Logo
>

Bank AS dan Eropa Mulai PHK Karyawan di Asia, Kenapa?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Bank AS dan Eropa Mulai PHK Karyawan di Asia, Kenapa?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank AS dan Eropa mulai PHK karyawan di Asia. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) tengah melanda Asia sebagai dampak dari perlambatan ekonomi di Cina dan Hong Kong. Situasi ini telah menyebabkan penurunan pendapatan perbankan, yang memaksa institusi-institusi tersebut untuk memangkas jumlah karyawan mereka di wilayah Asia.

    Menurut laporan Reuters pada Minggu, 11 Februari 2024, gelombang PHK ini dimulai pada akhir tahun 2023 lalu, terutama karena Cina dan Hong Kong merupakan pusat perbankan investasi utama. Diperkirakan bahwa gelombang PHK ini akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang.

    Bank Amerika Serikat, Lazard, baru-baru ini mengumumkan secara internal bahwa mereka akan menutup kantor mereka di Beijing, menyebabkan beberapa karyawan dipecat sementara yang lain akan direlokasi ke Hong Kong. Begitu pula dengan bank Eropa, Rothschild, yang membubarkan timnya di Shanghai pada kuartal keempat tahun lalu.

    Bank of America juga telah mengumumkan PHK terhadap lebih dari 20 bankir di Asia pada bulan lalu. Namun, Lazard dan Rothschild enggan berkomentar terkait kabar PHK tersebut.

    Kondisi lesunya pasar saham di Cina, yang berada pada posisi terendah dalam lima tahun terakhir, ditambah dengan pemulihan ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan, telah menambah kekhawatiran investor dan memperburuk prospek permintaan domestik. Ketegangan geopolitik juga telah membuat investor asing semakin menjauh, yang berpotensi menyebabkan pemangkasan lebih banyak karyawan di pasar keuangan Asia.

    Pendapatan bank investasi global dari bisnis ekuitas yang dihasilkan dari klien Cina merosot menjadi US$ 4 miliar pada 2023 atau 30 persen lebih rendah dari 2022. Menurut data LSEG, M&A, bisnis ini membukukan penurunan 16 persen menjadi US$ 629 juta pada tahun lalu.

    Data LSEG juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan, biaya perbankan investasi yang dikumpulkan oleh bank-bank global di Asia Pasifik turun 25 persen pada 2023 dari puncaknya yang mencapai US$ 40,6 miliar pada 2021. Menurut dua sumber Reuters, UBS juga berencana memangkas jumlah karyawan dalam beberapa bulan mendatang.

    Alasannya, karena jumlah bankir bank investasi Swiss yang berfokus pada Cina membengkak setelah mengambil alih Credit Suisse. Namun UBS menolak berkomentar mengenai kabar ini. Lirik Transaksi di India dan Jepang Guna meredam dampak perlambatan Cina, para bankir berharap sebuah pipeline transaksi yang menjanjikan dari India ke Jepang yang akan memberikan kontribusi yang lebih besar untu pemasukan di Asia. Namun, pertumbuhan fee income masih akan tetap menantang dalam waktu dekat.

    "Sebagian besar pasar Asia lainnya terlalu kecil atau aktivitasnya bersifat episodik," kata mantan bankir senior Bank of America di Asia dan Direktur Pelaksana Seda Experts, Craig Coben. Craig mengatakan, Jepang memiliki keunggulan sebagai pasar yang maju. Namun dalam beberapa tahun terakhir, pendapatan dari Cina jauh lebih besar beberapa kali lipat dari Jepang. “Begitu juga dengan India yang tumbuh dengan cepat, tetapi spread biaya sangat ketat dan belum bisa menggantikan Cina,” ujarnya.

    Kendati demikian, Kepala perbankan investasi India di Citigroup, Rahul Saraf memperkirakan, pendapatan di India akan tumbuh antara 15 persen dan 25 persen untuk industri ini, dengan sejumlah transaksi miliaran dolar yang prospektif. "Semua bank akan menambah sumber daya ke India, namun saya rasa tidak akan ada pergeseran dari Cina ke India atau Korea ke India,” kata Rahul.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi