekonomi internasional terkemuka yang sedang berkunjung. Dalam pidato tersebut, Xi menyampaikan bahwa tidak ada pemenang dalam perang tarif, perang dagang, atau perang teknologi, menurut terjemahan pidatonya oleh CNBC. Ia juga menekankan pentingnya menjaga dialog dan mengelola perbedaan yang ada.
Serangkaian pesan yang datang dari Beijing mencerminkan rasa cemas, dan upaya yang dilakukan untuk menyampaikan pesan tersebut dengan cara yang sangat terbuka, kata Kenneth Jarrett, presiden Kamar Dagang Amerika di Shanghai.
Ini bisa menunjukkan bahwa pihak berwenang Tiongkok mungkin tidak memiliki saluran komunikasi langsung dengan tim Trump yang baru, serta bahwa Beijing mungkin percaya ada keuntungan politik dalam memperlihatkan citra publik yang menunjukkan kesiapan untuk bekerja sama dengan pemerintahan AS yang baru, tambah Jarrett.
Sikap kebijakan Trump yang mengutamakan kepentingan Amerika Serikat memberi ancaman besar bagi para pembuat kebijakan Tiongkok, yang kini sedang berusaha keras untuk membangkitkan kembali ekonomi yang tengah terpuruk, ujar Shen Meng, seorang direktur di bank investasi butik Chanson & Co. yang berbasis di Beijing.
Trump, yang dijadwalkan mulai menjabat pada Januari mendatang, telah berjanji untuk mengenakan tarif tambahan sebesar 10 persen pada seluruh impor barang Tiongkok ke AS. Selama masa kampanye pemilihannya, Trump bahkan mengancam akan memberlakukan tarif lebih dari 60 persen terhadap Tiongkok.
Awal bulan ini, pemerintahan Joe Biden mengumumkan pembatasan lebih luas terhadap ekspor chip memori canggih dan mesin pembuat chip AS ke perusahaan-perusahaan Tiongkok. Keesokan harinya, Beijing menanggapi dengan melarang ekspor beberapa bahan langka yang digunakan dalam pembuatan semikonduktor dan aplikasi militer.
Tiongkok menegaskan bahwa meskipun ada komitmen untuk pertumbuhan dan hubungan perdagangan yang konstruktif, mereka tidak akan mundur menghadapi tekanan dari AS jika memang diperlukan, kata Daniel Balazs, seorang peneliti di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam.
Retorikanya Selama Masa Kampanye
Donald Trump menyatakan ia tak bisa menjamin kebijakan tarif terhadap mitra dagang utama Amerika Serikat tidak akan memengaruhi kenaikan harga barang. Dalam wawancara dengan NBC di acara “Meet the Press”, dia juga melontarkan kritik tajam terhadap beberapa rival politik dan pejabat federal yang menurutnya layak dipenjara atas kasus hukum yang diarahkan padanya.
Dalam wawancara yang mencakup berbagai topik itu, Trump berbicara tentang kebijakan moneter, imigrasi, aborsi, layanan kesehatan, hingga keterlibatan AS di Ukraina dan Israel. Namun, seperti biasa, Trump kerap menggabungkan pernyataan tegas dengan catatan pengaman di akhir. “Segala sesuatu bisa berubah,” ujarnya, seperti dikutip Apnews, Senin, 9 Desember 2024.
Mengenai ancaman tarif perdagangan, Trump tidak sepenuhnya percaya dengan prediksi para ekonom yang mengatakan tarif impor akan membuat harga barang di AS melonjak. Namun, ia juga tidak memberikan jaminan bahwa masyarakat Amerika akan bebas dari dampak kenaikan harga tersebut.
“Saya tidak bisa menjamin apa pun. Bahkan saya tidak bisa menjamin untuk besok,” kata Trump, seolah mengakui bahwa tarif impor biasanya memang berdampak pada kenaikan harga barang di pasar.
Pernyataan ini cukup berbeda dengan retorikanya selama masa kampanye 2024. Ketika itu, Trump sering menyampaikan bahwa dirinya adalah solusi untuk menekan inflasi. Namun, dalam wawancara kali ini, dia tetap membela kebijakan tarif secara umum dan mengatakan, “Tarif akan membuat kita kaya.”
Ancaman Tarif untuk Meksiko, Kanada, dan China
Trump juga berjanji, begitu resmi menjabat pada Januari nanti, ia akan langsung memberlakukan tarif 25 persen untuk semua barang impor dari Meksiko dan Kanada. Tarif ini berlaku jika kedua negara tersebut tidak segera menghentikan imigrasi ilegal dan aliran narkoba seperti fentanyl ke Amerika.
Selain itu, Trump juga mengancam akan memberlakukan tarif tambahan untuk China agar negara tersebut lebih serius dalam memberantas produksi fentanyl.
“Yang saya inginkan hanya lapangan permainan yang adil, cepat, tetapi juga setara,” tegasnya.
Meskipun Trump masih berpegang pada tarif sebagai instrumen penting, sikapnya mulai terlihat lebih realistis terhadap dampak kebijakan ini, terutama pada potensi kenaikan harga barang bagi konsumen Amerika. Dengan kata lain, masyarakat AS tampaknya harus bersiap-siap menghadapi kenaikan harga di pasar.
Trump Tegaskan Haknya atas Hukum, Tapi Bantah Berminat Balas Dendam
Donald Trump memberikan pernyataan yang saling bertentangan tentang bagaimana ia akan menangani sistem peradilan jika ia kembali menjabat, meskipun dirinya telah dinyatakan bersalah atas 34 dakwaan pidana di pengadilan negara bagian New York dan didakwa dalam kasus lain terkait rahasia keamanan nasional serta upaya membatalkan kekalahannya dari Joe Biden pada 2020.
“Jujur saja, mereka harus masuk penjara,” kata Trump mengenai anggota Kongres yang menyelidiki kerusuhan di Capitol pada 6 Januari 2021, ketika pendukungnya mencoba mempertahankannya tetap berkuasa.
Presiden terpilih negeri Paman Sam itu menegaskan ia bisa menggunakan sistem hukum untuk melawan lawan-lawannya, termasuk jaksa khusus Jack Smith, yang memimpin penyelidikan atas perannya dalam kerusuhan tersebut.
Trump juga mengonfirmasi rencananya untuk memberikan grasi kepada para pendukung yang dihukum atas keterlibatan mereka dalam kerusuhan itu. “Saya akan melakukannya pada hari pertama saya menjabat,” ujarnya.(*)