KABARBURSA.COM - Pelaku bisnis memperkirakan bahwa kinerja ekspor akan semakin sulit setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen bulan ini.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno menyatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan tentu akan meningkatkan bunga pinjaman lembaga keuangan, termasuk bunga surat utang negara (SUN).
"Dampaknya, biaya produksi akan meningkat dan hal ini akan menurunkan daya saing kita sebagai eksportir," katanya saat dihubungi, Rabu 24 April 2024.
Kondisi ini semakin rumit karena eksportir Indonesia juga akan menghadapi penurunan pangsa pasar akibat tantangan global yang beragam. Benny menyebut ada setidaknya tiga tantangan utama dalam kinerja ekspor nasional saat ini.
Pertama, setiap negara tengah melindungi pasar domestiknya dengan mengurangi impor dan cenderung menjadi lebih proteksionis.
Kedua, kenaikan harga minyak dunia karena ketegangan geopolitik yang pada akhirnya akan meningkatkan biaya bahan bakar dan logistik bagi eksportir.
“Ketiga, WTO [World Trade Organization] hampir tidak punya peran dalam tujuannya untuk menjaga perdagangan bebas dan perdagangan global. Sebaliknya, hampir semua negara malah melakukan kebijakan proteksi dengan hambatan nontarif,” kata Benny.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 mencapai USD22,43 miliar, naik 16,4 persen dari bulan sebelumnya. Capaian tersebut ditopang oleh penjualan logam mulia, emas perhiasan, besi dan baja, serta lemak dan minyak hewani/nabati
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan nilai ekspor migas tercatat USD1,29 miliar atau naik 5,62 persen pada Maret, sedangkan nonmigas naik 17,12 persen dengan nilai USD21,15 miliar.
Peningkatan nilai ekspor bulan ketiga tahun berjalan didorong ekspor nonmigas, terutama pada logam mulia emas perhiasan dengan andil peningkatan sebesar 4,85 persen, besi dan baja dengan andil 2,35 persen, serta lemak dan minyak hewan atau nabati dengan andil 1,71 persen.
"Dari sisi ekspor migas, peningkatan terjadi pada komoditas gas dengan andil 0,34 persen," ujar Amalia, Senin 22 April 2024.
Kendati demikian, nilai ekspor maret 2024 secara tahunan merosot hingga 4,19 persen. Kontraksi ini didorong penurunan ekspor nonmigas, terutama pada bahan bakar mineral alias batu bara, besi dan baja, dan lemak dan minyak nabati alias minyak sawit atau crude palm oil (CPO).
Di sisi lain, kemarin Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi April. Sesuai ekspektasi, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat mengumumkan kenaikan suku bunga acuan.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23—24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility menjadi 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility menjadi 7 persen," ungkap Perry dalam jumpa pers usai RDG, Rabu 24 April 2024.