KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan pada perdagangan baru-baru ini, meskipun investor tetap waspada terhadap proyeksi permintaan bahan bakar yang lemah di tahun mendatang. Pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa, 12 Desember 2023, harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,15 persen menjadi US$71,43 per barel, sementara harga minyak mentah Brent dibuka naik 0,12 persen ke posisi US$76,12 per barel. Kenaikan ini terjadi setelah dua hari berturut-turut tren positif.
Meskipun Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, berkomitmen untuk memangkas produksi minyak mentah, investor tetap skeptis mengenai kepatuhan anggota OPEC terhadap pembatasan produksi. Pengurangan produksi ini menjadi sorotan, tetapi kekhawatiran tentang kelebihan pasokan dan pertumbuhan permintaan yang rendah masih mempengaruhi pasar.
Pertumbuhan produksi di negara-negara non-OPEC diperkirakan akan menyebabkan kelebihan pasokan pada tahun depan. RBC Capital Markets memproyeksikan penarikan saham sebesar 700.000 barel per hari pada semester pertama dan 140.000 barel per hari untuk setahun penuh. Kondisi ini menciptakan volatilitas dalam harga minyak, yang diharapkan berlanjut hingga ada kejelasan mengenai data kepatuhan yang dapat diukur.
Data terbaru indeks harga konsumen dari China, sebagai importir minyak terbesar di dunia, menunjukkan tekanan deflasi yang meningkat karena lemahnya permintaan domestik. Sementara itu, investor memantau panduan kebijakan suku bunga dari lima bank sentral, termasuk Federal Reserve AS, serta data inflasi AS untuk menilai dampaknya terhadap ekonomi global dan permintaan minyak.
Di tengah penurunan harga, Amerika Serikat mencari hingga 3 juta barel minyak mentah untuk Cadangan Minyak Strategis (SPR) pada bulan Maret 2024. Pemerintahan Biden sedang mencari cara untuk mengisi ulang SPR, yang diharapkan memberikan dukungan terhadap harga minyak.
Sementara itu, rancangan perjanjian iklim pada KTT COP28 menyajikan opsi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, namun belum mencakup penghentian bertahap penggunaan bahan bakar fosil. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menekankan bahwa tolok ukur utama keberhasilan COP28 adalah kesepakatan untuk menghentikan penggunaan batu bara, minyak, dan gas secara cepat demi mencegah dampak bencana perubahan iklim.