KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) Perwakilan DKI Jakarta menargetkan peningkatan pengguna QRIS hingga mencapai 274.778 juta pengguna baru sampai akhir 2024. Jumlah tersebut diharapkan mampu mencetak volume transaksi hingga 1 miliar kali.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Musni Hardi K Atmaja, mengatakan target tersebut optimistis dapat dicapai, mengingat tren penggunaan QRIS yang semakin meningkat di kalangan anak muda.
"Saat ini, sebagian besar anak muda mulai mengandalkan pembayaran dengan QRIS," ujarnya dikutip dari keterangan persnya, Jumat, 31 Mei 2024.
Menurut data, pengguna QRIS di DKI Jakarta saat ini telah mencapai 118.328 juta dengan volume transaksi mencapai 462,55 juta. Volume transaksi pengguna QRIS tersebut bahkan menunjukkan pertumbuhan sebesar 263 persen secara tahunan. "Sudah hampir 50 persen dari target 2024," ucap Musni.
Dia menambahkan, pelaku usaha di DKI Jakarta merupakan penyumbang signifikan pengguna QRIS, dengan persentase sebanyak 12 persen dari total nasional. Transaksi QRIS di DKI Jakarta masih didominasi oleh sektor perdagangan, akomodasi, makan dan minum.
Selain itu, penggunaan QRIS juga tumbuh di sektor-sektor seperti administrasi, pemerintahan, informasi dan komunikasi, jasa kesehatan, kegiatan sosial, jasa pendidikan, serta transportasi.
Sebagai informasi, QRIS saat ini sudah dapat digunakan secara cross-border di berbagai negara lain termasuk Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand.
Lebih lanjut, Musni menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat digerakkan dengan pembiayaan berbasis digital bagi UMKM melalui cara yang mudah dan terdigitalisasi.
Pembiayaan digital mampu memberikan akses kredit lebih luas kepada pelaku usaha mikro di Tanah Air.
"Ini sebagai bagian dari strategi kami dalam memperluas inklusi keuangan, khususnya bagi masyarakat yang sulit dijangkau," tandasnya.
Dengan target ambisius ini, Bank Indonesia berharap dapat terus mendorong adopsi QRIS dan memperkuat ekosistem pembayaran digital di Indonesia.
Hal ini diharapkan tidak hanya meningkatkan efisiensi transaksi, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi digital secara keseluruhan.
Masyarakat Mulai Tinggalkan ATM
Masyarakat Indonesia perlahan-lahan mulai meninggalkan penggunaan kartu ATM atau debit perbankan. Kondisi ini terlihat dari penurunan jumlah transaksi dari tahun ke tahun (year on year/yoy).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa pada April 2024 jumlah transaksi menggunakan kartu ATM mencapai Rp619,19 triliun. Jumlah ini tercatat turun sebesar 12,49 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Nominal transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM atau debit turun sebesar 12,49 persen yoy mencapai Rp619,19 triliun,” kata Perry,” kata Perry Warjiyo dalam acara konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta pada Rabu, 22 Mei 2024.
Di sisi lain, jumlah transaksi bank digital mencapai Rp5.340,92 triliun. Jumlah ini mengalami peningkatan signifikan sebesar 19,08 perssn dibandingkan tahun sebelumnya.
“Nominal transaksi digital banking tercatat Rp5.340,92 triliun atau tumbuh sebesar 19,08 persen yoy,” ungkap Perry.
Selain itu, transaksi menggunakan uang elektronik juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada April 2024, nominal transaksi menggunakan uang elektronik mencapai Rp90,44 triliun, naik 33,99 persen yoy. Sedangkan nominal transaksi QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) tumbuh luar biasa sebesar 194,06 persen yoy, dengan jumlah pengguna mencapai 48,90 juta dan jumlah merchant mencapai 31,86 juta.
“Kenaikan ini mencerminkan pergeseran perilaku konsumen yang semakin nyaman dan terbiasa dengan transaksi digital,” ujar Perry.
Fenomena ini menunjukkan perubahan besar dalam cara masyarakat Indonesia bertransaksi, beralih dari penggunaan kartu ATM ke berbagai bentuk transaksi digital. Perkembangan teknologi dan kemudahan akses layanan digital banking serta uang elektronik menjadi faktor utama yang mendorong perubahan ini.
Ke depan, Bank Indonesia terus mendorong inovasi di sektor keuangan digital untuk mendukung inklusi keuangan dan memastikan keamanan serta kenyamanan dalam bertransaksi. Hal ini diharapkan dapat memperkuat ekosistem ekonomi digital di Indonesia dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
Pengguna ATM Menyusut
Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa nominal transaksi QRIS pada kuartal I 2024 tumbuh sebesar 175,44 persen dalam perhitungan tahunan (year-on-year/yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 48,12 juta dan jumlah pedagang mencapai 31,61 juta.
“Di sisi lain, nominal transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM mengalami penurunan sebesar 3,80 persen (yoy), mencapai Rp1.831,77 triliun,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu 24 April 2024.
Pada triwulan I 2024, transaksi Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) meningkat 6,62 persen (yoy) menjadi Rp42.005,48 triliun. BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik antar bank dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan per-transaksi secara individual.
“Sementara itu, transaksi BI-FAST tumbuh positif sebesar 55,40 persen (yoy) mencapai Rp1.760,59 triliun,” tambah Perry.
Nominal transaksi perbankan digital mencapai Rp15.881,53 triliun atau tumbuh sebesar 16,15 persen (yoy), sementara nominal transaksi Uang Elektronik meningkat sebesar 41,70 persen (yoy) menjadi Rp253,39 triliun. Nominal transaksi dengan kartu kredit juga meningkat sebesar 7,71 persen (yoy) menjadi Rp105,13 triliun.
Dari sisi pengelolaan uang rupiah, jumlah uang kartal yang diedarkan meningkat 13,15 persen (yoy), sehingga menjadi Rp1.073,57 triliun. Sementara dari sisi perluasan akseptasi QRIS antarnegara, Perry mengklaim akan terus diperkuat.
Dari sisi infrastruktur, Perry mengklaim kelancaran dan keandalan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) terjaga dengan baik, aman, dan andal, didukung oleh kondisi likuiditas dan operasional yang memadai.
Dari sisi struktur industri, interkoneksi sistem pembayaran dan perluasan ekosistem ekonomi keuangan digital terus meningkat. Transaksi pembayaran berbasis Standar Nasional Open API (SNAP) yang memfasilitasi interkoneksi di antara pelaku industri di sistem pembayaran meningkat, didorong oleh perluasan kerja sama, baik dengan pengguna yang ada maupun pengguna baru.
Selain itu, BI terus memastikan ketersediaan uang rupiah dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang layak edar di seluruh wilayah Indonesia.