KABARBURSA.COM - Kalangan pengusaha minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia menganggap keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen pada April 2024 memiliki dampak ganda.
Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas), Moshe Rizal, menilai bahwa kenaikan suku bunga dapat meningkatkan biaya pendanaan proyek migas di Indonesia dan berpotensi memengaruhi kegiatan operasional serta produksi migas nasional.
“Kenaikan suku bunga akan membuat biaya pendanaan lebih mahal. Ini akan memperlambat kegiatan operasional di sektor migas dan berdampak pada produksi,” ujar Moshe, Kamis 25 April 2024.
Sebagai catatan, realisasi produksi siap jual atau lifting minyak pada tahun 2023 jauh di bawah target, dengan capaian hanya 612.000 barel per hari (bpd) pada 31 Desember, dibandingkan dengan target sejumlah 660.000 bpd.
Di sisi lain, kenaikan suku bunga diharapkan dapat menguatkan nilai tukar rupiah yang telah mengalami pelemahan belakangan ini. Menurut Moshe, pelemahan rupiah tidak hanya terhadap dolar Amerika Serikat (AS), tetapi juga terhadap dolar Singapura.
Menurutnya, pelemahan rupiah justru bakal memberikan beban tambahan bagi negara dari sektor migas seiring dengan kenaikan biaya yang dikeluarkan untuk impor bahan bakar minyak (BBM). Terlebih, selama ini kebutuhan dalam negeri masih didukung oleh impor BBM.
Sebelumnya, Moshe juga sempat menyinggung bahwa kebutuhan BBM mencapai 1,5 juta barel per hari atau barrel oil per day (BOPD). Di sisi lain, produksi di kilang berkisar antara 700.000—800.000 BOPD.
“[Volume impor BBM] juga tidak bisa dikurangi karena produksi dalam negeri kita terus menurun tidak ada penambahan. Di satu sisi permintaan untuk industri dan masyarakat terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan populasi. Kebutuhan energi akan selalu meningkat,” ujarnya.
Walhasil, kenaikan suku bunga menjadi 6,25 persen pada April memang memberikan dampak kepada pembiayaan proyek migas di Indonesia. Namun, kenaikan suku bunga dibutuhkan untuk memperkuat rupiah dan mencegah bengkaknya biaya impor BBM.
Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi April. Sesuai ekspektasi, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat mengumumkan kenaikan suku bunga acuan.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility menjadi 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility menjadi 7 persen," ungkap Perry dalam jumpa pers usai RDG, Rabu 24 April 2024.