KABARBURSA.COM - Keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan tingkat suku bunga, juga dikenal sebagai The Fed Fund Rate (FFR), telah menciptakan banyak asumsi di pasar domestik Indonesia. Keputusan tersebut, yang mempertahankan suku bunga antara 5,25 hingga 5,5 persen, dianggap oleh pasar sebagai sinyal bahwa kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed semakin menurun di tahun ini.
Menurut data Bank Indonesia (BI), neraca transaksi berjalan pada 2023 telah berbalik mengalami defisit terkendali sebesar USD1,6 miliar atau 0,1 persen dari produk domestik bruto (PDB). Sementara, surplus neraca perdagangan mengalami penurunan dari surplus sebesar USD12,1 miliar di kuartal I 2023 menjadi USD7,31 miliar di kuartal I 2024.
Merujuk pada data tersebut, ekonom senior PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) Emil Muhamad menganggap kondisi ini merupakan The Perfect Storm yang akan dihadapi Indonesia. Kondisi tersebut berarti pada saat tekanan global sedang meningkat namun kondisi perekonomian domestik sedang turun.
"Kondisi ini dapat disebut dengan The Perfect Storm di mana tekanan global meningkat, di waktu bersamaan kondisi imunitas perekonomian domestik sedang turun," kata dia, Senin, 6 Mei 2024.
Emil melanjutkan, dampak dari kondisi tersebut adalah nilai tukar rupiah yang terdepresiasi cukup signifikan terutama pascalebaran, bahkan koreksi ini lebih dalam dibandingkan rata-rata mata uang Asia lainnya.
"Kondisi ini membuat Bank Indonesia merespon dengan menaikkan tingkat BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25 persenpada akhir April lalu," sambungnya.
Menurutnya, respons ini cukup tepat sebagai langkah pre-emptive dan forward looking. Dampaknya kepada bond market belum akan melihat rally dalam jangka pendek karena pasar masih dipenuhi ketidakpastian dan ketakutan (fear).
Emil menambahkan, setidaknya hingga Juli setelah data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan sedikit pelemahan. Di saat itulah, pasar obligasi akan menunjukkan kinerja positif yang lebih konsisten. Secara garis besar dia menilai koreksi di pasar obligasi global bukan hanya terpengaruh oleh data-data ekonomi AS namun lebih kepada fear yang berkembang dari kesalahan ekspektasi dovish pasar pada akhir tahun lalu.
Karena itu, TCW mengapresiasi langkah BI sudah tepat dan lebih realistis dibanding optimistis. Keputusan BI yang menaikkan BI Rate adalah sebuah skema off-cycle rate hike atau kenaikan suku bunga di luar siklusnya. Pasar akan lebih mengapresiasi langkah-langkah yang realistis dibanding yang optimistis.
"Ibarat sedang sakit, kenaikan suku bunga BI adalah sebuah obat yang memang dibutuhkan," ujar dia.
Untuk diketahui, sepanjang kuartal II, jika BI masih bersikap hawkish, maka peluang penguatan SBN relatif terbatas. Ekspektasinya, SBN baru akan menguat secara konsisten pada paruh kedua tahun ini. Jika stabilitas pasar obligasi global membaik dan tekanan pada rupiah berkurang, bukan tidak mungkin BI akan memiliki ruang untuk tetap melakukan pemotongan suku bunga menjelang akhir tahun.
"Kami berharap BI tetap konsisten dalam menjaga stabilitas dan menjaga kepercayaan investor untuk saat ini,” tutup Emil.
Sebagai informasi, sejak akhir tahun lalu ekspektasi market terlalu dovish yang memprediksi setidaknya akan ada enam sampai tujuh kali pemangkasan suku bunga The Fed. Namun, pada akhir kuartal I yang lalu, data-data ekonomi AS tidak selemah yang diperkirakan pasar. Hal ini memaksa pasar mengubah ekspektasi mereka dari sebelumnya enam sampai tujuh kali rate cut, menjadi hanya satu sampai dua kali di tahun ini.
“Sampai Maret 2024 tidak ada perubahan ekspektasi tingkat FFR dari The Fed. Padahal, kinerja perekonomian AS hingga kuartal I 2024 mencatatkan kinerja yang cukup baik dan inflasi hanya turun perlaha," kata Emil.
Adapun pada proyeksi Maret 2024, The Fed memperkirakan ekonomi tumbuh 2,1 persen dan tingkat pengangguran AS juga turun menjadi 4 persen. Bahkan inflasi AS diprediksi masih berada di tingkat 2,6 persen, di atas target inflasi The Fed di 2,0 persen.
"Keputusan The Fed mempertahankan tingkat suku bunganya bersamaan dengan daya tahan neraca eksternal yang sedang melemah," tandas dia.