KABARBURSA.COM - Emiten ritel Indonesia tengah dibayangi sentimen positif yang bisa berdampak pada kinerja perusahaan. Salah satu katalisnya ialah peluncuran paket stimulus dari pemerintah sebesar Rp24,44 triliun.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyambut positif gebarakan yang dilakukan pemerintah dengan menghadirkan stimulus ekonomi.
Dia berharap pelaksanaan program stimulus dianggarkan pemerintah bisa mencegah terjadinya perlambatan daya beli masyarakat Indonesia.
"Atau (dampaknya) di kuartal mendatang pertumbuhan ekonomi kita bisa kembali ke level 5 persen," ujar dia kepada KabarBursa.com dikutip, Senin, 10 Juni 2025
Tak hanya paket stimulus yang menjadi katalis positif bagi emiten ritel. Kata Nafan, kehadiran Danantara juga bisa membawa angin segar bagi industri ritel jika mampu dijalankan dengan baik.
"Jika investasi danantara bisa dimaksimalkan ke berbagai sektor strategis akan benar-benar membantu mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia," ungkapnya.
Nafan memandang dua sentimen itu dapat memberikan efek positif bagi emiten ritel tanah air. Salah dua saham yang direkomendasikan ia adalah PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPA),
Mengutip Stockbit pada Selasa, 10 Juni 2025, pada kuartal I 2025 MAPA sukses meraup laba bersih sebesar Rp340 miliar, naik dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp281 miliar.
Hal serupa juga diraih RALS. Emiten ini mendapat laba bersih Rp218 miliar pada kuartal I 2025, angka ini mengalami pertumbuhan jika dibanding periode serupa tahun 2024 senilai Rp107 miliar.
Kendati begitu, dua raksasa industri ritel Indonesia ini menunjukkan perbedaan mencolok dalam kinerja harga saham.
Berdasarkan data Stockbit, saham RALS mencatatkan performa solid dalam jangka pendek dengan return 3 bulan sebesar +20,93 persen dan return Year to Date (YTD) sebesar +13,04 persen. Sebaliknya, MAPA justru mengalami tekanan tajam dengan kinerja 3 bulan di -18,82 persen dan YTD anjlok hingga -35,51 persen.
Jika melihat ke belakang, dalam jangka panjang justru MAPA tampil lebih cemerlang. Return saham dalam 5 tahun terakhir mencapai +164,37 persen, dan 3 tahun terakhir +130,77 persen. Bandingkan dengan RALS yang selama 5 tahun terakhir justru merosot -30,08 persen, dan dalam 3 tahun terakhir -31,80 persen.
Sementara itu, harga tertinggi RALS dalam 52 minggu terakhir di level Rp482, sedangkan terendah di Rp324. Adapun saham MAPA diperdagangkan jauh lebih tinggi dengan level tertinggi Rp1.175 dan terendah Rp505.
Tujuan Paket Stimulus Pemerintah
Sebelumnya diberitakan, Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa stimulus ini ditujukan untuk menjaga daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi pada Juni-Juli 2025.
Stimulus ini mencakup berbagai kebijakan langsung yang menyentuh masyarakat, antara lain diskon tarif transportasi, keringanan biaya tol, tambahan bantuan sosial (bansos), Bantuan Subsidi Upah (BSU), hingga perpanjangan diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
Analis mata uang, Ibrahim Assuaibi menilai langkah pemerintah ini sebagai awal yang baik, namun belum cukup untuk mendorong ekonomi ke arah pemulihan struktural.
“Kunci dari pembaikan ekonomi, sudah dimulai dari pemberian stimulus ekonomi sebesar Rp24 triliun, baik itu untuk transportasi, subsidi upah, bantuan sosial dan diskon iuran. Hal itu baru saja awal, dan stimulus ini saja belum cukup,” ungkapnya.
Menurut dia, tantangan berikutnya terletak pada belanja pemerintah yang sempat tertahan akibat realokasi anggaran pada awal tahun.
Ia menyarankan agar pemerintah segera menggencarkan kembali belanja infrastruktur dan layanan publik demi menghidupkan sektor-sektor padat karya seperti konstruksi, perhotelan, dan perdagangan.
Ibrahim juga menekankan pentingnya membangun kepercayaan investor agar ekspektasi pemulihan ekonomi bisa segera terwujud.
“Kalau ekspektasi perbaikan tercapai, arus modal asing akan kembali masuk ke pasar modal, di tengah goncangan global yang ada,” katanya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.