KABARBURSA.COM - Harga minyak mengalami penurunan lebih dari 2 persen pada Kamis (1/2) setelah adanya laporan tidak berdasar mengenai gencatan senjata antara Israel dan Hamas, serta berhentinya operasi kilang minyak besar di Amerika Serikat (AS) akibat pemadaman listrik.
Meskipun seorang pejabat Qatar menyatakan belum ada gencatan senjata, Hamas telah merespons proposal gencatan senjata dengan sikap positif.
Minyak mentah Brent turun 2,5 persen menjadi US$ 78,70 per barel, sedangkan minyak mentah WTI AS turun 2,7 persen menjadi US$ 73,82 per barel. Ketegangan di Timur Tengah, termasuk serangan Houthi terhadap kapal di Laut Merah, telah mempengaruhi harga minyak.
Seiring itu, BP mengumumkan penutupan kilang 435,000 barel per hari di Whiting, Indiana, akibat pemadaman listrik yang menyebabkan kebakaran.
Pada sisi lain, dua sumber OPEC+ menyatakan kelompok ini akan memutuskan pada pertemuan Maret apakah akan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela. Saat ini, OPEC+ memiliki pengurangan produksi minyak sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari.
Harga minyak sempat naik awalnya setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa suku bunga telah mencapai puncaknya dan akan turun dalam beberapa bulan mendatang.
Namun, Powell tidak memberikan jaminan bahwa penurunan suku bunga akan terjadi pada pertemuan The Fed pada 19-20 Maret. Data AS juga menunjukkan pertumbuhan produktivitas pekerja yang lebih cepat dari perkiraan pada kuartal keempat, sementara inflasi di tingkat pabrik meningkat.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.