KABARBURSA.COM - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menetapkan harga referensi (HR) minyak sawit mentah (CPO) untuk periode 1-31 Agustus 2024 sebesar 820,11 dolar AS per MT, naik 2,42 persen dari bulan sebelumnya.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Budi Santoso, menyatakan bahwa HR CPO kini melampaui ambang batas 680 dolar AS per MT. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang berlaku, pemerintah mengenakan bea keluar CPO sebesar 33 dolar AS per MT dan pungutan ekspor CPO sebesar 85 dolar AS per MT untuk periode tersebut.
"Peningkatan HR CPO ini dipicu oleh peningkatan permintaan dari India yang tidak diimbangi dengan kenaikan produksi, serta peningkatan harga minyak nabati lainnya dan harga minyak mentah dunia," ujar Budi dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Penetapan bea keluar CPO untuk periode 1-31 Agustus 2024 mengacu pada kolom angka 4 Lampiran Huruf C PMK Nomor 38 Tahun 2024 sebesar 33 dolar AS per MT. Sementara itu, pungutan ekspor CPO mengacu pada Lampiran Huruf C PMK Nomor 103/PMK.05/2022 jo.154/PMK.05/2022 sebesar 85 dolar AS per MT.
Penetapan HR CPO didasarkan pada rata-rata harga selama periode 25 Juni-24 Juli 2024 di Bursa CPO Indonesia sebesar 786,00 dolar AS per MT, Bursa CPO Malaysia 854,22 dolar AS per MT, dan Pasar Lelang CPO Rotterdam 960,62 dolar AS per MT.
Sesuai dengan Permendag Nomor 46 Tahun 2022, jika terdapat perbedaan harga rata-rata pada tiga sumber lebih dari 40 dolar AS, maka perhitungan HR CPO menggunakan rata-rata dari dua sumber harga yang menjadi median dan sumber harga terdekat dari median, yaitu Bursa CPO Malaysia dan Bursa CPO Indonesia.
"Dengan perhitungan tersebut, ditetapkan HR CPO sebesar 820,11 dolar AS per MT," jelas Budi.
Harga Kontrak CPU di BMD Melonjak
Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) melonjak pada Selasa, 16 Juli 2024, dipicu oleh kenaikan harga minyak kedelai.
Berdasarkan data BMD pada penutupan Selasa, 16 Juli 2024, kontrak berjangka CPO untuk Agustus 2024 naik MYR45 menjadi MYR3.966 per ton. Kontrak berjangka CPO untuk September 2024 naik MYR49 menjadi MYR3.944 per ton.
Kontrak berjangka CPO untuk Oktober 2024 meningkat MYR51 menjadi MYR3.925 per ton, sementara kontrak berjangka CPO untuk November 2024 bertambah MYR52 menjadi MYR3.892 per ton.
Kontrak berjangka CPO untuk Desember 2024 menguat MYR53 menjadi MYR3.924 per ton, dan kontrak berjangka CPO untuk Januari 2025 naik MYR49 menjadi MYR3.935 per ton.
Dikutip dari Bernama, trader minyak sawit David Ng mengatakan harga CPO ditutup lebih tinggi karena kinerja minyak kedelai yang lebih kuat di Chicago Board of Trade (CBoT). Ditambah lagi, kinerja ekspor yang lebih kuat dari yang diharapkan, yang mencerminkan peningkatan permintaan secara keseluruhan dan kondisi perdagangan menguntungkan untuk produk minyak kelapa sawit.
“Kami melihat support pada 3.850 Ringgit Malaysia dan resistance pada 4.000 Ringgit Malaysia,” katanya.
Perdagangan Sebelumnya
Harga CPO turun pada perdagangan Senin, 15 Juli 2024. Harga CPO di Bursa Malaysia untuk kontrak pengiriman September dihargai MYR3.896 per ton. Turun 0,49 persen dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
CPO melanjutkan tren negatif, di mana pekan lalu harga jatuh 3,1 persen. Pada awal perdagangan Senin, 15 Juli 2024, harga CPO dibuka di MYR 3.878 per ton. Namun selepas tengah hari, harga komoditas ini mulai membaik meski belum bisa lepas dari zona merah.
Penurunan harga minyak nabati pesaing ikut membebani harga CPO. Kemarin, harga minyak kedelai di bursa Dalian (China) turun 0,78 persen dan di Chicago Board of Trade (Amerika Serikat/AS) anjlok 2,04 persen.
Sementara harga minyak biji bunga matahari turun 0,48 persen. Kemudian harga minyak rapeseed jatuh 1,74 persen.
Saat harga minyak nabati pesaing turun, maka keuntungan menggunakan CPO akan berkurang.
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih terperangkap di zona bearish. Terbukti dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 46,08. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Namun yang menarik, indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 12,47. Sudah di bawah 20, yang berarti tergolong jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu harga CPO berpeluang bangkit. Target resisten terdekat ada di MYR 3.903/ton. Jika tertembus, maka USD3.910 bisa menjadi target berikutnya.
Sedangkan target support terdekat adalah MYR 3.891 persen ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga CPO turun menuju MYR 3.872 persen ton.
Fenomena La Nina
Akan tetapi, fenomena cuaca La Nina yang makin dekat mengancam pasokan minyak kelapa sawit sehingga berisiko meningkatkan harga CPO dalam jangka pendek. Ahli Meteorologi Maxar Donald Keeney mengatakan bahwa La Nina diperkirakan terjadi mulai September 2024 atau Oktober 2024.
Fenomena alam ini akan membuat curah hujan di negara-negara asia tenggara, selaku penghasil utama minyak sawit, berada di atas normal. Meski belum diketahui seberapa intens curah hujan tersebut, waktu terjadinya La Nina berisiko mengganggu pekerjaan di lapangan saat panen kelapa sawit mencapai puncaknya.(*)