KABARBURSA.COM - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali mengamati dengan cermat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, terutama dalam konteks kunjungan wisatawan dan penyesuaian harga.
“Kami belum melakukan penyesuaian tarif kamar/jasa pariwisata saat ini, karena kami masih memantau perkembangan situasi yang dinamis,” ujar Sekretaris PHRI Bali, Perry Markus, di Denpasar, Bali, Rabu, 17 April 2024.
Markus menjelaskan bahwa saat ini, penguatan mata uang dolar AS dan pelemahan rupiah belum secara signifikan memengaruhi kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali.
Menurutnya, faktor lain seperti inflasi dan tekanan ekonomi di beberapa negara asal wisatawan juga memiliki pengaruh yang signifikan.
“Di beberapa negara, situasi saat ini masih sulit bagi warga mereka untuk melakukan perjalanan wisata,” tambahnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Pulau Dewata pada tahun 2023 mencapai 5,27 juta, meningkat 144 persen dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 2,1 juta orang.
Jumlah kunjungan wisman hampir mendekati angka kunjungan pada tahun 2019 sebelum pandemi COVID-19, yang mencapai 6,3 juta wisman.
Sementara itu, hingga Februari 2024, BPS Bali mencatat sebanyak 874.000 wisman, naik 33,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang mencapai 655.000 orang.
Negara-negara asal wisman terbanyak adalah Australia, China, India, Korea Selatan, Malaysia, Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Singapura, dan Jepang.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu ini dibuka turun, dipengaruhi oleh data inflasi Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat (AS) Maret 2024 yang naik melebihi Rp16.000 per dolar AS.
Pada awal perdagangan Rabu pagi, rupiah melemah 76 poin atau 0,47 persen menjadi Rp16.252 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.176 per dolar AS.
Selain akibat inflasi di Amerika Serikat, situasi konflik global juga turut berpengaruh terhadap pelemahan nilai tukar rupiah.