KABARBURSA.COM - Bijih besi mencatat kenaikan mingguan terbesar dalam enam bulan terakhir di tengah optimisme yang meningkat secara diam-diam atas peluang pemulihan ekonomi di negara konsumen terbesar di dunia, China.
Perdana Menteri China Li Qiang meremehkan masalah dalam perekonomian negara itu dalam pidatonya di China Development Forum pada Minggu, dengan mengatakan masih banyak ruang untuk dukungan kebijakan lebih lanjut. Langkah-langkah yang diambil untuk membatasi risiko di sektor properti dan utang pemerintah daerah telah menunjukkan perkembangan yang positif, katanya.
Harga bijih besi melonjak lebih dari 8persen minggu lalu, setelah turun di bawah US$100 per ton ke level terendah sejak Mei pada Senin, tertekan oleh krisis properti yang terus berlanjut di negara ini, yang telah meredam laju konsumsi baja.
ANZ Group Holdings Ltd mengatakan bahwa harga telah mencapai titik terendah karena telah jatuh di bawah biaya pasokan domestik China dalam jumlah besar. Hal ini menggemakan penilaian sebelumnya dari Commonwealth Bank of Australia bahwa dukungan biaya sekarang akan menjadi pertimbangan penting bagi pasar.
Bijih besi masih menjadi salah satu komoditas dengan kinerja terburuk tahun ini, mencatat kerugian lebih dari 20persen, dan persediaan telah menumpuk di pelabuhan-pelabuhan di China.
Kontrak berjangka untuk April naik 0,3persen menjadi US$108,45 per ton pada pukul 10:45 di Singapura. Di China, harga bijih besi berjangka turun di Dalian dan kontrak baja turun di Shanghai.