KABARBURSA.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat semakin banyak daerah di Indonesia mengalami kenaikan harga bahan pokok (bapok) seperti telur ayam, daging ayam, cabai merah, dan cabai rawit menjelang bulan Ramadan pada minggu pertama Maret 2024.
Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini, jumlah Kabupaten/Kota yang mengalami kenaikan harga telur ayam telah meningkat dari sebelumnya 229 wilayah menjadi 271 wilayah. Artinya, 69,44 persen kabupaten/kota di Indonesia mengalami kenaikan harga telur ayam menjelang Ramadan.
“Harga telur ayam ras menunjukkan kenaikan signifikan pada minggu pertama Maret 2024, dengan peningkatan sebesar 5,26 persen dibandingkan Februari 2024. Jumlah Kabupaten/Kota yang mengalami kenaikan harga telur ayam ras juga meningkat dari 229 menjadi 271 Kabupaten/Kota,” ungkapnya dalam rapat inflasi daerah yang dikutip dari kanal YouTube Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kamis, 14 Maret 2024.
Harga rata-rata telur ayam ras secara nasional saat ini mencapai Rp32.000 per kilogram. Selain telur ayam, harga daging ayam ras juga mengalami peningkatan signifikan, dengan jumlah Kabupaten/Kota yang mengalami kenaikan dari 200 menjadi 250.
Kenaikan harga cabai merah pada minggu pertama Maret 2024 juga cukup signifikan, mencapai 9,15 persen dibandingkan harga Februari 2024. Namun, jumlah daerah yang mengalami kenaikan harga cabai merah sedikit menurun dari 254 Kabupaten/Kota menjadi 245 wilayah.
Sementara itu, harga cabai rawit melonjak sangat signifikan menjelang Ramadan, dengan kenaikan mencapai 15,94 persen dibandingkan Februari 2024.
Saat ini, harga rata-rata cabai rawit mencapai Rp67.760 per kilogram, dan jumlah wilayah yang mengalami kenaikan harga cabai rawit meningkat dari 130 menjadi 236 wilayah.
Sedangkan harga beras mengalami kenaikan 3,06 persen dibandingkan Februari 2024, harga rata-rata secara nasional meningkat menjadi Rp15.956 per kilogram dari sebelumnya Rp15.482 per kilogram.
Adapun wilayah yang mengalami kenaikan harga beras menurut dari 281 Kabupaten/Kota, kini menjadi 271 wilayah. Meski begitu, harganya masih jauh dari harga eceran tertinggi (HET). (*/adi)