KABARBURSA.COM - Harga minyak sawit mentah (CPO) Malaysia kembali merangkak naik pada perdagangan Selasa, digerakkan oleh ekspektasi peningkatan ekspor dan lonjakan harga minyak kedelai (soyoil) di pasar global, termasuk bursa Dalian dan Chicago.
Kontrak acuan CPO untuk pengiriman Januari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange melonjak 43 ringgit atau 0,95% menjadi 4.556 ringgit per ton metrik, setara dengan USD1.078,60 pada jeda siang. Kenaikan ini mengikuti arah positif pasar minyak nabati dunia dan keyakinan terhadap prospek ekspor Malaysia sepanjang 1–20 Oktober, ujar Anilkumar Bagani, Kepala Riset Sunvin Group, perusahaan pialang berbasis di Mumbai, India.
Data Intertek Testing Services memperlihatkan ekspor CPO Malaysia pada periode tersebut tumbuh 3,4%, mencapai 1.044.784 ton metrik dari sebelumnya 1.010.032 ton metrik pada bulan lalu.
Sentimen pasar kian menguat seiring kenaikan harga minyak nabati global. Di Dalian, kontrak soyoil paling aktif naik 0,22 persen, sedangkan minyak sawit bertambah 0,09 persen. Sementara itu, di Chicago Board of Trade, harga minyak kedelai turut menguat 0,1 persen.
Pergerakan harga CPO cenderung sejalan dengan minyak nabati pesaingnya karena keduanya bersaing dalam rantai pasok minyak nabati dunia.
Dewan Minyak Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Council) memperkirakan harga CPO akan bertahan di atas 4.400 ringgit per ton metrik, atau sekitar USD1.042, hingga 2026. Namun, lembaga itu tetap mengingatkan adanya bayang-bayang ketidakpastian ekspor minyak sawit dan soyoil global.
Sementara itu, ringgit — mata uang utama dalam perdagangan CPO — tercatat stabil terhadap dolar AS. Dalam perdagangan ekspor, pelemahan ringgit biasanya memperkuat daya saing harga CPO bagi pembeli luar negeri.
Dari sisi teknikal, analis Reuters Wang Tao menilai harga CPO berpotensi menguji level support di 4.484 ringgit per ton metrik. Apabila level tersebut ditembus, harga berisiko melanjutkan penurunan menuju 4.456 ringgit.(*)